Mohon tunggu...
diko siadari
diko siadari Mohon Tunggu... Administrasi - Creator

"TIME IS MONEY"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Filosofi Budaya Batak Toba Dalam Dunia Pendidikan

15 Januari 2025   15:10 Diperbarui: 15 Januari 2025   14:57 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Batak (Sumber: Google))

Pendidikan menurut Jenilan (2018: 71) merupakan modal dasar pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan setiap manusia. Istilah pendidikan berasal dari kata "didik", dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan", mengandung arti "perbuatan" (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini awalnya berasal dari bahasa Yunani, yaitu "paedagogie", yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diter- jemahkan ke dalam bahasa Inggris deng- an "education" yang berarti pengem- bangan atau bimbingan. Tanpa pen- didikan, manusia tidak akan berada pada dinamika pola pikir dan gaya hidup yang lebih baik dari awalnya. Pendidikan me- lekat pada pertumbuhan dan perkem- bangan manusia. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor alam dan sosial yang memungkinkan adanya dampak yang timbul dari setiap apa yang diterima manusia tersebut dari lingkungan seki- tarnya. Oleh karena itu, pendidikan sang- at penting sehingga terjadi proses pertum- buhan pola pikir, intelektual, maupun emosionalnya.

Dalam pengertian yang sederhana dan umum, makna pendidikan sebagai "usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pemba- waan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan". Usaha- usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada generasi beri- kutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.

Dalam pendidikan, terdapat se- jumlah nilai budaya yang dapat ditrans- formasikan sekolah kepada diri setiap peserta didik agar mereka dapat berperan secara aktif dalam era global yang ber- cirikan persaingan yang sangat ketat (high competitiveness), yakni: (1) nilai produktif, (2) nilai berorientasi pada keunggulan (par excellence), dan (3) kejujuran. Nilai yang berorientasi pada keunggulan adalah identik dengan moti- vasi berprestasi seseorang. Moral keju- juran adalah moral universal, moral yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa mo- dern dan beradab. Bangunan masyarakat yang sehat adalah yang didasarkan atas nilai-nilai kejujuran. Kejujuran pada gili- rannya akan menumbuhkan kepercayaan (trust), dan kepercayaan merupakan salah satu unsur modal sosial. Untuk itu, tugas pendidikan adalah menanamkan nilai- nilai kejujuran kepada setiap komponen di dalamnya, baik itu siswa, staf, guru, maupun komponen lainnya. Pendidikan anti korupsi adalah pendidikan yang ber- kaitan dengan cara-cara untuk mena- namkan nilai-nilai kejujuran pada diri peserta didik melalui serangkaian cara dan strategi yang bersifat edukatif (Harmanto, 2008:7).

Pentingnya pendidikan selalu ber kaitan dengan status dan kedudukan manusia yang terbagi dalam sifat-sifat ber- bagai macam kelompok etnik. Kelom- pok etnik Batak Toba memiliki karak- teristik yang berbeda dengan suku lainnya, terkhusus dalam bidang pendidikan. Kelompok etnik Batak Toba sangat mem pedulikan pendidikan dikarenakan dilan- dasi oleh nilai-nilai filosofi hidup etnik Batak Toba yang menghantarkan ketu- runannya atau anak-anaknya menjadi orang handal. Pernyataan tersebut sejalan dengan Purba et al., (2017:219), bahwa "The principle of their lives as they be- lieved in the Batak Toba; that education is the only way to "glory of life" and change the fate for the better." Kelom- pok ini meyakini bahwa pendidikan adalah satu-satunya cara untuk mengubah nasib menjadi lebih baik. Lebih lanjut juga dijelaskan bahwa kelompok ini da- pat menjadi cermin keberhasilan keluarga Indonesia dengan ekonomi rendah. Hal ini menjadi dorongan untuk sukses di bidang pendidikan, sains, sosial dan bu- daya.

Studi ini bertujuan mendeskripsi- kan filosofi budaya Batak Toba, yaitu: bagaimanakah Filososfi budaya Batak Toba membentuk pola pikir Kelompok etnik Batak Toba terhadap dunia pen- didikan? Tulisan ini mencoba untuk memberikan pemahaman baru mengenai bagaimana kelompok etnik Batak Toba memahami makna filosofi 3H (Ha- moraon, Hagabeon dan Hasangapon) da- lam kehidupan sehari-harinya. Tulisan ini mengembangkan hasil penelitian dari Purba (2017:223) dimana rekomendasi penelitian selanjutnya keluarga Kelom- pok etnik Batak Toba mengutamakan pendidikan sebagai cara untuk mencapai sahala yaitu Hamoraon, Hagabeon, dan Hasangapon. Antropolog dapat meman- faatkan tulisan ini sebagai referensi da- lam memahami filosofi kebudayaan da- lam pendidikan. Para peneliti juga dapat melakukan studi lanjutan bidang Antro- pologi dengan mempertimbangkan hasil studi ini. Diharapkan, bidang Antropologi Indonesia dapat berkembang secara kon- tekstual dan berkontribusi dalam menye- lesaikan berbagai permasalahan manusia dan kebudayaannya yang terjadi di setiap daerah.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan dalam Budaya Batak Toba

Pendidikan merupakan anak tangga dalam mencapai segala tujuan yang kita inginkan. Pendidikan dapat mengubah cara berpikir dan status setiap orang. Dengan memasuki dunia pendidikan, se- tiap orang berharap dapat memperoleh status sosial yang tinggi seperti kehor- matan, kekayaan, kedudukan dan kekuasaan.

Fungsi pendidikan antara lain usaha meneruskan kebudayaan dari generasi ke generasi, mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma kemasyarakatan, mempro- mosikan mobilitas sosial, memberikan tanda kelulusan, pelatihan kerja, mening- katkan hubungan sosial, membangun se- mangat nasional serta penjagaan anak. Disamping itu, pendidikan juga mem- perluas cakrawala pandangan serta me- ningkatkan daya dan sikap kritis terhadap hal-hal yang berhubungan dengan segala kehidupan (Spencer dalam Simanjuntak, 2011: 191).

Pentingnya pendidikan bagi ke- lompok etnik Batak Toba, membuat para orang tua di huta (kampung) maupun di kota berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah yang lebih tinggi daripada dirinya sendiri sebagai orang tua. Dengan kata lain, kelompok etnik Batak Toba, baik dari kelas sosial yang kaya, menengah maupun miskin, sama-sama berkeinginan agar anak-anak- nya mendapatkan pendidikan yang ter- baik daripada dirinya. Mereka berupaya mewujudkan hal itu sesuai kemampuan masing-masing. Artinya, tidak ada per- bedaan sikap diantara golongan pendi- dikan dalam usaha menyekolahkan anak. Baik orang tua yang tidak berpendidikan, maupun yang berpendidikan, sama-sama memiliki keinginan yang keras dalam menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah yang lebih tinggi (Simanjuntak, 2011:193).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun