Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta dan Takdir

30 Maret 2019   19:35 Diperbarui: 30 Maret 2019   19:40 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku berkata dengan senyum simpul setidaknya kedua pipiku telah memerah.  Aku pun berlalu tanpa memperdulikan kata-kata sahabatku lagi. Akhirnya kursi ku telah diduduki seorang lelaki. Hmmm aku pergi saja. Gumamku.

"Hey, kenapa pergi? disini saja duduk." Ucap nya penuh harap. "a aku ke perpus saja, ada tugas yang harus aku kerjakan." Dustaku. Aku benci diriku sendiri, kenapa jantung ini harus dag dig dug ketika berjumpa dengan nya. ZIKRI,  itulah nama nya. Lelaki tampan yang disebut-sebut tertarik padaku. Sudahlah aku pergi saja. Aku pun berlalu meninggalkan Zikri dengan penuh kebingungan dan sekali-sekali menatapnya dari kejauhan.

***
Kriingg-kring  dering telfon rumahku. Aku cuek saja, palingan itu telfon buat mama. "Non, ada telfon buat non." Kata bik Ija dengan suara serak nya. Lalu aku pun meraih gagang telfon dari tangan nya. "Halo, siapa ini?" kataku dengan malas. "Ini aku Zikri, aku mau ngajak kamu untuk datang malam minggu besok ke Caf Rainbow jam 8 malam.  Aku tunggu kamu disana ya? aku berharap kamu bisa datang." Kata laki-laki aneh itu dengan santai  nya. "Emang ada apaan sih? " ujarku penasaran sekaligus kesal. "Kalau di kasih tau sekarang gak surprise namanya, makanya besok malam datang ya?" katanya yang semakin buatku penasaran. "Oke." Sahutku singkat. Kemudian tanpa basa basi aku langsung menutup telfon nya.

"Siapa sayang?" kata mama mengagetkanku. "Biasa ma, teman iseng yang ngak ada kerjaan." Jawabku malas. "yasudah, kamu belum makan kan? Sekarang makan dulu dan jangan lupa minum obat nya ya sayang." Perintah mama yang begitu kucintai ini. "Iya mama sayang." Jawabku sambil mencium pipi nya. Seusai makan malam aku bergegas masuk ke kamar untuk merebahkan diri. Rasanya capek sekali setelah tadi siang mengikuti ekskul menulis.  Aku merenung dan memikirkan status jomblo yang menghantuiku ini. Kemudian Zikri terlintas dipikiranku, kalau dilihat dari wajahnya si Zikri dia adalah lelaki yang manis dengan lesung pipi di sisi kanan, kemudian alis matanya yang tebal mempertegas matanya yang bulat dan bening. "Zikri itu termasuk tipe cowok  pilihanku juga sih".  Tidak butuh waktu bebarapa  menit ku putuskan untuk pintu hati buat Zikri. Meskipun rasa cinta itu belum mekar seutuhnya.

***
Bulan purnama telah keluar dari persembunyiannya seperti hatiku yang telah ku buka untuk Zikri. Pertemuan makan malam yang pertama ini aku harus tampil perfect.   Sampai akhirnya aku menghabiskan waktu satu jam untuk mencocokan baju di depan cermin.  Kemudian pasrah dengan pilihan terakhir yaitu baju yang berwarna peach bercorak bunga-bunga kecil kemudian dipadukan dengan rok polos yang setinggi lutut ." 

Kayaknya ini lucu juga, yaudah aku pakai baju ini aja, sambil merapikan rambut lurusku yang teruntai sepanjang pingang dan terakhir pakai sepatu vans berwarna putih kesukaanku. Kemudian langsung menemui mama untuk minta izin keluar. Tidak butuh waktu setengah jam akhirnya sampai juga di Caf Ranbow favoritnya tempat nongkrong teman sekolah. Ruangan cafe yang penuh dengan kursi kayu yang bercat putih dan lampu kelap kelip menempel di setiap dinding caf , coretan dinding yang berlukisan gambar hati dan beberapa kata-kata puitis yang membuat si pembaca langsung baper. Mencoba mengelilingi kafe sekaligus mencari Zikri yang tidak tahu kebradaannya. 

Akhirnya dengan mata tajam saya melihat para pengunjung yang memakai topi putih. Sebelumnya Zikri mengatakan bahwa malam ini dia akan menggunakan topi . Aku mengitari semua sudut ruangan.

Akhirnya aku menemukan sosok yang laki-laki bertopi putih." Itu dia" dengan semangat aku melangkah dengan cepat,  Tapi langkah kakiku terhenti untuk maju dan memilih untuk mundur dan langsung spontan berlari dan bersembunyi di balik dinding caf. "Siapa itu yang bersamanya? Siapa yang dia pegang tangan nya? Siapa yang dia beri cincin? Siapa? Apa ini yang dia maksudkan surprise untuk ku? Oh tuhan, syaraf-syarafku terasa ngilu. Aku tidak sanggup melihat apa yang ada di depan mata ku." Tidak ingin terlalu kecewa   aku berlari keluar caf dan  membawa segumpal sakit yang tergores. Kemudian dari kejauhan aku mendengar  seseorang  memanggil namaku. 

Suaranya masih tersimpan di memoriku kalau itu pasti Zikri,  Zikri yang telah menyakitiku, Zikri yang mengecewakan ku. Tidak terniat oleh mataku untuk menatapnya dengan mata berlinang. Sampai aku akhirnya kehilangan keseimbangan, pandangan menjadi kabur semua terlihat membayang-bayang dan kakiku tidak bisa melangkah. Aku ambruk. Jatuh di tengah deras nya hujan yang mengguyur. "Rise, kamu gak apa-apa?" ujarnya penuh dengan kecemasan. "Jangan dekat-dekat aku lagi. Aku
benci sama kamu. Aku benci." Teriak ku ditengah deras nya hujan. "Ini gak seperti yang kamu pikirkan. Aku tau kamu pasti salah paham. Perempuan tadi kan? dia sahabat aku. Dia yang bantu aku nyari cincin buat kamu. 

Aku tadi latihan nembak kamu, Rise. Aku gugup. Aku malu. Makanya aku persiapkan dengan sebaik-baiknya." Dia berhenti sejenak. Memandangi kedua bola mataku. "Aku sayang kamu" bisik nya di telingaku. "Aku gak percaya." Ujarku dengan isak tangis.  "AKU SAYANG KAMU,RISE." Teriak nya mengalahkan suara derasnya hujan. 

"Tapi, apa kamu yakin bisa menerima semua keadaan aku sekarang?" tangisku. "Aku sudah tau semua itu, aku justru semakin tertarik dan semakin sayang sama kamu, Rise. Kamu itu perempuan yang tegar dimata aku." Katanya sungguh-sungguh. "Apa yang kamu tau dari aku? Apa kamu tau  tentang penyakit yang aku derita sekarang? apa kamu tau  tentang kanker otak ini ha?" aku berkata sambil menangis terisak-isak. "Aku tau itu, aku tetap sayang kamu. Apapun keadaan kamu., aku berharap kamu bisa menerima cintaku ini." Pintanya. "kita jalani saja dulu." Jawabku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun