Kedekatan mereka dengan manusia menjadikannya binatang yang cerdik. Disosial media beberapa gajah bisa melakukan melukis diatas kanvas putih dan juga menjadi tungangan wisatawan di tempat wisata di berbagai daerah maupun negara.
Namun sebaliknya nasib malang, dialami oleh seekor induk gajah beberapa hari yang lalu.Â
Seekor gajah  yang mati memprihatinkan, membuat viral dan sedih semua warganet  dan sekitar. Diumur gajah yang masih  15 tahun dalam kondisi bunting.Â
Ditemukan kondisi  mulut gajah serta rahang dan lidah habis karena luka bakar mercun yang  dari ulah manusia yang memberikan nenas berisi mercun. Padahal  gajah biasanya  bertahan hidup selama 70 tahun lamanya .
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kesakitan yang dialami gajah kelaparan itu. Sebelumnya gajah ini berada di daratan karena mulutnya terbakar, dia langsung berlari dan berdiam diri di genangan air.Â
Tak ada niat untuk merusak Taman Nasional Silent Ballet di daerah Pallakad, lingkungan gajah itu tinggal.
Saya heran melihat tingkah laku manusia yang tak punya akal sehat. Beberapa manusia menjadi mahluk paling rakus sejatinya. Kadang kita rela melakukan apapun asalkan keuntungan berada di pihak kita sendiri.
 Saya yakin kejadian pembunuhan binatang secara tragis sudah terjadi secara berulang kali, baik di negri ini maupun belahan bumi yan lain.
Sebenarnya kita lah musuh dari binatang itu. Kita sebagai manusia merusak habitatnya dan berkembang biak diri dan uang diatas penderitaan mahkluk hidup lainnya.
Memang susah menyadarkan manusia untuk berdamai dengan dirinya, apalagi minta tolong untuk berdamai dengan mahkluk yang tak  berakal.
Keegoisan manusia tak pernah punah. Lambat laun kita sudah merasakan bagaimana bumi ini tak seimbang. Beberapa binatang jumlahnya hanya tinggal hitung jari dan sebagian resminya dinyatakan punah.
Punah berarti mati tak akan muncul lagi. Kehadiran binatang tersebut memang tidak berdampak kepada kehidupan kita hari ini.Â
Kemudian kepunahan hanya meninggalkan potret tanpa bisa merasakan suara hembusan napas dan  mendengar suara yang keluar dari binatang tersebut. Malangnya nasib anak cucu kita.Â
Tapi masa yang akan datang, keadaan bisa mencekam. Ketika rantai kehidupan terputus, secara tidak sadar ekosistem akan berevolusi dengan berjalannya waktu.
Berdamailah dengan mahkluk hidup
Andaikan binatang itu bisa berteriak ke langit sana, dan kita mendengarnya sedang berpesta, bahwa rumahnya telah kita bakar, sekaligus beberapa gerombolan nya ikut terbakar karena tak sanggup melarikan diri dari kerakusan manusia.
Jujur saya menulis ini dengan hati yang luka sekaligus kecewa, karena ulah suadaraku sendiri. Sampai kapan kita menjujung tinggi antroposentris, jika yang berkuasa tak punya kesadaran dan pikiran yang jernih. Jangan sampai lupa diri. Ayok marilah kita bersama-sama untuk merangkul mahkluk hidup lainnya.
Gajah memiliki insting yang kuat
Belajarlah dari seekor gajah yang telah mati itu. Di alam bebas gajah yang hidup berkelompok akan melakukan perjalanan untuk mencari makan dan berkembang biak secara bersama.Â
Kebersamaan itu membuatnya memiliki rasa memiliki tanpa ada akal. Ketika salah satu kawanan gajah mati, maka gajah yang lain akan direlung kesedihan.Â
Beberapa ekor gajah juga bisa mengeluarkan air mata, sebagai bukti rasa sedih akan kehilangan. Bertanya pada diri sendiri. Jika  kamu lahir tanpa memiliki rasa simpati maupun empati.
Jika memang binatang itu merusak, berbagai cara bisa kita lakukan untuk mengusirnya. Tanpa harus menjatuhkan korban, meskipun itu seekor binatang.
"Tradisi Baburu" bisa jadi solusi
Berdasarkan pengalaman saya di kampung. Memang ada pembunuhan binatang secara berkelompok dilakukan manusia, tapi ada alasannya. Seperti populasi babi yang kian berkembang biak dan merusak tanaman ladang di daerah perbukitan. Salah satu cara untuk mengurangi populasi babi itu adalah "Baburu" atau berburu yang dilakukan kaum bapak-bapak sekali seminggu.
Perburuan yang dilakukan berkelompok ini masih dengan secara hukum rimba. Menggunakan anjing sebagai pemangsa. Setiap orang diberi kebebasan membawa beberapa anjing. Berburu bertunjuan untuk melepaskan hobby dan lelahnya pekerjaan, sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem.Â
Hal itu wajar, jika masih dalam koridor. Â Tak ada yang salah jikalau kita yang berakal masih berpikir jernih sebelum bertindak.
Saya ingin kita  dan mahkluk hidup lainnya merasakan udara pagi yang indah. Karena kedamaian milik kita bersama. Bukan milik individual
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H