Frustasi adalah situasi diri yang rumit dan kehilangan solusi. Dipengaruhi  oleh lingkungan, keterbatasan fisik, ekonomi dan sosial. Saat kita mengalami frustasi, emosional kita sangat berperan untuk mempengaruhi sikap dan tindakan kita.Â
Memilih untuk diam atau memaki keadaan , semua tergantung kontrol dalam diri si frustasi. Setiap orang pasti mengalami frustasi, termasuk anak-anak yang mengesspresikan kefrustasiannya dengan cara menangis dengan histeris atau melemparkan semua barang yang ada dihadapnya. Tindakan anak kecil tersebut  juga pernah diekspresikan oleh orang-orang dewasa.
Entah itu remaja yang baru putus cinta, orang-orang yang baru saja di PHK, atau kematian orang yang dicintai. Drama kehidupan begitu penuh lika liku. Manusia dan semesta mengalami konflik yang berbeda setiap waktu. Respon terhadap masalah yang menyebabkan frustasidibagi menjadi tiga macam.
Meskipun Frustasi bersifat relatif dan berhubungan dengan rasa kepuasaan hidup manusia dengan realita yang dialaminya. Berdasarkan dibawah ini saya harap kita bisa mengelompokan jenis frustasi dan permasalahannya.
1. Agresi
Merupakan situasi frustasi yang masih dilevel standar. Bisa saja anda terlihat gelisah , mengerutu, diposisi tidak nyaman dan mengeluh. Anak-anak yang mengalami agresi biasanya dia marah, melemparkan benda yang ditangganya, namun ini masih diposisi prafrustasi, jadi pelampiasan agresipun masih tahap wajar.
Jika kita lihat dari sikap orang dewasa yang mengalami agresi, dia akan mengeluarkan bahasa kasar. Seperti "Tai", "Sialan" , dengan bahasa verbal yang menyakitkan lawan bicara. Mereka lebih cedrung menghina atau mencaci maki keadaan.
Agresi yang tidak bisa dilampiaskan secara langsung, disebut Displaced  Agression (agresi yang dialihkan). Banyak diantara kita menahan agresi terhadap sumber frustasi. Seperti seorang pekerja di kantor, dimarahi oleh atasannya. Si pekerja tidak bisa memarahi atasannya. Dia menahan hingga kemarahannya menumpuk dan dibawa sampai ke rumah. Akibatnya frustasi yang tertahan tersebut mudah meletup jika mendapat masalah baru lagi. Meskipun itu hanya asalah kecil.Â
Si pekerja memaki istrinya yang tidak sempat menyediakan makanan, atau memerahi anaknya yang tidak berehenti menangis, atau menendang mobilnya yang tiba-tiba kehabisan bensin. Dalam buku pengantar psikologi edisi kedelapan di jelaskan bahwa kebiaaan kita menekankan kepada pihak minoritas telah berlangsung dari lama.Â
Misalnya " ketika masa depresi ekonomi melanda dan keuangan negara menipis, orang-orang NAZI menyalahkan orang Yahudi, petani di Amerika Serikat menyalahkan orang kulit hitam, buruh --buruh Protestan menyalahkan orang Katolik Irlandia, dan masih banyak lagi ketidakpantasan dalam menyikapi permasalahan. Sekali lagi itu bukan solusi namun merugikan pihak lain tanpa pertimbangan.
2. Apati