Siapa tidak mengenal brownies, kue yang sudah ada sejak akhir abad 19 ini nyatanya banyak disukai banyak orang. Ada banyak versi cerita bagaimana awal mula kue ini diciptakan. Walau bisa jadi sebagian merupakan urban legend semata. Hanya saja tentunya brownies merupakan hasil inovasi yang luar biasa, kue yang disukai banyak orang di berbagai negara. Dan kini sudah banyak varian brownies yang bukan melulu itu-itu saja. Salah satunya Bronco yang merupakan singkatan dari brownies tauco.
Bagaimana mungkin brownies yang bermula dari barat ini akhirnya berjodoh dengan tauco dari timur? Adalah Yeti Sumiati dari Cianjur berinovasi membuat makanan yang sudah lama ada namun ia kreasikan sendiri menjadi brownies tauco. "Ide Bronco kueker (kue kering) berawal dari waktu aku ikut pelatihan produk UMKM mau ikut serta eksport. Sedangkan produk UMKM yang bisa diekspor salah satu syaratnya yaitu batas expire mininimal 6 bulan" kata Yeti mengawali pembicaraan. Kebetulan saat itu Yeti membawa contoh  produknya brownies tauco. Dan tentu tidak termasuk dalam produk yang akan diekspor. "Dari situ saya berpikir bagaimana brownies tauco bisa expire 6 bulan ya dengan cara dikeringkan" imbuh ibu tiga orang anak ini.
Dari situlah akhirnya Yeti berkreasi pada adonan brownies tauco dengan beberapakali eksperimen hingga jadilah Bronco Kueker yang ada sekarang ini. Ide awalnya ia terinspirasi dengan almond krispi dari Surabaya yang sudah ada lebih dulu. Hanya saja Yeti ingin berinovasi dengan salah satu makanan khas dari Cianjur yakni tauco. Hingga kini ada tiga varian yang bisa dinikmati yakni tauco atau varian ori, keju, serta green tea. Selain kueker broco juga memproduksi donat yang ia namai bronco donato.
Banyak orang menyukai brownies tapi tidak banyak yang menyukai tauco, Yeti berhasil memadupadankannya. Yang tidak menyukai tauco sekarang bisa menikmatinya melalui brownies tauco. Tekstur bronco sendiri lembut membuat kita ingin terus mengunyahnya. Rasa tauconya pun berasa walau tidak strong tentu saja. Brownies tauco cocok untuk makanan penutup walaupun tentu bisa untuk nyemil juga ditemani secangkir kopi misalnya.
Yeti terus berinovasi walau di era pandemi dimana daya beli masyarakat yang masih belum beranjak ini. Namun kegigihan enterpreneur asal Bojong Soang Bandung ini biasanya akan membuahkan hasil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H