Mohon tunggu...
Diklitbang HMDEP USU
Diklitbang HMDEP USU Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Himpunan Mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang menjadi wadah tempat menampung tulisan-tulisan mahasiswa Ekonomi Pembangunan di masa periode Diklitbang HMD-EP 2022/2023.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Impulsive Buying Bagus atau Tidak?

22 Januari 2024   15:59 Diperbarui: 22 Januari 2024   16:45 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh Juliani Sapira, Mahasiswa Ekonomi Pembangunan 2022, Universitas Sumatera Utara.

Impulsive buying, atau pembelian impulsif, merupakan perilaku konsumen di mana keputusan pembelian dilakukan tanpa pertimbangan yang matang atau rencana sebelumnya. Fenomena ini sering dipicu oleh faktor emosional, tawaran diskon yang menggiurkan, atau impuls dari lingkungan sekitar. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa aspek penting terkait impulsive buying.

Dampak Impulsive Buying

Keuangan Individu:

Pembelian impulsif dapat memiliki dampak negatif pada keuangan individu, karena seringkali barang atau jasa yang dibeli tidak benar-benar dibutuhkan. Ini dapat menyebabkan penumpukan utang dan ketidakstabilan keuangan pribadi.

Strategi Pemasaran:

Perusahaan menggunakan berbagai strategi untuk merangsang impulsive buying, seperti tawaran diskon terbatas, penempatan produk di kasir, atau teknik pemasaran yang membangkitkan emosi. Analisis terhadap strategi ini dapat membantu konsumen untuk lebih waspada.
Mengidentifikasi Pemicu Impulsive Buying

Dorongan Emosional:

Mengenali emosi yang mendorong pembelian impulsif dapat membantu konsumen untuk mengontrol perilaku ini. Kesadaran diri terhadap stres, kebosanan, atau keinginan instan dapat membantu menghindari pembelian yang tidak perlu.

Tawaran Diskon:

Penawaran diskon yang terlihat menguntungkan seringkali menjadi pemicu utama impulsive buying. Memahami perbedaan antara keinginan dan kebutuhan dapat membantu konsumen untuk membuat keputusan yang lebih rasional.
Strategi Mengelola Impulsive Buying

Buat Rencana Belanja:

Membuat daftar belanja sebelum pergi berbelanja dan menaati rencana tersebut dapat membantu mengurangi pembelian impulsif. Fokus pada barang yang benar-benar dibutuhkan.

Edukasi Finansial:

Peningkatan literasi finansial dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang konsekuensi jangka panjang dari impulsive buying, mendorong konsumen untuk membuat keputusan pembelian yang lebih bijaksana.

Dengan memahami dampak impulsive buying, mengidentifikasi pemicunya, dan menerapkan strategi pengelolaan, konsumen dapat meminimalkan risiko keuangan dan membuat keputusan pembelian yang lebih sadar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun