Mohon tunggu...
Diksi_Istimewa
Diksi_Istimewa Mohon Tunggu... Tutor - A Learning

Keep Fighting

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Iman: Jauhkan Angan Bunuh Diri pada Anak

15 Desember 2023   16:07 Diperbarui: 15 Desember 2023   16:15 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iman: Jauhkan Angan Bunuh Diri Pada Anak 

 

Belakangan, fenomena bunuh diri kian menjadi persoalan serius. Bukan sekadar dari sisi jumlah pelakunya yang bertambah, melainkan dari usia pelakunya yang semakin muda. Bahkan pemerintah mencatat, setidaknya ada 20 kasus bunuh diri anak-anak sejak Januari 2023. KemenPPAA menerangkang bahwa para korban bunuh diri merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Kebanyakan bunuh diri disebabkan oleh depresi. [1] 

Kasus bunuh diri yang mulai merambat pada usia anak-anak ini tidak dapat dianggap sepele. Mengingat dari sisi beban hidup, dalam artian tanggung jawab hidup yang dipikul seorang anak belumlah sebanyak dan sekompleks level orang dewasa. Terlebih jika diduga faktor penyebabnya adalah karena depresi, maka perlu ditelusuri mengapa anak bisa depresi dan berakhir dengan bunuh diri. 

Secara umum, depresi berkaitan dengan kemampuan mental untuk menghadapi persoalan yang tengah terjadi. Bisa siap dan menyelesaiakan dengan tenang lagi tepat, ataukah justru merasa terbebani dan berat untuk keluar dari persoalan. Keadaan ini tidak bisa dilepaskan dari faktor eksternal maupun internal individu yang tengah menanggung persoalan. 

Dari sisi ekternal penyebab depresi dikalangan anak bisa berupa efek perundungan verbal maupun, kurang perhatian dari orang tua, banyaknya tuntutan tugas selama sekolah yang tidak mampu dikelola dengan baik, pengaruh tayangan media, dll. Semuanya dapat berpotensi sebagai pemicu beban mental. Yang mana perkara mental ini tersembunyi, tidak mudah diindera secara awam, dan tidak sama daya bantingnya pada setiap orang. 

Sedangkan secara internal, diakui atau tidak persoalan mental memiliki korelasi dengan keteguhan iman seseorang. Semakin tebal kualitas iman, besar kemungkinan koneksi personal dengan Sang Pencipta semakin lancar. Sehingga ketika ada persoalan yang mendera, ada sandaran berpasrah yang menjadikan mental tidak tertekan sendirian secara berlebihan. Iman ini pula yang akan menjadikan filter bagi seseorang sebelum mengambil tindakan apapun, sehingga tidak akan serampangan dalam melakukan sesuatu yang ujung-ujungnya bisa menjadi beban mental. 

Dalam pandangan Islam, perkara iman ini juga berhubungan dengan keyakinan akan kehidupan sesudah kematian. Bahwa setelah kehidupan dunia berakhir, akan ada pertanggungjawaban atas segala yang telah diperbuat selama di dunia, termasuk ketika memutuskan untuk bunuh diri. 

Apalagi terkait bunuh diri, Iman Islam telah memiliki panduan jelas yang tertuang dalam surat An-nisa ayat 29, yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." 

Rasulullah juga bersabda yang artinya: "Barangsiapa yang terjun dari sebuah bukit untuk menewaskan dirinya, maka kelak ia akan masuk neraka dalam keadaan terlempar jasadnya. Ia kekal di dalam neraka selama-lamanya." (HR. Bukhari dan Muslim). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun