Gaya Bahasa yang digunakan dalam novel ini menggunakan majas yaitu hiperbola dan personifikasi. “motor Nathan membelah jalan raya ibukota yang mulai memadat menjelang tenggelamnya sang raja langit kembali keperaduan. Meninggalkan cakrawala dalam kegelapan yang gulita.” (hal.64)
Kalimat novel tersebut menunjukan bagaimana gaya Bahasa yang penullis gunakan dalam karyanya. Dalam percakapan antara tokoh penulis menggambarkan gaya Bahasa anak Jakarta sekarang, santai dan mudah dipahami pembacanya tidak asing lagi dikalangan remaja dimasa modern.
Sudut pandang yang digunakan pengarang adalah sudut pandang orang ketiga, dinovel ini si penulis seolah mengetahui segala sesuatu apa yang ada didalam cerita, dan menjadi narrator ceritanya.
Secara keseluruhan novel ini menggunakan Jakarta sebagai setting tempatnya. Secara tidak langsung juga menceritakan bagaimana latar sosial di Jakarta. “kendaraan mulai memadati setiap sisi jalan, suara dering klakson dan macet mulai merajalela.” (hal.64) bagian yang menggambarkan bagaimana ciri khasnya Jakarta sebagai ibukota yang dikenal dengan kemacetan, dan kepadatan penduduknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H