Hal yang paling menarik dari sebuah makanan menurut saya adalah latar belakang bagaimana makanan itu bisa tercipta dan juga proses pembuatannya. Selalu ada hal-hal luar biasa saat kita mengetahui bagaimana mulanya kreatfitas menghasilkan makanan yang akhirnya bisa kita nikmati sekarang.Â
Watie Sukma menceritakan jika ibunya penyuka sale jari, yang menurut Watie salenya cukup alot dan baru bisa dimakan setelah tiga kali gigitan. Lalu Watie terpikir bagaimana membuat sale pisang yangenak dan praktis  bisa sekali makan.
Watie menamai kreasinya itu Salmutz, kependekan dari sale selimut yang belakangan orang menyebutnya sale imut karena bentuknya kecil bisa dilahap sekali am. Rasanya manis namun gurih, sale ini cocok sebagai teman ngopi atau teman ngeteh.Â
Bagaimana sebetulnya Salmutz dibuat? Inilah penuturan Watie Sukma:
- Sale jari mentah dbelah dua, kemudian dibalut terigu atau kulit lumpia. Lalu dpotong kecil  masing-masing sekitar 2,5 cm
- Setelah dipotong, selanjutnya digoreng
- Ketika proses penggorengan selesai lalu sale tadi ditiriskan dengan alat spinner. Nah  spinner ini merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi kadar minyak suatu makanan dengan proses penirisan minyak dengan cara diputar pada kecepatan tertentu.
- Sale-sale tadi selanjutnya diamkan dulu agar benar-benar kering
- Proses selanjutnya yakni gramasi. Sale ditimbang untuk kemudian dimasukan ke dalam kemasan.Â
Sale sebagai bahan utama Salmutz didapakan Watie dari kawannya yang memang memiliki pabrik Sale di Cianjur. Watie tahu persis tentang sale yang berkualitas tinggi. Sale yang enak biasanya terbuat dari pisang ambon, jenis pisang yang sebetulnya kini agak sulit didapat. Dari warnanya sale kualitas tinggi biasanya berwarna coklat kehitaman.
"Sale yang bagus itu lembut dan manis dan tidak keras.Jadi waktu digulungnya juga lebih gampang" kata Watie menyebut kriteria sale yang baik. Nah wanita single partent ini hanya menggunakan sale pilihan sebagai bahan Salmutz agar produknya ini juga menjadi produk yang berkualitas yang bisa dinimkati para penggemarnya. Ada dua ukuran kemasan yang dibuat olehnya yakni kemasan 250gr dan kemasan 500gr.Â
Bukan tanpa alasan, Watie pun melakukan survei kecil-kecilan dimana ia mendapatkan orag yang ingin praktis cukup membawa yang ukuran 250 gram sedangkan bagi orang yang membeli Salmutz yang kemudian dimasukan pada topless maka akan memilih ukuran kemasan Salmutz yang lebih besar.
Seperti halnya para pelaku UMKM lainnya, Watie tidak banyak memiliki pekerja. Ia memiliki pekerja yang tugasnya adalah menggulung alias membalut sale dengan terigu. Ia juga dibantu oleh saudaranya untuk gramasi dan sealer hingga pengemasan. Nah penyuka film comedy romance ini biasanya yang menggoreng sale-salenya. "Menggulung itu harus ekstra sabar. Karenaya tidak mudah untuk mendapatkan pekerja yang bisa melakukan hal ini." tutur Watie.Â
Sebelumnya Watie memiliki enam orang pekerja dan kini di masa pandemi berkurang. Namun menjelang bulan puasa tentu saja ia mesti menambah pekerjanya sebab orderan Salmutz akan meningkat tajam jelang puasa. Â Dan Watie akan rela begadang di malam menjelang hingga ramadhan agar ia bisa memenuhi pesanan Salmutnya yang berlimpah itu.
Berkawan dengan teman-teman UMKM di Cianjur membuat Watie bisa menambah wawasan, jaringan, serta peluang. Lulusan Perbankan IKOPIN ini juga mengaku bahwa kini ia menjadi tahu kebijakan-kebijakan apa yang diturunkan pemerintah terutama untuk para pelaku ekonomi mikro menengah seperti dirinya. Di tahun 2021 ini Watie memiliki beberapa harapan, ia ingin mandiri secara finansial, produknya bisa tersebar di berbagai toserba dan gerai.
O ya gimana sih sebetulnya rasa Salmutz produksi Lalaku Rasa milik Watie Sukma ini? Manis, gurih, lezat dan membuat saya sulit berhenti menikmatinya. Salmutz yang ukurannya sekali am ini membuat saya ingin am lagi dan am lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H