Kerja sama ISI Padangpanjang dengan Asean China Week 2019 memberikan kesempatan ke tiga kalinya untuk ISI Padangpanjang berada di atas panggung Naning China. Sebelum ditampilkan di China, segala pertunjukan dan karya , di hadirkan di panggung Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam pada 06 September jam 20.00 WIB.  Terdapat  beberapa karya dari ISI Padangpanjang seperti Drama Play pertunjukan Malin Nan Kondang karya Wenhendri, Tari Hoyak Gandang Nan Batingkah sebagai closing ceremony, pemutaran karya seni rupa yang akan dipamerkan seperti karya Rajudin "Irama Kehidupan", Miswar "Desa Pariangan", Yunis Muler "Bialah Sungu Tapupua Asal Tanduak Makan, Elvia " badai", Eizal "Pinggiran Kampuang", Hamzah "Sudut Kampung Minangkabau, Harisman "Bertahan" akan disuguhkan kepada penonton di China.
Lahirnya Malin Nan Kondang
 "Musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri" ucap Datuk dengan lantang kepada Malin yang memilih untuk pergi merantau. Merantau merupakan tradisinya orang Minangkabau. Dalam KBBI  Merantau berarti berlayar (mencari penghidupan di sepanjang rantau atau menuju ke negeri lain untuk mencari penghidupan atau ilmu.  Perlu  kemampuan dan skiil untuk bisa bertahan dan membuktikan kepada tanah kelahiran, kalau kita mampu merubah nasib keluarga untuk lebih baik.
Sebuah pertunjukan Malin Nan Kondang sutradara Wenhenri. Berawal dari ide yang lahir dari desa terindah Andaleh Pariangan. Bapak Novesar Jamarun selaku Rektor ISI Padangpanjang mengatakan bahwa " didalam cerita ini saya ingin menghidupkan bahwasannya Minangkabau penuh dengan kelembutan, pesan dan tanggungjawab, jadi mustahil jika orang tua mengutuk anak kandungnya sendiri" jawab  Novesar Jamarun dengan hasil risetnya.
Adaptasi Malin Nan Kondang, memberikan sudut pandang baru terhadap legenda Minangkabau. Ide cerita tersebut dituliskan dalam bentuk naskah oleh Edi Suisno dan menjadi rangkaian dialog lima tokoh yaitu Malin, Bundo Kanduang, Nilam, Datuak, Datuak Kayo. Diperankan oleh mahasiswa teater angkatan 2017 dan dosen teater, Anggi Hamdi Saputra, Resa Hamdani, Ayu, Firdaus dan Wenhendri.
Sinopsis Cerita
Menceritakan tentang kisah cinta Malin yang melampaui materi dan jasmani bahkan lebih berharga dari dirinya. Sosok Malin yang masa kecil dan dibesarkan di kampung, mengharuskannya untuk pergi merantau agar bisa hidup lebih baik. Kepergian Malin dari kampung meninggalkan kesedihan mendalam bagi Ibunda Malin dan Nilam gadis yang mencintai Malin. Meneteskan air mata ibunda merestui perjalanan Malin. Bergantinya malam dan siang, bagaikan roda yang slelau berputar. Kehidupan Malin berangsur-angsur berubah, hingga akhirnya dia putuskan untuk kembali ke Kampung halaman menemui keluarga, Nilam dan sanak saudara.
Berbanding terbalik dengan kehidupan Nilam, yang semakin terpuruk ke jurang yang dalam setelah kepergian Malin. Demi hutang Nilam harus mengorbankan dirinya. Seorang Datuk kaya raya dan sombong ingin mempersunting Nilam menjadi istri. Nilam dengan penuh keyakinan memilih untuk melarikan diri dan hidup menjadi buruh tani di sawah orang lain demi sesuap nasi.
Kepulangan Malin dari rantau, merubah kehidupan Malin dan keluarganya. Sekarang Ibunda Malin tidak perlu menderita demi sesuap nasi. Tapi tiipan harta yang didapat Malin merubah sikap Ibunda menjadi wanita sombong dan selalu ingin mengatur hidup Malin. Malin tetaplah sama dengan Malin yang dulu. Meskipun dia sekarang bergelimang dengan kekayaan. Kesetiaan dan kerinduan Malin pada Nilam, akan diperjuangkan Malin untuk bisa dipertemukan dengan Nilam.
Nilam seorang gadis yang rendah hati, merasa malu bertemu dengan Malin. Namun Malin berupaya meyakinkan Nilam bahwa dirinya tidak berubah. Â Akhirnya dari keteguhan hati Malin untuk meyakinkan dua perempuan yaitu Ibunda dan Nilam. Menyatukan Malin dengan Nilam dibawah satu payung percintaan.
Realitas Pertunjukan Malin Nan Kondang
Pertunjukan yang berlangsung 40 menit dengan tujuh  adegan. Tiap adegan ditransisikan oleh tarian dan narasi cerita disampaikan melalui dendang yang merdu. Dalam realitas pertunjukannya, garapan Wenhenri itu menunjukkan sebuah latar yang berbeda di tiap babaknya. Terdapat tujuh babak yang berbeda latar setting , ruang, waktu suasana dan tempat. menghadirkan cuplikan kehidupan persahabatan masa kecil, Malin dan Nilam dan bentuk visualisasi film pendek. Menggunakan video mapping dari sinar proyektor yang dipantulkn ke subuah layar pentas untuk menjelaskan ke tiga latar sekaligus kepada penonton.
Kemudian menghadirkan para penari untuk menjelaskan suasana yang sedang dirasakan oleh tokoh Malin dan Nilam. Penari dalam pertunjukan Malin Nan Kondang juga berfungsi untuk sebagai transisi setiap babak pertunjukan. pertunjukan itu secara fisik memberikan dampak aktif kepada penonton, saat menonton pertunjukan. secara tidak sadar penonton tertawa, sedih dan merasa haru di adegan terkahir pertunjukan. suara dan tepuk tangan meriah penonton mengakhiri pertunjukan Malin Nan Kondang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H