Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita di Seberang Jalan

28 September 2019   10:27 Diperbarui: 28 September 2019   11:05 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Lahir dan dibesarkan di sebuah desa telah menyadarkan Saya banyak Hal dari sikap, logat berbicara, pendidikan sekolah,  didikan orang tua, adat istiadat  dan masih banyak hal yang lain, yang sangat sulit dijelaskan satu per satu.

Peran penting keluarga dalam kehidupan mendominasi kepribadian Saya selain bersekolah dari pendidikan dini sampai akhirnya saya SMA di kampung. Sampai akhirnya saya sampai di jenjang pendidikan sarjana di sebuah Institusi di Kota Padangpanjang.

Perpindahan lingkungan dan gaya hidup baru mengajarkan Saya hidup lebih mandiri. Tidak Ada orang tua maupun saudara tempat mengadu. Selain diri Kita dan beberapa kenalan di Padangpanjang yang menjadi tempat sandaran baru.

Banyak hal yang kualami. Ibarat sebuah rasa nano-nano.  Terkadang manis, hambar, ataupun pahit. Baiklah dalam keadaan diri yang masih di atas kasur dan selimut tebal bermotif warna bendera Inggris Saya sangat semangat menulis cerita ini untuk bisa dibaca oleh semua orang.

Meskipun mataku masih mengantuk tapi sebuah ide mengucangkan Saya dari tidur. Oke, selamat menikmati suguhan manis di pagi yang menurunkan hujan dari tidurnya di atas awan.

Dua Hari yang lalu saya sepulang dari kuliah bertemu dengan seorang laki-laki parubaya yang sudah berambut putih namun masih terlihat Sehat dan bugar. Lelaki itu selalu mudah untuk melebarkan senyumanya kepada siapapun termasuk saya.

Saya adalah tetangga tepat dihadapan rumahnya. Hanya jalur hitam aspal pembatas. Seringkali kami dipertemukan di beberapa kegiatan. Misalkan, kami sering berjumpa untuk pergi sholat berjamaah di mesjid, atau Saya yang menemuinya untuk membeli tabung gas di rumahnya.

Lelaki tersebut memiliki seorang istri yang cantik dan jauh lebih muda darinya. Suatu kebangaan bagi Lelaki itu mendapatkan wanita yang dia cintai. Dulu Saya dan beberapa teman yang lain sempat berdiskusi dengan Lelaki itu di sebuah kedai nasi, usaha sampingan yang kami lakukan di luar kampus. " bapak, menikah di umur 35 tahun nak" ungkap lelaki tersebut dengan nada tenang

Kami yang masih beranjak ke dewasa langsung terkejut melihat usia yang cukup lanjut untuk menikah " kok bisa Pak?" Seru temanku

Lelaki tua yang selalu menggunakan topi putih di kepalanya memilih untuk duduk untuk menceritakan kisah Masa lalunya tersebut " jadi, karena sudah menjalani umur kepala tiga bapak   disindir oleh teman-teman. 

Mereka anggap bapak  memiliki penyakit kelamin, sontak Saya kesal dengan hinaan tersebut, setiap teman saya menikah Saya selalu menjadi Bahan buah bibir di tengah pesta berlangsung, sampai Akhir nya bapak angkat bicara"
Kami pun penasaran "gimana Pak kelanjutan nya" dengan menahan  tawa

" Saya akan menikah dengan tidak sembarang wanita, wanita zaman sekarang sangat mudah didekati laki-laki sampai harga diri dan kemaluannya dia serahkan demi memenuhi kepuasaan bersama Lelaki. Banyak Hal Saya ketahui daripada kalian. Tidak sengaja saya mengikutidiantara kalian. Pada suatu malam di Kos seberang Saya Melihat kamu Karim dengan pacarmu dalam satu kamar.

 Apa yang tidak kalian lakukan di dalam ruangan seperti itu, bapak menatap teman-teman bapak dengan mata tajam dan suara penuh keberanian, langsung teman-teman bapak terdiam dan malu dengan dirinya sendiri" ucap bapak dengan tertawa mengenang Masa lalunya


"Wah bapak keren" jawabku


"Sebenarya pembahasan Kita sekarang ini anggap sebuah pelajaran, bapak sudah mengangap kalian disini Sebagai anak-anak bapak, jadi jangan pernah menjadi budak cinta, ketika umur masih muda giatlah belajar, balas jasa orang tua dan  akhirnya baru menikah" itulah dialog  panjang terkahir Saya dengan Lelaki tersebut

Setelah pertemuan Dua Hari kemaren, Hari selanjutnya Saya bertemu dengan Lelaki tersebut. Kulihat Lelaki itu berjalan kaki penuh semangat ke persimpangan menuju rumah. 

Tidak sengaja Saya mengejarnya " Pak, darimana Pak?" Sapaku dengan nada riang
Dia berhenti Dan menoleh kearahku " oh, kamu ..namamu Adira kan" seperti memastikan namaku


"Iya Pak, Dira, bapak darimana, sepertinya dari perjalanan jauh" kataku
"Ini, siap jemput baju Sarah di  asrama jalan atas" dia pun membuka isi tas tersebut Dan melihatkan ya padaku
"Jadi Sarah sudah di asrama ya Pak, terus itu baju apa Pak?" Penasaranku.
"Ini baju Kotor Sarah, tiap minggu dijemput, karena di asrama tidak Ada mesin cuci" sahutnya dengan semangat.  Wajah yang selalu menggambarkan kebahagian dari dalam dirinya.


Karena keasikan berbicara kami pun sampai di tujuan.
"Wah, tidak terasa Pak Kita sampai , kalau gitu Saya pamit Pak" tanganku kulambaikan dan kubuka pintu Kos
Lelaki parubaya tersebut juga melambaikan tangan Dibalik pagar besi berwarna hitam miliknya.


***
Baru bangun tidur langsung kulihat Layar hp,  setelah melihat jam, Saya pun memastikan Hari apa sekarang. Maklumlah akhir-akhir ini Saya sibuk pulang kampung dan mengurus persiapan wisuda di tahun ini. Setelah dibuka hp " angka pun bewarna merah petanda waktu libur, jadi Saya bisa beristirahat di Kos seharian" dialogku dalam hati.

Seperti biasanya, ketika semua orang dalam Kos masih tidur. Saya sudah bereaksi untuk menyapu semua ruangan Kos dan cuci piring sekaligus. Berhubung Kos Saya kecil jadi tidak butuh waktu lama untuk bersih-bersih.

Kulihat cahaya matahari pagi menembus Kain penutup jendela Kos. Saya pun tertarik untuk duduk di luar menikmati cahaya tersebut. Sinar yang menembus ke pori-pori kulitku memberikan sensasi hangat pada tubuhku yang tadi kedinginan.

Keasyikan duduk dan menatap para pengendara yang lewat di jalan raya, Mata Saya tertuju kepada Lelaki yang sibuk menjemurkan baju sekolah putrinya dengan sangat rapi. 

Terik matahari Minggu pasti ditunggu oleh Lelaki itu. Pemandangan ini sudah kesekian kalinya Saya lihat. Meskipun rambutnya sudah memutih dan keriputpun sudah menjadi teman. Lelaki tersebut tetap menolong istrinya bekerja pekerjaan rumah.

Meskipun demikian tidak menghilangkan kewibawaan nya sebagai sosok kepala keluarga dalam rumah tersebut. Kebiasaan Lelaki tersebut tidak pernah Saya lihat di kampung. 

Semua pekerjaan rumah selalu dikerjakan oleh ibu. Malangnnya yang mencari nafkah tidak hanya suami namun kaum istripun sekarang sudah turun tangan untuk mencari tambahan uang untuk hidup. Tapi , tetap saja pekerjaan rumah tanggung jawab istri. 

Bagi Saya Sebagai mahasiswa merasa Ada Hal yang harus Kita perbaiki dalam ranah rumah tangga. Meskipun status Saya masih mahasiswa namun , alangkah baiknya semua pekerjaan itu harus tolong menolong, sehingga akan menggambarkan keluarga yang bahagia.


***

Lelaki itu memang penyayang. Hanya satu kedinginan dari Lelaki tersebut yang belum terwujud. Oh ya , Lelaki itu pernah berbicara tentang tiga buah mimpinya sewaktu dia masih muda dengan sebutan tiga buah mimpi "kecil". 

Pertama dia ingin punya istri cantik dan pendek darinya, yang kedua dia ingin punya rumah sederhana, Dan yang ketiga dia ingin punya Mobil kecil. Penggunaan kata kecil menggambarkan bahwa Lelaki tersebut orang yang sederhana dan bersyukur.

Dari ketiga mimpi tersebut hanya satu impian yang belum terwujud dalam hidupnya, yaitu memiliki Mobil kecil untuk digunakan keluarganya. Alasan kuat lelaki itu memiliki mobil , menurut Saya karena dia tidak pandai  mengendarai motor. 

Saya tidak tahu kenapa Lelaki tersebut tidak bisa mengendarai motor. Dia lebih memilih jalan kaki atau Naik  ojek. Wajar saja jika Saya belum pernah melihat bapak dan istrinya itu naik di atas motor yang sama.  Saya berharap semoga mimpi Lelaki sederhana itu terwujud kedepannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun