Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jakarta, Apa Salahnya Mereka, Si Bocah Ojek Payung?

31 Mei 2020   20:02 Diperbarui: 31 Mei 2020   19:53 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Derasnya hujan membuat ku harus bertahan di depan teras supermarket di Jakarta Selatan. Berharap hujan cepat berakhir. Tapi mungkin harapan ku ini bertolak belakang dengan para tiga bocah sebagai ojek payung. 

 Dibalik itu para customer supermarket datang bertubi-tubi dengan berbagai merk mobil. Dari yang seharga ratusan juta, sampai milyaran rupiah, yang turun dari pintu mobil tanpa menoleh kesamping,  langsung berjalan  kedalam supermarket.

Sedangkan saya, menetap panjang ketiga bocah yang bermodal payung, dan baju kaus lengan pendek, celana  yang sudah kusam dan basah kuyup, dengan sepasang sendal jepit. Mereka berdiri dan bersorak "payung-payung" 

Mereka selalu tersenyum,  menatap ke setiap customer yang keluar dari pintu supermarket. Tak semua orang memperhatikan mereka, sebagian hanya menganggap mereka patung yang berbicara. 

Badan yang mengigil kedinginan adalah semangat hidup malam ini, buat mereka. Saya salut pada ketiga bocah tersebut, masih mau berusaha, disaat yang lain rebahan diatas kasur yang empuk, dan menarik selimut jika hujan turun.

Anehnya, mereka yang bersorak tak dipedulikan oleh  para customer yang lebih memilih berlari  ke parkir mobil, daripada mengeluarkan goceng ataupun 10 ribu uang dari saku mereka. 

Memang dunia ini penuh dengan kelebihan dan kekurangan. Hingga kita lupa keseimbangan dalam hidup. Toh si jasa payung bersua, jikalau hujan turun.

Ketidaknyaman orang berduit selalu diuatamakan, daripada jerih anak jalanan. Sebab security supermarket menegur agar para bocah pergi, tanpa berisik di teras supermarket. 

Semoga mereka kedepannya bisa bekerja lebih layak dan tidak diremehkan orang lain. "Taibo se hati awak jadinyo..."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun