Mohon tunggu...
Diksi Pradipta
Diksi Pradipta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PBSI FKIP Universitas Ahmad Dahlan

Diksi Pradipta merupakan mahasiswa di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun 2019. Saat ini sedang menempuh studi S1 pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Ia mengikuti Kreskit(Kreativitas Kita) dan HMPS PBSI UAD.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Koneksi Antar Materi: Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

19 Desember 2023   20:34 Diperbarui: 19 Desember 2023   21:12 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alasan utama saya untuk memilih menjadi guru karena saya ingin mengabdi dan bertukar pengalaman dengan peserta didik. Keyakinan saya untuk menjadi seorang guru adalah karena melihat besarnya peran guru dalam turut serta memajukan negara pada bidang pendidikan menjadikan saya ingin sekali untuk mengabdi kepada negeri sebagai seorang guru dalam membimbing dan menyiapkan generasi muda di masa mendatang. Keyakinan itu menjadi dasar motivasi saya untuk Bersiap mengabdikan diri sebagai seorang pendidik yang profesional dengan pengalaman-pengalaman yang saya miliki. Seorang guru bisa tergantikan di era teknologi yang semakin pesat, tetapi pada kenyataannya peran guru tidak dapat digantikan karena tugas dari seorang guru adalah mendidik generasi selanjutnya.

Filosofi pendidikan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara merupakan perwujudan dari jiwa nasional bangsa. Gerakan pendidikan yang semula bertujuan untuk mendidik calon-calon pegawai perusahaan dibawah naungan pemerintah Belanda berubah menjadi Gerakan pendidikan yang bertujuan agar anak-anak bangsa Indonesia dapat terbebas dari kebodohan dan menemukan kemerdekaannya sendiri. Pada tahun 1854 bupati mendirikan sekolah, tidak semua masyarakat Indonesia yang bisa merasakan dunia pendidikan, hanya hanyalah rakyat yang kelas atas atau bangsawan, sedangkan rakyat yang berada di lapisan bawah tidak mendapatkan sebuah proses pendidikan. Sekolah yang didirikan oleh bupati tersebut memiliki tujuan untuk mendidik calon-calon pegawai perusahaan dibawah naungan pemerintah Belanda.

Pada tahun 1920 Ki Hajar Dewantara memiliki cita-cita yang sangat mulia, beliau menghendaki perubahan radikal dalam lapangan pendidikan dan pengajaran. Sehingga Ki Hajar Dewantara membuat "Taman Siswa" di Yogyakarta. Kondisi Pendidikan yang ada di Indonesia setelah kemerdekaan mengarah pada perubahan proses pembelajaran dan landasan pendidikan. Sehingga Pendidikan di era ini bangsa Indonesia menghilangkan paham-paham Pendidikan dari belanda. Sehingga siswa Indonesia memiliki ciri tersendiri dalam dunia Pendidikan.

Reflektif Diri

Tiga gagasan Ki Hajar Dewantara yakni Ing Ngarso Sung Tulodo artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mangun Karso, artinya seseorang di tengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.

 Berdasarkan tiga gagasan Ki Hajar Dewantara tersebut, menurut saya seorang guru harus bisa menunjukkan sikap yang baik sehingga bisa dijadikan contoh oleh peserta didik. Kemudian gagasan kedua memiliki makna seorang guru dapat menciptakan sebuah ide atau gagasan. Pada zaman abad 21 ini perkembangan teknologi sangatlah pesat, sebagai seorang guru perlu beradaptasi dengan teknologi yang semakin berkembang. Sehingga ketika melaksanakan aktivitas pembelajaran, siswa akan tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran.

Karakter peserta didik dalam suatu kelas sangatlah beragam. Sehingga sebagai seorang guru kita perlu sabar dalam mendidik seorang peserta didik. Hal ini sejalan dengan gagasan Ki Hajar Dewantara yang ketiga yaitu Tut Wuri Handayani yang memiliki makna guru harus memberi dorongan peserta didik dari belakang. Dalam hal ini menurut saya guru memiliki peran bukan hanya untuk mendidik peserta didik saja, tetapi guru memiliki peran untuk membangkitkan semangat peserta didik untuk belajar. Sehingga pada masa kini kurikulum merdeka dilaksanakan untuk menekankan pembentukan nilai-nilai moral dan etika yang kuat melalui interaksi dan contoh yang ditunjukkan oleh guru serta menghubungkan Pembelajaran dengan Konteks Lokal: Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan kepada guru untuk mengaitkan pembelajaran dengan realitas dan kearifan lokal. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun