Mohon tunggu...
diko siadari
diko siadari Mohon Tunggu... Administrasi - Creator

"TIME IS MONEY"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Filosofi Budaya Batak Toba Dalam Dunia Pendidikan

15 Januari 2025   15:10 Diperbarui: 15 Januari 2025   14:57 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari pemaparan di atas, dapat kita lihat bahwa anak sangat berharga bagi kehidupan kelompok etnik Batak Toba, dimana si orang tua menginginkan anak- nya lebih berhasil dari pada orang tuanya. Nilai ini menjadi warisan leluhur kepada kelompok etnik Batak Toba agar mereka mampu mengusahakan agar si anak lebih berhasil dari orang tuanya.


Konsep Hamoraon, Hagabeon, Hasang- apon (3H)

Konsep tentang 3H dalam kelom- pok etnik Batak Toba begitu mengkristal di dalam kehidupannya. 3H dalam ke- lompok etnik Batak Toba adalah sing- katan dari Hamoraon, Hagabeon, Ha- sangapon. Konsep ketiga hal ini seka ligus merupakan tujuan hidup dari setiap kelompok etnik Batak Toba. Ini me- rupakan wujud dari kebudayaan sebagai ide dan gagasan yang terus menerus mewarisi dan mendarah daging bagi ke- lompok etnik Batak Toba. Selain itu, konsep Hamoraon, Hagabeon, Hasang- apon telah melekat pada pola pikiran dan setiap tingkah laku kelompok etnik Batak Toba (Revida, 2006: 216).

Tiga kesatuan tujuan utama kelom- pok etnik Batak Toba atau falsafah etnik Batak Toba yang tertuju pada sahala yaitu, hagabeon (kebahagiaan, memiliki keturunan), hasangapon (kehormatan yang dicapai lewat pendidikan, dan peng- alaman), dan hamoraon (kekayaan). Keti- ga nilai inilah yang sangat mewarnai hi- dup dan kehidupan kelompok etnik Batak Toba, sehingga dapat dikatakan tujuan hidup kelompok etnik ini sudah terumus- kan secara jelas. Ketiga falsafah hidup tersebut merupakan tingkatan-tingkatan hidup dari nilai-nilai budaya Batak Toba, dimana seseorang harus memiliki keber- hasilan duniawi sehingga ia mendapatkan kekuatan nyata dan menjadikan dirinya sebagai manusia penting dan kuat. Akan tetapi, ketiga hal tersebut yang tertuang dalam sahala merupakan sebuah kualitas yang bisa diperoleh atau hilang.

Hamoraon (kekayaan) merupakan salah satu nilai budaya Batak Toba yang mendasari individu atau kelompok untuk mencari harta yang banyak. Konteks mencari harta yang banyak tersebut sang- at ditopang adanya kehadiran anak dalam keluarga Batak Toba. Oleh karenanya, se- gala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang yakni individu Batak Toba dimana keka- yaan tersebut telah diidentikkan dengan harta kekayaan dan anak. Tanpa anak, individu Batak Toba tidak akan merasa kaya, meskipun banyak harta.

Hagabeon (kebahagiaan, memiliki keturunan) merupakan salah satu nilai budaya yang mendasari individu Batak Toba memiliki keturunan yang banyak.

Banyak keturunan dan panjang umur. Satu ungkapan tradisional Batak terkenal yang disampaikan pada saat upacara pernikahan adalah ungkapan yang mengharapkan agar kelak pengantin baru dikaruniakan putra 17 dan putri 16. Sumber daya manusia bagi orang Batak sangat penting. Kekuatan yang tangguh, hanya dapat dibangun dalam jumlah manusia yang banyak.

Hasangapon (kemuliaan dan kehor- matan) merupakan kedudukan seseorang dalam lingkungan masyarakat. Individu Batak Toba dengan adanya hasangapon (kemuliaan, kewibawaan, kharisma) men- jadikan ia memiliki suatu nilai utama yang memberi dorongan kuat untuk meraih kejayaan. Nilai ini memberi do- rongan kuat, lebih-lebih pada kelompok etnik Batak Toba pada zaman modern ini untuk meraih jabatan dan pangkat yang memberikan kemuliaan, kewibawaan, kharisma dan kekuasaan (Simangunsong, 2018: 210)

Tidak ada urutan prioritas dari ke- tiga nilai tersebut. Namun diasumsikan bahwa diantara ketiga nilai yang paling utama adalah nilai hagabeon sebab di dalamnya telah tercakup dambaan etnik Batak memiliki keturunan, unsur-unsur kaya, dan prestise dalam diri anak. Anak adalah kebahagiaan, anak adalah masa depan, anak adalah penderitaan. Hal ini terungkap dari umpasa (kiasan) berikut hosuk humosukhosuk, hosuk di tombak ni batang toru porsuk ni na porsuk, sai umporsuk dope naso maranak marboru Artinya, penderitaan yang paling berat di dunia ini adalah jika tidak punya ketu- runan, dan kehilangan nilai (arti) anak (Simanjuntak, 2015:145). Dalam kelom- pok etnik Batak Toba, jalan untuk mencapai nilai hasangapon dan hamo- raon adalah melalui jalur pendidikan. Sehingga tidak mengherankan bahwa, pendidikan pada etnik Batak cukup berkembang. Kelompok etnik Batak Toba rela tidak memiliki harta, rela meminjam

uang demi pendidikan anaknya. Mereka memandang pendidikan jalan terbaik untuk mencapai hasangapon, dan hamo- raon, serta pendidikan anak adalah wa- risan yang tertinggi nilainya di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun