Pekembangan kehidupan hidup manusia di bumi sudah di mulai kurang lebih dari sejak 300.000 tahun yang lalu, setiap perkembangan kehidupan manusia pasti memiliki sebuah riwayat peristiwa nya masing masing , baik itu sebuah tindakan, pola pikir atau bahkah sebuah perilaku yang cukup menginspirasi yang di lakukakan manusia pada saat itu.
Namun dari sekian banyaknya peristiwa hidup manusia, pernah kah teman teman mendengar mengenai sebuah riwayat peristiwa bahwa ada seorang manusia yang mampu memenangkan sebuah pencapaian walaupun ia berada dalam situasi yang sering kali kita anggap kekurangan.
Sebelumnya saya ingin betanya bagaimana keadaan teman teman saat ini ? sedang baik baik saja atau justru malah sedang tidak baik baik saja ?
Jika jawabannya adalah baik baik saja maka bersyukurlah, kemudian jika jawabnnya sedang tidak baik baik saja maka bersyukurlah juga.
Kenapa saya memberikan pernyataan untuk bersyukur ketika sedang tidak baik baik saja ? karena ada sebuah statemen yang saya percayai, bahwasannya ketika Tuhan memberikan sebuah perkara terhadap manusia pasti tidak akan pernah jauh dari 2 perkara, jika bukan sebuah Nikmat maka itu pasti adalah sebuah Hikmah, begitupun sebaliknya. Artinya dalam keadaan apapun kita harus bisa mempercai bahwasannya pasti ada suatu nilai kebaikan yang akan kita dapatkan dari setiap perkara yang kita rasakan.
Mungkin kita pernah mendengar mengenaik sebuah riwayat kisah tentang Imam Ghazali yang mengalami insiden perampokan, dan dari perampokan itu di curi semua buku buku catatan hasil belajarnya, namun setelah itu justru malah imam gozali bisa menghapalkan isi dari semua buku catatannya tanpa mengandalkan catatannya.
Dikisahkan, dalam sebuah perjalanan Imam Ghazali dihadang segerombolan perampok, kemudian perampok tersebut berhasil mengambil seluruh hartanya lalu meninggalkan Imam Ghazali begitu saja. Namun, dengan sekuat tenaga Imam Ghazali justru mengikuti jejak langkah mereka dan sontak pemimpin perampok pun memerintahkan untuk pergi kepada Imam Ghazali jika tidak ingin binasa, tapi Imam Ghazali justru malah memohon untuk mengembalikan semua catatan catatan bukunya, karena ia mengkhawatirkan semua yang telah ia pelajari akan hilang karena buku catatan nya di ambil oleh mereka para perampok,
Imam Ghazali pun memelas dengan mengatakan
"Sungguh aku telah berjuang untuk mengumpulkan catatan-catatan itu dari hasil aku mendengar uraian guru-guruku. Aku habiskan banyak waktu ku untuk menulisnya serta mempelajari maksudnya”.
Namun justru malah sang pemimpin perampok itu menjawab dengan tertawa terbahak-bahak.
“Oh sungguh malang sekali, bagaimana mungkin engkau mengaku mengetahui ilmu yang telah engkau pelajari? Sedangkan kini kami telah mengambil seluruh catatan ilmumu. Tanpa tumpukan catatan-catatan itu, engkau kini tak memiliki ilmu sedikit pun,”.
Akhirnya, sang pemimpin perampok itu menyuruh pengikutnya untuk mengembalikan keranjang yang penuh dengan catatan-catatan tersebut.
Imam Ghazali pun sangat senang dengan hal itu. Hingga ia bergumam dalam hati, “Inilah teguran dan peringatan dari Allah kepadaku.”
Sesampainya di kota Thus, Imam Ghazali pun menghabiskan waktu tiga tahun untuk menghafalkan seluruh catatan yang telah ia kumpulkan, hingga pada akhirnya ia mampu memelihara semua ilmu pengetahuannya tanpa mengandalkan buku catatannya.
Atau mungkin mendengar kisah Buya Hamka yang di penjara oleh Soekarno, karena dianggap melanggar UU Anti-Subversif Pempres No. 11. Ia dituding terlibat dalam upaya pembunuhan Soekarno dan Menteri Agama saat itu, Syaifuddin Zuhri. Namanya dihancurkan, perekonomiannya dimiskinkan, kariernya dimatikan dan buku-bukunya dilarang beredar sejak itu, namun Buya Hamka tidak pernah menyimpan dendam. Bukti kongkritnya adalah saat Sekjen Departemen Agama dan Mayjen Soeryo, ajudan Presiden Soeharto, datang ke rumah Hamka membawa pesan dari keluarga Soekarno pada 16 Juni 1970. Pesannya, Buya Hamka dengan sangat hormat diminta mengimami shalat jenazah Soekarno, dan Buya pun meng iya kan perintah tersebut, dan mengimani shalat jenazah Soekarno.
Buya hamka tidak menepatkan keburukan yang terjadi pada dirinya itu sebagai bentuk ketidakbaikan bagi dirinya, melaikan sebagai hikmah yang telah di berikan oleh Tuhan kepada nya, sehingga ketika Buya hamka keluar dari penjara justru ia malah bisa menyelesaikan tafsir Al-Azhar yang menjadi karya fenomenalnya, sebab Tafsir yang mahsyur seantero Asia itu justru diselesaikan saat ia berada di penjara.
''Saya tidak pernah dendam kepada orang yang pernah menyakiti saya. Dendam itu termasuk dosa. Selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya merasa itu semua merupakan anugerah yang tiada terhingga dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan kitab tafsir Alquran 30 juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk menyelesaikan pekerjaan itu'' kata Buya Hamka.
Atau Mungkin mendengar Kisah seorang wanita bisu, tuli, dan buta yang bernama Helen Keller yang justru malah bisa menjadi seorang wanita sosialis dan menjadi seorang motivator pengendalian kelahiran. Serta menjadi salah satu pendiri Hellen Keller International, dalam sebuah organisasi yang meneliti nutrisi, penglihatan, dan kesehatan.
Begitulah maksud saya menyampaikan bahwasannya dalam keadaan apapun kita harus senantiasa bersyukur karena dalam setiap perkara yang kita alami pasti terdapat sebuah nilai kebaikan yang akan kita rasakan. dari ketiga tokoh tadi kita bisa mengambil sebuah pembelajaran dari mereka bahwasannya suatu perkara yang kadang kala kita anggap sebagai sebuah kekurangan justru malah bisa menciptakan suatu nilai kebaikan yang tubuh pada manusia itu hingga mencapai suatu pencapaian ( kemenangan ) yang tidak tersangka sangka sebelumnya.
hal ini juga di jelaskan Dalam Al- Qur'an di jelaskan
"Barang Siapa yang mendapatkan Hikmah, maka dia akan berperoleh kebaikan yang banyak". Q.S Al Baqarah ayat 269
Dari ayat di atas kita bisa mengetahui bahwasannya bukan hanya Nikmat saja yang di dalammnya terdapat sebuah kebaikan, dalam Hikmah pun ternya terdapat sebuah kebaikan yang banyak juga. Biasanya orang orang cenderung mengalah terhadap suatu keadaan, menyerah terhadap kondisi, takluk terhadap sebuah keburukan, atau bahkan menikmati dosa dosa dan kesalahanya, padahal jika kita menglihat sebuah hikmah dari beberapa riwayat peristiwa diatas, sebetulnya orang orang pemenang adalah orang orang yang tidak akan pernah terdiam dan menerima suatu keburukan, mereka justu berusaha mengumpulkan sedikit demi sedikit kebaikan sebagai modal untuk pencapaian ( kemenangan ) yang lebih besar.
Kita Bisa belajar dari bayi, dari anak anak atau keponakan di sekitaran kita. Seorang bayi bisa berjalan karena mau belajar dan tidak menyerah apalagi malas, jika bayi tidak pernah mengalami jatuh, ada kemungkina bayi tersebut tidak akan pernah bisa berjalan, bayi bisa berjalan. karena ia menemukan kebaruan dari sebelumnya, dari merangkak menjadi berjalan, dari berjalan menjadi berlari dan seterusnya. kemudian seorang anak yang sedang belajar sepedah lalu jatuh dan tidak putus asa, anak tersebut tidak akan pernah bisa lancar menggunakan sepedah jika ia tidak pernah jatuh, namun karena dari jatuh lah ia bisa belajar lagi, jatuh lagi hingga akhirnya ia bisa, begitulah sesungguhnya kita bisa belajar menarik hikmah dan tak pernah menyerah.
Tuhan memberikan sebuah perkara terhadap manusia pasti tidak akan pernah jauh dari 2 perkara, jika bukan sebuah Nikmat maka itu pasti adalah sebuah Hikmah, begitupun sebaliknya.
Tetap Tumbuh Dengan Baik, Semangat .!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H