Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta dan Takdir

30 Maret 2019   19:35 Diperbarui: 30 Maret 2019   19:40 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Silau matahari pagi  menyelinap masuk di ventilasi kamarku.  Sinarnya pun menempel di  mata kananku, yang tidak tertutupi oleh selimut. Langsung aku terbangun dan kulihat segelas air sudah disiapkan mama di meja lampu tidur. Tidak butuh lama untuk loading dari bangun tidur, aku pun langsung melihat jam dinding yang sudah menunjukan jam 7 pagi. 

"aduh, pasti terlambat lagi kesekolah", dengan wajah yang murung. Seperti biasanya tiap pagi aku selalu mengambil cermin lingkaran dan kupegang  tangkainya lalu kutatap pantulan sosok wanita yang bibir pucat, lesu dan tidak punya gairah hidup, wanita itu adalah aku. 

Namaku Rise, siswa SMA yang sedang duduk di kelas 2, sekarang aku mengidap penyakit kanker otak. Aku pun heran dengan diriku padahal keluargaku tidak ada satu orangpun yang memiliki riwayat penyakit kanker otak. 

Hanya helaan napas panjang yang bisa kulakukan untuk menerima penyakit ini, dan obat adalah teman yang setia . Jika obat terlambat melewati kerongkonganku 3x sehari, maka bersiaplah sakit yang luar biasa mengeroti seluruh saraf yang tidak tertahankan. Hari-hari yang membosankan
***
Pagi ini aku menjalani rutinitas seperti biasa, mandi, sarapan dengan roti berlapis selai kacang kesukaanku  ya, tidak lupa minum obat yang sudah disiapkan mama diatas meja makan.  " Ma,aku berangkat dulu ya." setengah berteriak. "Iya sayang, hati-hati dijalan ya, jangan jajan sembarangan." Jawab mama yang lagi sibuk di dapur. Selalu begitu. Perempuan yang satu ini begitu ku cinta. 

Mama tidak pernah marah. Aku takut mengecewakan nya. Aku jadi tidak enak selalu menjadi beban nya. Biasanya aku selalu memeluknya sebelum berangkat sekolah, berhubung aku telat lagi jadi aku harus buru-buru kesekolah. "Aku ngak boleh telat hari ini sekarang kan jadwalnya belajar fisika sama Pak Mar", tanpa sadar aku berbicara sendiri di saat perjalanan menuju sekolah.  Untunglah Rea menumpangkan ku kesekolah dengan sepeda motornya. Sebenarnya sih jarak sekolah dengan rumahku hanya sekitaran 2 km ,. Biasanya ada papa yang mengantarkan, tapi dua hari ini papa  sibuk kerja di luar kota, "its okay for me" sambil angkat bahu dan mengangukan kepala.

Sesampainya di sekolah langsung bel berbunyi dan kami berlarian menuju kekelas. Pelajaran pertama dimulai dengan fisika. Disaat orang lain menganggap fisika ilmu yang membosankan dan kalau bisa dimusnahkan dimuka bumi ini, sangat bertolak belakang dengan diriku yang sangat mencintai ilmu fisika. Apalagi aku adalah fans beratnya Albert Eisten yang mengeluarkan jurus relavitas. 

Wajar saja jika wanita segudang prestasi di SMA adalah gelarku. "hahahah", sambil menjulurkan lidah dan tertawa malu. Aku juga aktif di kegiatan ekskul dan sering juga menjadi siswa perwakilan dari sekolah untuk setiap lomba. Meskipun demikian, masih ada yang membuatku tidak bersemangat dengan status jombloku.   

Icha pernah menyampaikan padaku, ketua osis  menyukaiku, tapi dia takut  mengungkapkannya padaku, dengan kesal " emang nya Rise dilahirkan untuk jadi zombie apa",  Diumur yang sudah genap berumur 17 tahun ini aku masih belum mendapatkan kekasih  yang benar-benar bisa buat aku nyaman dan menerima semua keadaanku ini. Rasanya ingin  seperti teman --teman aku yang lain. 

Contoh nya, si Icha selalu pulang bareng sama pacarnya, Roni. "Rise, coba sebutkan langkah-langkah penjumlahan metode polygon." Kata pak Mar membuyarkan lamunanku. "ss saaya pak?" ujar kugugup. "Iya kamu, makanya jangan melamun saja Rise. Tidak biasanya kamu seperti ini." Kata pak Mar. "iya pak, maaf pak." Sesal ku.

***
Huh akhirnya break juga. Ini kesempatan aku untuk cepat-cepat ke taman biar dapat tempat duduk yang di pinggir kolam. Tiba-tiba sahabatku Lisa dan Hellen dengan setengah berlari menghampiriku."Ada yang kirim salam tuh, kayaknya bakalan ada yang ngajak ngedate nih ntar malam." Kata Lisa yang sumpah membuatku bingung setengah hidup. "iyaa nih, ciee ciee yang bakal jadian." 

Sambung Hellen yang turut membuatku bingung. "ada apa sih? Jangan buat aku bingung kenapa? ngomong tuh yang jelas." Aku jadi gak sabaran ada apa sebenarnya ini. "Itu loh si vokalis fiqure-09 katanya suka sama kamu, tadi dia nitip salam buat kamu." Ujar Lisa yang jujur saja membuat ku kaget dan senang pasti nya. Ha? masa? Jangan mentang-mentang aku jomblo akunya kalian becandain." 

Aku berkata dengan senyum simpul setidaknya kedua pipiku telah memerah.  Aku pun berlalu tanpa memperdulikan kata-kata sahabatku lagi. Akhirnya kursi ku telah diduduki seorang lelaki. Hmmm aku pergi saja. Gumamku.

"Hey, kenapa pergi? disini saja duduk." Ucap nya penuh harap. "a aku ke perpus saja, ada tugas yang harus aku kerjakan." Dustaku. Aku benci diriku sendiri, kenapa jantung ini harus dag dig dug ketika berjumpa dengan nya. ZIKRI,  itulah nama nya. Lelaki tampan yang disebut-sebut tertarik padaku. Sudahlah aku pergi saja. Aku pun berlalu meninggalkan Zikri dengan penuh kebingungan dan sekali-sekali menatapnya dari kejauhan.

***
Kriingg-kring  dering telfon rumahku. Aku cuek saja, palingan itu telfon buat mama. "Non, ada telfon buat non." Kata bik Ija dengan suara serak nya. Lalu aku pun meraih gagang telfon dari tangan nya. "Halo, siapa ini?" kataku dengan malas. "Ini aku Zikri, aku mau ngajak kamu untuk datang malam minggu besok ke Caf Rainbow jam 8 malam.  Aku tunggu kamu disana ya? aku berharap kamu bisa datang." Kata laki-laki aneh itu dengan santai  nya. "Emang ada apaan sih? " ujarku penasaran sekaligus kesal. "Kalau di kasih tau sekarang gak surprise namanya, makanya besok malam datang ya?" katanya yang semakin buatku penasaran. "Oke." Sahutku singkat. Kemudian tanpa basa basi aku langsung menutup telfon nya.

"Siapa sayang?" kata mama mengagetkanku. "Biasa ma, teman iseng yang ngak ada kerjaan." Jawabku malas. "yasudah, kamu belum makan kan? Sekarang makan dulu dan jangan lupa minum obat nya ya sayang." Perintah mama yang begitu kucintai ini. "Iya mama sayang." Jawabku sambil mencium pipi nya. Seusai makan malam aku bergegas masuk ke kamar untuk merebahkan diri. Rasanya capek sekali setelah tadi siang mengikuti ekskul menulis.  Aku merenung dan memikirkan status jomblo yang menghantuiku ini. Kemudian Zikri terlintas dipikiranku, kalau dilihat dari wajahnya si Zikri dia adalah lelaki yang manis dengan lesung pipi di sisi kanan, kemudian alis matanya yang tebal mempertegas matanya yang bulat dan bening. "Zikri itu termasuk tipe cowok  pilihanku juga sih".  Tidak butuh waktu bebarapa  menit ku putuskan untuk pintu hati buat Zikri. Meskipun rasa cinta itu belum mekar seutuhnya.

***
Bulan purnama telah keluar dari persembunyiannya seperti hatiku yang telah ku buka untuk Zikri. Pertemuan makan malam yang pertama ini aku harus tampil perfect.   Sampai akhirnya aku menghabiskan waktu satu jam untuk mencocokan baju di depan cermin.  Kemudian pasrah dengan pilihan terakhir yaitu baju yang berwarna peach bercorak bunga-bunga kecil kemudian dipadukan dengan rok polos yang setinggi lutut ." 

Kayaknya ini lucu juga, yaudah aku pakai baju ini aja, sambil merapikan rambut lurusku yang teruntai sepanjang pingang dan terakhir pakai sepatu vans berwarna putih kesukaanku. Kemudian langsung menemui mama untuk minta izin keluar. Tidak butuh waktu setengah jam akhirnya sampai juga di Caf Ranbow favoritnya tempat nongkrong teman sekolah. Ruangan cafe yang penuh dengan kursi kayu yang bercat putih dan lampu kelap kelip menempel di setiap dinding caf , coretan dinding yang berlukisan gambar hati dan beberapa kata-kata puitis yang membuat si pembaca langsung baper. Mencoba mengelilingi kafe sekaligus mencari Zikri yang tidak tahu kebradaannya. 

Akhirnya dengan mata tajam saya melihat para pengunjung yang memakai topi putih. Sebelumnya Zikri mengatakan bahwa malam ini dia akan menggunakan topi . Aku mengitari semua sudut ruangan.

Akhirnya aku menemukan sosok yang laki-laki bertopi putih." Itu dia" dengan semangat aku melangkah dengan cepat,  Tapi langkah kakiku terhenti untuk maju dan memilih untuk mundur dan langsung spontan berlari dan bersembunyi di balik dinding caf. "Siapa itu yang bersamanya? Siapa yang dia pegang tangan nya? Siapa yang dia beri cincin? Siapa? Apa ini yang dia maksudkan surprise untuk ku? Oh tuhan, syaraf-syarafku terasa ngilu. Aku tidak sanggup melihat apa yang ada di depan mata ku." Tidak ingin terlalu kecewa   aku berlari keluar caf dan  membawa segumpal sakit yang tergores. Kemudian dari kejauhan aku mendengar  seseorang  memanggil namaku. 

Suaranya masih tersimpan di memoriku kalau itu pasti Zikri,  Zikri yang telah menyakitiku, Zikri yang mengecewakan ku. Tidak terniat oleh mataku untuk menatapnya dengan mata berlinang. Sampai aku akhirnya kehilangan keseimbangan, pandangan menjadi kabur semua terlihat membayang-bayang dan kakiku tidak bisa melangkah. Aku ambruk. Jatuh di tengah deras nya hujan yang mengguyur. "Rise, kamu gak apa-apa?" ujarnya penuh dengan kecemasan. "Jangan dekat-dekat aku lagi. Aku
benci sama kamu. Aku benci." Teriak ku ditengah deras nya hujan. "Ini gak seperti yang kamu pikirkan. Aku tau kamu pasti salah paham. Perempuan tadi kan? dia sahabat aku. Dia yang bantu aku nyari cincin buat kamu. 

Aku tadi latihan nembak kamu, Rise. Aku gugup. Aku malu. Makanya aku persiapkan dengan sebaik-baiknya." Dia berhenti sejenak. Memandangi kedua bola mataku. "Aku sayang kamu" bisik nya di telingaku. "Aku gak percaya." Ujarku dengan isak tangis.  "AKU SAYANG KAMU,RISE." Teriak nya mengalahkan suara derasnya hujan. 

"Tapi, apa kamu yakin bisa menerima semua keadaan aku sekarang?" tangisku. "Aku sudah tau semua itu, aku justru semakin tertarik dan semakin sayang sama kamu, Rise. Kamu itu perempuan yang tegar dimata aku." Katanya sungguh-sungguh. "Apa yang kamu tau dari aku? Apa kamu tau  tentang penyakit yang aku derita sekarang? apa kamu tau  tentang kanker otak ini ha?" aku berkata sambil menangis terisak-isak. "Aku tau itu, aku tetap sayang kamu. Apapun keadaan kamu., aku berharap kamu bisa menerima cintaku ini." Pintanya. "kita jalani saja dulu." Jawabku.

***
Hari-hari ku kini terasa lebih berwarna dengan adanya Zikri di kehidupanku. Aku seakan tidak pernah lagi merasakan pahit nya hidup ini sama dengan pahit nya obat-obatan yang harus aku minum tiap hari nya. Setiap hari Zikri selalu membuatkejutan-kejutan kecil yang tidak pernah bisa ku lupakan. Ah, betapa sayang nya jika aku harus pergi dan melukai hatinya. 

Aku termenung. "Selamat malam my dear." Isi pesan singkat nya. "Selamat malam juga dear." Balasku. "Coba tulis satu kata yang ada di fikiran kamu saat ini." Balas nya lagi. Aku tak tau apa yang akan dilakukan nya. Lalu aku pun menulis satu kata yaitu "kopi." "Kopi itu enak nya diminum saat panas. Tetapi resiko nya cepat habis. Kalau tidak mau cepat habis, minumlah pelan-pelan tapi resiko nya kopi sudah dingin. Begitu juga dengan cinta, selalu membingungkan." Balasnya dengan kata-kata indah itu. Aku tak membalas sms nya lagi. 

Aku segera mandi dan siap-siap karna kami telah janjian untuk pergi makan malam bersama. Tit, tit suara klakson mobil terdengar jelas sampai kekamar ku. Itu pasti Zikri sudah datang . Pikirku. Aku segera menyudahi dandanku dan buru-buru menemui nya. "Ma, aku pergi dulu ya?" pamit ku sama mama. Mama sedang asyik memasak makan malam di dapur. "Iyaa hati-hati dijalan ya? Jangan pulang terlalu malam." Pesan mama ku. "siip mama sayang." Jawabku seraya mencium tangannya. "mau makan dimana?" tanyaku. "Ditempat yang buat kita jadian dulu." Jawabnya. 

"Pasti caf rainbow kan?"tebak ku. Dia hanya tersenyum. Tak menjawab pertanyaanku. Huh, sebal. Tiba-tiba mobil berhenti di pinggir jalan. Tepat di depan sebuah pohon besar aku melihat sebuah meja dan dua buah kursi yang dihias seromantis mungkin. "this is the first our candle light dinner, honey." Bisiknya memecah kesunyian diantara kami. "Oh so romantic honey, thank you so much." Ujarku. 

Aku tak menyangka, ini adalah tempat dimana pada malam itu kami hujan-hujanan disini. Dan tempat ini juga yang menjadi saksi hubunganku.  Kami mulai makan. Sesudah makan dia mengeluarkan gitar. "Mau request lagu apa nona cantik?" candanya. "aku mau kamu nyanyiin lagu yang sesuai dengan suasana hatimu saat ini, yang bisa mewakili isi hatimu." Pintaku. Dia berpikir sejenak. Lalu dia mulai memetik gitarnya.

Usap air matamu
Dekap erat tubuhku
Tatap aku sepuas hatimu
Nikmati detik demi detik
Yang mungkin tak bisa kita rasakan lagi
Hirup aroma tubuhku
Yang mungkin tak bisa lagit tenangkan gundahmu,gundahmu

Aku tak tau bagaimana perasaanku waktu dia menyanyikan lagu itu.
Kenapa tiba-tiba dia teringat lagu itu? Apa itu isi hatinya sekarang?
Ah aku tak tau.

Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi
Dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi
Dan tak kembali

Lagu telah usai. Aku tepuk tangan bertanda aku suka sama suara nya. Tapi masih ada gundah dihati ini kenapa harus lagu itu yang diabawakan. Ah sudahlah, ini mungkin Cuma aku yang terlalu parno.Tidak terasa sudah dua jam kami disini. Tapi tak sedikitpun niat dihati meninggalkan tempat ini. Sampai kemudian pun hujan turun. Dan kami masih terpaku dengan kebisuan masing-masing. Hujan terus mengguyur. Dia melihat ke arahku dan mengajak ku untuk segera masuk ke mobil dan pulang.

***
"Cepat sembuh ya, Rise. Kami semua kesepian tanpa kamu disekolah." Kata Hellen sahabatku. Perlu diketahui,aku sudah 3 hari dirawat di rumah sakit semenjak kejadian hujan-hujanan sama zikri beberapa hari yang lalu. Penyakit ku jadi kambuh. "iya len, aku juga pengen banget sembuh. Doain aja ya?" kataku berusaha tampak tegar dihadapan orang-orang yang aku cintai ini. Aku melihat Zikri dengan tatapan nanar. Haruskah aku tetap mempertahankan hubungan ini? Aku tidak yakin dengan semua ini. Aku rapuh. "Sayang..." bisikku. "iya sayang? Ada apa? Ayank mau apa?" balas nya dengan penuh perhatian. Oh betapa baik nya dia tuhan. Aku tidak sanggup bila harus kehilangan nya. "kepala aku sakit banget. Aku sudah tidak sanggup rasanya menahan sakit ini. Aku mau hidup tenang." Ujar ku dengan nafas berat. Dia menatap ku dengan mata yang berkaca-kaca. Dia terdiam lama "sayang, hidup dan mati itu sudah diatur sama yang maha kuasa. Jadi jangan putus asa. Setiap penyakit pasti ada obatnya kok." Ujarnya berusaha menenangkanku. "Tapi, kamu sudah dengar apa kata dokter kan? Aku difonis kanker otak stadium 4 dan dokter memperkirakan umurku hanya tinggal 2 bulan lagi. Aku gak mau kamu sakit. Aku gak mau kamu sedih. Untuk itu aku mohon sama kamu, tinggalin aku." Pahit sekali kata-kata itu keluar dari mulutku.  Dia hanya diam sampai aku pun tertidur lelap. "aku berharap kita akan bersama selamanya." Bisiknya memecah keheningan malam.

***
Esok pagi nya, Zikri pun sudah ada disampingku. Dia mau pamit untuk pergi membeli obatku. "Aku pergi dulu ya sayang." Pamitnya. "iya,hati-hati di jalan ya." Balasku.  Aku pun memejamkan mata dan akhirnya terlelap. Di tengah tidurku aku bermimpi. Zikri membawakan ku obat dan dia segera pergi dengan dua orang teman nya yang berpakaian serba putih. Aku terbangun karna suara mama yang menangis disampingku. Aku bingung. ada apa ini? Aku tanya mama dengan penuh rasa cemas. "Ada apa ma? Kenapa mama menangis? Apa yang terjadi?" aku khawatir. Mama menatapku. Lalu mama berkata "Zikri telah tiada,Rise. Dia kecelakaan sewaktu pulang dari apotik. Nyawa nya tidak tertolong. Ini ada surat yang ditemukan di saku bajunya. Ini surat untukmu. Bacalah." Aku menangis histeris. Ini lah rahasia-Nya.  Aku membuka surat Zikri dengan air mata berderai.

Dear sayang
Aku hanya ingin mengatakan kalau di balik semua ini pasti ada DIA yang
sudah mengatur kehidupan ini. Aku menulis ini agar disaat aku tak
disampingmu, kamu selalu bisa tegar dan tersenyum dengan membaca surat
singkat ini. Aku tak tau kenapa hati ini ingin sekali menulis coretan
kecil untukmu. Mungkin ini bisa menjadi sebuah kenangan mungil
untukmu. Aku begitu menyayangimu sampai kapan pun. Ingat sayang semua
ini sudah di balik rahasia-Nya. I love u.
Zikri

Aku tidak tau harus berbuat apa. Aku hanya bisa menangis dan berdoa
kepada tuhan agar orang sebaik Zikri ditempatkan di sisi-Nya. Aku
begitu menyayanginya tuhan. Aku tau ini semua sudah di balik
rahasia-Mu.

Karya:Rise Desva Sari

Editor :Dila Ayu Arioksa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun