Tokoh Aku datang dengan tubuh yang dibaluti plastik, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Melihat di balik plastik bening, yang bisa menerobos kenyataan di hadapanku. Hari ini aku diberi kekuatan untuk bisa bertemu dan berdialog di meja konferensi satu banding jutaan mahkluk kecil yang ganas.Â
Namun kali ini aku akan berdialog dengan  perwakilan  mereka. Lawan bicaraku itu bernama Corona
Diatas meja yang berjarak satu meter sesuai aturan yang telah ditetapkan pemerintah di muka bumi.
Aku: tak perlu basa-basi panjang, mari kita selesaikan kekacauan yang telah kau buat (dalam keadaan terkontrol emosi dan pikiran)
Korona: aku dan kawananku masih belum puas
Aku : ambisi apalagi yang kau inginkan hah? (Emosi naik satu level)
Korona : kalian sudah hidup di bumi bertahun-tahun, sedangkan aku masih berumur jagung
Aku : kemunculan mu di muka bumi ini hanya kesialan bagi semua makhluk tanpa kecuali
Korona: terserah, aku masih ingin berkelana
Aku : (menahan emosi) terserah, heh korona loe itu udah lebih dari Artis, atta hallilintar aja kalah sama loe, dimana2 media bahas loe, jadi trending topik berturut-turut dalam tahun ini
Korona : (tertawa dengan kemenangan bersama pasukannya)
Aku: datang  dan keluar ke negri orang, dengan gratis. Terus ninggalin mayat dimana-mana, negri ini kacau lebih dari bencana yang memporak - porandakan negri Masih belum puas kata loe ( mulai panas, hinggat tokoh aku gerah dengan baju plastik yang dia pakai)
Korona : (tertawa kecil) hahaha masih banyak hal yang ingin kulakukan.
Aku : hiduplah kau atas penderitaan orang lain, dan tangisan negeri ini. Sadarkah kau, semua orang butuh hidup bebas, tapi kau mengurung kami dalam ketakutan. Kau dan pasukanmu terlalu sombong, tanpa menyadari bahwa tak semua manusia itu hidupnya bahagia, mereka harus berjuang untuk bisa makan, nyatanya hari ini. Kau yang menutup semua peluang yang telah mereka usahakan. Untuk apalagi kau di bumi, pergilah ke planet yang lain
Korona: (terdiam dan mencoba berpikir)
Aku: gunakan hati dan nurani mu, jika sang pencipta tidak memberi mu itu, lihatlah aku. ( Mata aku berbinar- binar)
Korona: melihat ketulusan tokoh aku, akan kupertimbangkan kembali.
Aku : kuharap ka
u hilang tanpa meninggalkan jejak, aku sangat berterima kasih jika kau datang untuk memberi peringatan pada kami, bahwa bumi ini sudah tua. Aku akan berjanji untuk menjaga dan mencintai bumiku.
Korona: turun dari kursi persidangan, dan membalikkan badan. Kemudian berjalan ke ujung jalan yang tak bisa dijangkau oleh penglihatan mataku.
Kemudian badanku digoyangkan oleh goncangan besar, "woi , bangun udah jam berapa ini, keenakan tidur, pergi keluar berjemur"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H