Mohon tunggu...
Diki Prayugo
Diki Prayugo Mohon Tunggu... Apoteker - Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Hobby : Olah raga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekuatan dalam Kesederhanaan

6 November 2024   16:40 Diperbarui: 6 November 2024   16:41 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kekuatan dalam Kesederhanaan

Mengambil buku Musashi di rak yang berdebu, rasanya seperti menemukan kembali sebuah harta karun dari masa lalu. Buku ini adalah teman lama, sebuah jendela menuju kehidupan seorang legendaris Jepang, Miyamoto Musashi. Setiap halaman, setiap prinsip, menggambarkan perjalanan hidup seorang samurai tanpa tanding yang tak hanya menguasai ilmu pedang, tetapi juga filsafat hidup yang mendalam.

Di akhir hidupnya, Musashi menyusun Dokkodo---yang berarti "Jalan yang Ditempuh Sendiri." Ini adalah kumpulan 21 prinsip hidup yang ia tinggalkan, semacam wasiat filosofis dari seorang pendekar tua yang telah mencapai puncak kebijaksanaan. Setiap prinsip dalam Dokkodo mencerminkan cara Musashi hidup, berjuang, dan menemukan ketenangan dalam kesendirian. Membuka lembaran-lembaran ini kembali, saya merasa seperti mendengarkan suara Musashi sendiri yang berbicara tentang kebijaksanaan sederhana namun mendalam yang relevan sepanjang masa.

Prinsip pertama, "terima segalanya sebagaimana adanya," mengajarkan penerimaan tanpa syarat. Musashi memahami bahwa untuk benar-benar bebas, seseorang harus menerima kenyataan tanpa menentangnya. Di prinsip kedua, ia mengatakan "jangan mencari kesenangan untuk kesenangan itu sendiri", sebuah ajakan untuk tidak terjebak dalam kenikmatan duniawi yang seringkali hanya bersifat sementara.

Prinsip ketiga, "jangan bergantung pada keinginan emosional," menyiratkan kebebasan dari emosi yang mengganggu, baik itu keserakahan, amarah, atau rasa iri. Selanjutnya, ia menulis, "pikirkan diri Anda sendiri dengan ringan, tetapi pikirkan dunia secara mendalam," mendorong keseimbangan antara introspeksi dan perhatian pada dunia di luar diri.

Musashi kemudian menambahkan, "jangan pernah menyesali apa pun yang telah Anda lakukan." Baginya, menyesal adalah beban yang tidak perlu; setiap pengalaman adalah pelajaran yang membuat kita lebih bijak. Prinsip keenam, "jangan iri pada orang lain atau membandingkan diri Anda," mengajarkan bahwa fokus terbaik adalah pada diri sendiri, bukan pada pencapaian orang lain.

Prinsip ketujuh, "hindari keterikatan pada cinta atau hubungan yang berlebihan," mengingatkan kita untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan, agar tidak hilang dalam perasaan yang mendalam namun bisa merusak jalan hidup jika berlebihan. Lalu, "jangan berpegang pada hal-hal yang tidak lagi berguna," yang menunjukkan pentingnya melepaskan apa pun yang tidak lagi membawa manfaat.

Di prinsip kesembilan, "jangan takut pada kematian," Musashi mengajarkan ketenangan dalam menghadapi akhir hidup, sebuah keberanian yang memberinya kebebasan sejati. "Jangan menggunakan barang-barang yang mewah, melebihi yang diperlukan," adalah prinsip kesepuluh yang menyoroti gaya hidup sederhana yang ia anut---suatu kehidupan yang bebas dari kemewahan tak perlu.

Musashi menulis, "jangan tertarik pada hal-hal yang dapat merusak jalan Anda," sebuah peringatan untuk tidak tergoda pada hal-hal yang bisa menghambat perkembangan diri. Di prinsip ke-12, ia menyebut "jangan terikat pada kenangan atau masa lalu," mengajarkan bahwa masa lalu tidak seharusnya menghalangi langkah kita ke depan.

Prinsip berikutnya, "jangan mengejar kenikmatan fisik yang berlebihan," menasihati untuk hidup dengan keseimbangan. Kemudian, pada prinsip ke-14, "jangan melakukan apa pun yang bertentangan dengan nilai-nilai Anda sendiri," mengingatkan kita untuk berpegang teguh pada prinsip pribadi, tanpa kompromi.

Lanjut pada prinsip ke-15, "tidak perlu mencari atau memelihara barang-barang yang tidak berguna," Musashi mengajak untuk hidup minimalis, menjaga hanya apa yang benar-benar penting. "Tidak perlu menjadi cemburu pada keunggulan orang lain," prinsip ke-16, mengajak kita untuk fokus pada perkembangan diri tanpa terganggu oleh pencapaian orang lain.

Pada prinsip ke-17, "hormati dewa dan leluhur, tetapi jangan bergantung pada mereka," Musashi mengajarkan penghormatan tanpa ketergantungan, menjaga kemandirian spiritual. Prinsip ke-18, "tidak ada kebutuhan untuk merasa benci atau dendam," mengingatkan kita bahwa perasaan negatif hanya akan meracuni diri sendiri.

Musashi melanjutkan dengan "jangan bergantung pada kemewahan, tetapi selalu jaga kehormatan diri," pada prinsip ke-19, menunjukkan bahwa kehormatan sejati datang dari karakter, bukan harta benda. Pada prinsip ke-20, "terimalah penderitaan dan kesulitan sebagai bagian dari hidup," Musashi mengajak kita untuk menghadapi kesulitan dengan kepala tegak, sebagai jalan menuju ketangguhan.

Akhirnya, di prinsip terakhir, "jangan pernah menyimpang dari jalan Anda sendiri," Musashi menutup dengan pesan tentang kesetiaan pada jalan hidup yang telah kita pilih. Prinsip ini adalah pengingat untuk selalu teguh pada tujuan pribadi, meski rintangan menghadang.

Setelah membaca seluruh prinsip dalam Dokkodo, saya merasa seperti telah menemani Musashi dalam perjalanannya yang panjang. Setiap kata terasa seperti sebuah kebijaksanaan yang tak lekang waktu, seolah membawa saya pada sebuah pemahaman baru tentang keteguhan dan kesederhanaan. 

Membaca kembali prinsip-prinsip ini mengingatkan bahwa hidup yang paling bermakna adalah yang dijalani dengan prinsip, bukan demi kesenangan atau kepemilikan. Sungguh, kerinduan ini telah terjawab---Musashi dan Dokkodo selalu akan menjadi teman dalam perjalanan hidup yang penuh makna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun