Setiap orang pasti pernah menjadi utusan. Baik utusan tempat bekerja, sekolah, keluarga, atau teman kita. Biasanya seseorang diutus untuk melakukan pekerjaan, mengikuti perlombaan, atau menyampaikan pesan atau penerima pesan. Ketika kita menjadi utusan, pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai yang mengutusnya. Tujuan dari pengutusan akan dipengaruhi oleh siapa yang mengutus. Misalnya seseorang yang diutus untuk urusan pekerjaan, maka tujuan yang harus dicapai yaitu melakukan pekerjaannya dengan baik dan bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Ketika seseorang diutus untuk mengikuti perlombaan, maka tujuan yang perlu dicapai yaitu memenangkan perlombaan tersebut.
Dalam bacaan saat ini kita melihat bahwa Injil Markus memulai dengan menjelaskan siapa tokoh utama yang akan dibahas dalam keseluruhan Injil ini. setelah menjelaskan tokoh utama, Injil Markus melanjutkan dengan penggenapan segala nubuat yang disampaikan para Nabi. Nubuat pertama yang digenapi yaitu dari Maleakhi 3:1 bahwa akan ada seseorang yang diutus untuk mempersiapkan jalan bagi Yesus Kristus yang akan berkuasa atas langit dan bumi yaitu Yohanes pembaptis. Ia merupakan orang yang di utus untuk mendahului kedatangan sang Mesias di dalam dunia. Kedatangan Yohanes ke dalam dunia memiliki tujuan yang telah ditentukan. Tujuan Yohanes di utus yaitu untuk menggenapi apa yang dikatakan oleh Nabi Yesaya dalam (Yes. 40:3). Kedatangan Yesus Kristus merupakan sesuatu yang sudah dinantikan sejak lama. Kedatangan Yesus Kristus ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda seperti yang dinubuatkan oleh para nabi di Perjanjian Lama. Salah satu tandanya yaitu seseorang yang akan berseru-seru di padang gurun untuk memberitahukan supaya mempersiapkan jalan karena Yesus Kristus akan datang.
Mengapa perlu mengutus seseorang untuk mempersiapkan jalan? Dalam tradisi/budaya romawi pada masa itu, ketika ada seorang yang berkuasa akan tiba di kota, maka mereka akan mengutus seseorang untuk memberitahukan kepada seluruh rakyatnya supaya mempersiapkan jalan baginya. Tindakan yang dilakukan oleh utusan menunjukkan bahwa yang akan datang selanjutnya bukan lagi seorang utusan tetapi dialah sosok yang lebih penting. Itulah sebabnya Allah mengutus Yohanes untuk memberitahukan kepada semua orang supaya bersiaplah untuk menyambut Anak Allah yang akan berkuasa. Seruan Yohanes Pembaptis supaya orang-orang mempersiapkan jalan bagi Yesus bukanlah jalan dalam maksud harafiah. Bukan jalan yang dapat dilewati kendaraan untuk bepergian, melainkan jalan bagi Yesus untuk mengabarkan Injil. Oleh sebab itu, jalan yang dimaksudkan ialah pertobatan kembali kepada Kristus. Yohanes meminta supaya mereka di baptis sebagai tanda bahwa mereka siap untuk menyambut Yesus sang Anak Allah yang berkuasa. Sebagai sesuatu yang telah lama dinantikan, mereka sangat berantusias untuk mengikuti perintah dari Yohanes Pembaptis untuk dibaptis. Mereka mengikuti perintah Yohanes karena mereka percaya bahwa ia yang telah diutus Allah menggenapi maleakhi 3:1.
  Dari bacaan ini, ada 2 poin penting yang perlu kita mengerti dalam menjadi seorang utusan.
- Fokus pada Tujuan. Dalam mengerjakan tugasnya sebagai seorang utusan, Yohanes terus fokus pada tujuan yang diberikan yaitu memberitakan tentang Kristus. Dalam menjalankan tugas ia tidak hanya melakukan satu hal saja melainkan ada bagian lain yang ia lakukan. Selain memberitakan tentang Kristus yang akan datang, ia juga memberitakan pertobatan dan pengampunan dosa. Yohanes mendorong setiap orang supaya menyadari dan mengakui akan dosa-dosa yang telah mereka lakukan serta meminta pengampunan Allah. Dalam banyak pekerjaan yang dilakukan oleh Yohanes pembaptis, ia tetap menempatkan Kristus sebagai tujuan utamanya. Dia tidak mengambil keuntungan dari setiap tugas yang dilakukan. Apakah kita juga demikian dalam melakukan setiap tugas? mungkin masih ada yang mencoba untuk mengambil keuntungan dari hasil yang dilakukan misalnya untuk sebuah ketenaran, kekayaan, atau untuk mendekati seseorang. Dalam hidup dan pelayanan kita sebagai utusan, kita harus belajar untuk menyadari dan menempatkan Kristus sebagai yang utama. Dialah yang harus kita tinggikan dalam setiap pelayanan yang kita lakukan.
- Melayani dengan kerendahan hati. Dalam ayat 6 menjelaskan bagaimana Yohanes Pembaptis melakukan pelayanannya dengan tampil secara sederhana. Yohanes tidak mau mengambil anugerah yang Allah berikan melalui pelayanan untuk kemuliaan dirinya. Ia justru mengembalikan popularitas dan kemegahannya kepada Tuhan. Hal ini diungkapkan pada ayat 7 bahwa untuk membuka tali kasut-Nya saja ia tidak layak. Dari ayat 7 ini kita melihat bahwa Yohanes Pembaptis bukan hanya sederhana secara penampilan tetapi juga rendah hati dalam pelayanan yang dikerjakan. Hal ini kembali lagi bahwa dirinya menyadari bahwa bukan dialah tokoh utama yang akan menjadi penguasa dan yang akan menebus dosa setiap orang. Apakah saat ini kita sudah menyadari bahwa kita hanyalah utusan? Yang seharusnya memberitakan tentang Kristus sebagai Juruselamat, tetapi justru sebaliknya kita menginginkan pujian orang atas pelayanan kita. Apakah ketika pelayanan kita berhasil, kita mengembalikan semuanya untuk kemuliaan Tuhan? Jika belum, maka sangat penting kita mencontoh Yohanes Pembaptis. Seorang apologet Kristen bernama C. S. Lewis pernah berkata "Kerendahan hati yang sejati bukanlah merendahkan diri sendiri, melainkan tidak memusatkan perhatian pada diri sendiri".
Sebagai umat Allah, kita patut menjadikan tindakan yang dilakukan Yohanes sebagai panutan. Melakukan tugas bukan hanya ketika kita diuntungkan barulah kita mengerjakannya dengan penuh tanggung jawab dan bersungguh-sungguh. Ingat bahwa kita hanyalah utusan yang harus terus memberitakan Kristus sebagai pembawa kabar keselamatan. Teruslah giat melayani supaya kerajaan Allah terus dikenal dan dinyatakan kepada semua orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H