***
Kuambil kain rajut di tumpuan meja yang masih belum siap menjadi sebuah tas kecil. Duduk diatas kayu bambu buatan alm. Bapak membuatku terasa nyaman dan merasakan kehangatan alm. Bapak.
Ketika sedang asik merajut, kosentrasiku sempat terganggu ketika seorang tamu datang mengetuk Pintu "assalamualaikum mak, assalamualaikum mak"
Dengan bergegas Saya pun melangkah mendekati Pintu " ya buk," Pintu pun kubuka. Secara langsung saya menatap tamu berwajah pucat tersebut dari atas sampai bawah.Â
Begitupun dengan tamu yang melihat kebingungan kepadaku. Kami saling terdiam sesaat.
"Kamu, cucu mak dukun ya?"
Dengan tegas Saya menjawab " bukan buk, Saya tetangganya, rumah Mak Lerong di belakang buk" Â menunjukan arah ke rumah Mak Lerong.
Wanita hamil muda tersebut langsung bergegas Tanpa mengucapkan terimakasih kepadaku.
" Kadang manusia itu memang Sombong, mengucapkan kata terimakasih saja tidak bisa" omelku menuju ke kursi bambu.
Wanita Sombong tadi, membuat kosentrasiku hilang. Akhirnya kain rajutan  tadi, saya simpan dalam keranjang wol. Kulangkahkan kaki untuk kembali ke kamar untuk tidur sekejap.Â
Ketika ingin memejamkan Mata saya teringat dengan tamu Mak Lerong. Saya pun mengintip dari sela-sela jendela kamar, agar tidak diketahui mak Lerong yang memiliki Mata tajam walaupun sudah berumur 80 tahun.
Dari kejauhan saya melihat pintu rumah  Mak Lerong  terbuka lebar, keadaan gelap ruangan mak Lerong, membuatku susah untuk mengamati keadaan suasana di dalam.
Seperti bisikan perintah yang datang ke telinga mak Lerong. Agar mak Lerong menutup Pintu rumah.
Langkah kaki mak Lerong menuju pintu membuatku ketakutan. Mata tajam mak Lerong langsung tertuju pada sela jendela dimana aku mengintip Mak Lerong. Â Jantungku berdebar karena ketakutan, Â langsung Saya tarik jendela dan mengunci erat dari dalam.