"Awal Kato"
Masih teringat janji di memoriku dengan seorang dunsanak asli Padang dan sekarang menetap di Australia bersama keluarganya. Bernama Pak Tjipdinata Efendi sosok senior di Blog Kompasiana. Kecintaaannya terhadap tanah Minangkabau yang membesarkannya selalu ingat dalam sanubari Pak Tjip.
Jujur Saya belum pernah bertemu langsung dengan Pak Tjip, namun saya sangat merasa dekat denganya.Â
Mungkin kerinduan Pak Tjip dengan Minangkabau hanya bisa kuobati dengan tulisan yang sederhana ini.Â
Banyak sosok yang selalu memberikan penilaian dan komentar sebagai motivasi bagi Saya untuk selalu giat dalam menulis.
Salam hangat para senior di Blog Kompasiana.
"Wisata Lubuak Mato Kuciang"
Suara deras air gunung Singgalang mengalir begitu merdu. Berhenti sejenak di sebuah kolam pemandian Lubuak Mato Kuciang yang sangat jernih. Terletak di tepian jalan raya di depan sungai Silanggalang.Â
Pemandian Lubuak Mato Kuciang sangat ramai didatangi pengunjung dari berbagai usia. Â Didirikan pada tahun 1918 saat penjajahan Belanda seluas 2449 (m) di Kota Padangpanjang. Meskipun Padangpanjang sudah terdapat Waterboom di Silaing Bawah. Keberadaan Lubuak Mato Kuciang dari dulu sampai sekarang tetap eksis di hati pengunjung.
Pemberian nama terhadap lubuak mato kuciang berdasarkan warna air yang dipantulkan dari ketinggian setelah disinari matahari, yang akan memancarkan seperti warna mata kucing yang biru. Â Kemudian untuk Lubuak berasal dari bahasa Minangkabau yang menjelaskan sebuah lekukan dan menjadi tempat genangan sumber mata air. Jadi setelah melihat keunikan tersebut, masyarakat sekitar menetapkan pemandian tersebut dengan Lubuak Mato Kuciang
Pada Hari minggu kenaikan pengunjung bisa 2 Kali lipat dari hari biasanya. Pengunjung yang datang dari berbagai Kota seperti Solok, Batusangkar, Bukittinggi atau para pendatang di Kota Padangpanjang.Â
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Zudir berusia 42 tahun asli Guguak Malintang Padangpanjang dia mengatakan bahwa "Lubuak Mato Kuciang salah satu wisata air yang sering dikunjunginya bersama keluarga.Â
Anak -anak saya selalu menagih berenang tiap minggu nya. Mengingat biaya untuk pengunjung yang juga murah". Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa masyarakat merasa terpuaskan dengan pemandian Lubuak Mato Kuciang.
Untuk biaya pengunjung hanya 5000 bagi orang dewasa dan 3000 untuk anak kecil. Sekarang Lubuak Mato Kuciang sudah diberi tembok tinggi untuk mengelilingi pemandian tersebut demi kenyamanan pengunjung. Terlihat perhatian pemerintah Dinas Pariwisata Padangpanjang untuk selalu memberikan dukungan  fasilitas baik sarana maupun prasarana di pemandian Lubuak Mato Kuciang.
Pemandian Lubuak Mato Kuciang juga menjadi sandaran pengerak ekonomi bagi masyarakat Singgalang. Mereka membuka kedai-kedai kecil untuk berjualan makanan panas. Salah satu favorite pengunjung setelah berenang makan mie rebus dan sate panas di tepian kolam Lubuak Mato Kuciang.
Namun, untuk kebersihan area pemandian kurang disadari oleh pengunjung. Terdapat sampah botol dan plastik yang berserakan di berbagai titik peristirahatan pengunjung. Hal ini bisa terjadi karena kesadaran pengunjung untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan kurang. Kemudian minusnya  penyedian tempat sampah untuk pengunjung. Semoga kedepannya pengunjung bisa sadar, bahwa sampah akan mengurangi esetetika sebuah keindahan pemandian Lubuak Mato Kuciang.
Jadi  bagi teman-teman dan sanak family jangan lupa untuk menikmati sejenak liburan di Lubuak Mato Kuciang. Kalau bukan Kita siapa lagi?, yang akan meramaikan ikon wisata daerah kita sendiri. Terimakasih Dan ditunggu kedatanganya di Lubuak Mato Kuciang .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H