Ku Seduh seutas kertas beraromakan tinta pena kerinduan di tiap pagiku
Sembari Kutelan butiran-butiran partikel kepiluan
                    Dan di tiap malamku kutirahkan rasa ini di atas keegoisan hati
Hati ini picik dan Tuhan tahu itu
Merinduimu membuatku hilang kesadaran secara perlahan
Dan apakah Engkau tau?
Aku menikmati setiap detik proses kegilaanku
Sesorot tatapanmu itu Mahal dan kusadari itu sejak memulai kegilaan ini
Hati ini sering menggila meminta pada Sang Kuasa
Padahal Rindu ini hanya sekuncup tapi sungguh aku tak sanggup
Kata darimu sederhana namun berati bagiku "jangan  Mengeluh" ujarmu
Karena saat batin terdampar dipulau keterpurukan berpantaikan butiran pasir kelemahan
Mengeluh hanya menjadi lambang kedholiman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H