Kepulan asap merayap di Kotaku. Seminggu sudah pandanganku terhalang oleh asap yang tebal. Jangankan hijau gunung yang bisa kutatap, keadaan satu km pun sangat susah kuamati. Terpaksa jika keluar ruangan kami harus menggunakan masker. Karena aroma bau asap yang sangat tajam  dan membuat pernapasan kita terganggu.Â
Suasana gedung pertunjukan Hoerijah Adam pun juga dinaungi oleh asap. Masih membekas di hati ini keadaan dalam gedung tersebut. Setelah 4 tahun kuliah dan menetap di sebuah Institusi mengajarkanku menjadi orang yang harus bertanggung jawab.
 Baju hitam dan  topi hitam yang hanya bisa Kita jumpai dua kali periode dikampusku. 23 September sudah menjadi butir sejarah baru dihidupku. Usaha mandeh dan Abah di kampung membuatku bisa menempuh pendidikan Sarjana. Dukungan mereka yang tiada hentinya yang menguatkan jiwa dan raga ini. Kuliah di kampus seni membuatku keluar dari zona nyaman. Banyak Hal yang kupelajari di sebuah kampus. Bersosialisasi, organisasi, disiplin waktu, Tim produksi, menjadi pengajar, latihan, Dan masih banyak kegiatan lainnya. Yang Tak kan kujumpai selain kampus seni.
Keiklasan adalah kunci utama untuk kuliah dikampus seni. Menghadirkan sebuah karya seni tidak bisa tanpa bantuan orang lain. Komunikasi dan kinerja yang baik akan melancarkan segala persiapan yang dihadapi di sebuah Institusi. Seutas benang merah pun tak membatasi kedekatan alumni, senior dan junior di kampusku.Â
Kampus adalah tempat kedua setelah Kos bagi mahasiswa seni. Proses latihan untuk menghasilkan sebuah karya seni membuat Kita dekat dengan orang lain. Pembagian kelompok dengan Tim produksi mengajarkan mahasiswa untuk bertanggung jawab. Proses latihan dari sore sampai malam adalah rutinitas mahasiswa seni.
Berkumpul di kampus pada malam hari sampai jam tengah malam, merupakan hal yang biasa. Tidak hanya untuk latihan , waktupun digunakan untuk berdiskusi bersama. Banyak hal positif yang dilakukan mahasiswa di sebuah kampus.Â
Bagiku tidak ada suatu tempat yang dilahirkan menjadi buruk, selagi kita masih punya batasan dan komitmen dalam diri. Jangan pernah menyalahkan kondisi jika kamu tidak mau memperbaiki kondisi tersebut.
Memberikan pengertian dengan orangtua, Dan beberapa sanak family untuk keputusan kuliah di seni, cukup menguatkan diri ini bertahan sampai akhirnya gelar sarjana, di ujung namaku.
****
Masih teringat olehku usaha mandeh dan abah di kampung untuk menguliahkan diriku. Setidaknya 1 Kali dalam 2 bulan memaksa ku untuk pulang kampung. Â Kehidupan yang likaliku tak henti-hentinya kujalani bersama keluarga. 4 anak yang harus disekolahkan oleh mandeh dan abah. Kerja dibawah terik matahari dan meninggalkan kerutan dan kulit kering di wajah dan punggung amak dan abah.
Ingin rasanya ingin kuakhiri pendidikan ini, agar amak dan abah bisa beristirahat di rumah. Namun dukungan merekalah yang membuat Saya berdaya.
Ketika pasokan beras di Kos habis, Hanya pulang kampung solusinya. Dengan pinjaman uang teman Saya pulang kampung. Senyuman amak dan abah, membayar lelahnya diriku dalam perjalanan.Â
Setelah 3 Hari di kampung, hati ini gelisah untuk bisa kembali ke kampus. Mengingat tugas kuliah dan ujian praktek yang semakin dekat. Informasi di grop WA Tak henti-hentinya untuk mengajak berkumpul dan proses.
Dengan terus terang Saya berbicara dengan Amak Abah atas keputusan ku untuk kembali cepat ke kampus.
Raut Muka sedih terukir diwajah mandeh. "Nak, tidak bisa liburmu diperpanjang?" Kerinduan yang belum puas amak kepadaku belum terbayar dengan 3 Hari di kampung.Â
Namun abahku selalu menyemangati ku Dan memberikan pengertian kepada amak.
***
Akhirnya esok pagi Saya putuskan untuk kembali ke kampus. Menjelang subuh diriku masih pulas dalam tidur, setelah siang harinya membantu amak berkerja di kebun.
Suara riuh ayam di kandangnya mengejutkan diriku yang tertidur.
Dengan berani aku mengitip dari Pintu jendela. Soalnya berita kemalingan hewan ternak sedang heboh di kampungku.
Setelah dilihat dari lobang kecil jendela, ternyata yang kutemui adalah amak dan abah yang mengikat beberapa ekor ayam untuk dijual ke pembeli ayam.
Dengan linangan air Mata Saya melihat jasa Mandeh dan Abah untuk memenuhi kebutuhan ku untuk kembali menuntut ilmu.
***
Akhirnya sekarang lah waktunya memberikan senyuman hangat, kepada mereka yang berjasa siang dan malam. Do'a dan dukungan bagaiakan rolling coster yang berjalan begitu cepat.
Pemindahan seutas tali dari Kiri ke kanan dan berjabat langsung dengan Pimpinan kampus hanya bisa Kita rasakan setelah dirimu menyelesaikan tanggung jawab sebagai mahasiswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H