Mohon tunggu...
Politik

Kasus Kopi Sianida: Janganlah Kalian Terbuai dengan Asmara Media

15 September 2016   15:17 Diperbarui: 15 September 2016   15:23 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah berbulan-bulan berita tentang kasus kopi maha dahsyat ini tak kunjung seselai dan tak pernah menemukan titik temu. Segala cara dan upayapun dilancarkan oleh pengamat, ahli toksikologi forensik, dan ahli-ahli lainnya didatangkan. Namun, lagi-lagi isu tentang kopi Mirna tersebut bagai misteri. Sang detektif Conanpun sudah tak sabar ingin ikut andil dalam menangani kasus kopi yang melilit bangsa ini. katanya “sudah 19 kali sidang, tapi belum juga mendapat tersangkanya. Apa gw harus turun ke Indonesia?

Melihat kemeriahan kasus kopi siannida ini, tentu tak lepas dari peran serta media yang selama ini juga ikut andil dalam mewacakan, memberitakan dan bahkan kemungkinan besar juga memanfaatkan kasus ini. Bayangkan saja, dalam kurun waktu sekitar 9 bulan, 19 kali sidang, tayangan di berbagai televisi hampir tiap hari berduarsi 4-6 jam. Kasus kopi siannida ini tak kunjung usai. Belum lagi berita oline yang juga selalu bertebaran dan berserakan.

Semua media hampir saja memvonis Jessica bersalah. Berbagai macam sisipun ditelisik oleh media. Mulai dari seorang Jessica yang konon diberitakan dia adalah seorang lesbi, karena faktor kecemburuanlah yang menyebabkan Jessica menaruh racun siannida ke dalam kopi Mirna, sampai berita dimana Jessica juga dikabarkan dendam kepada Mirna. Untung saja tubuh Jessica ciptaan Tuhan, oleh sebab itulah dia masih tahan banting dan tetap kuat menghadapi berbagai macam konspirasi kelas kakap ini.

Setelah berbelit-belit hingga sidang ke-19, di sidang ke-20 kemarin, tampaknya ada fakta baru yang menurut saya menghentakkan semua fakta-fakta sebelumnya.

Diketahui, bahwa BAP yang dibuat oleh ahli forensik terdapat 7,9 g/liter di gelas Mirna. Hal tersebut disanggah oleh Budiawan yang merupakan Ahli Toksikologi dari pihak kuasa hukum Jessica. Bahwa tidak mungkin terdapat racun siannida yang begitu banyaknya hingga mencapai 7, 9 g/liter di gelas Mirna. Menurut agent toxic, standartnya hanya 0, 8 g/liter. Jika sebanyak 7, 9 g/l, maka dalam radius 500 Meter saja, orang di sekitar Mirna juga akan keracunan.

Tak hanya itu, Budiawan juga menantang dengan tegas ahli forensik yang membuat BAP tersebut, untuk melakukan uji coba di depan persidangan. Tak berselang lama setelah menentang ahli forensik untuk melakukan uji coba, Budiawan sudah melakukannya tadi malam, dan hebatnya lagi, uji coba dan simulasi Budiawan tersebut juga disiarkan secara live di iNews tv. Dan hasilnya, tak ada korban yang berjatuhan dan mati seperti Mirna setelah simulasi tersebut.

Saya jadi ternganga dan terpana setelah menonton live aksi simulasi oleh Budiawan tersebut tadi malam. Begitu beraninya tv ecek-ecek sekelas iNews ini melawan arus dari media mainstream lainnya selama ini. Jika media lain selalu berteriak sorak riang gembira menyalahkan Jessica dalam kasus kopi ini, iNews tv justru berbalik arah, memberitakan secara objektif tanpa kepentingan apapun.

Wajar saja KPI sampai mengultimatum dan menegur tv lain, bahwa jangan sampai menggiring opini dan menyalahkan Jessica dalam kasus kopi Siannida ini. Tak usah berfikir yang lain-lain, tanyakan saja pada hati nurani kalian masing-masing. Media mana yang berani gegap gempita menyairkan secara live simulasi kopi siannida yang katanya beracun itu?

Akhirnya saya baru sadar. Dari dulu, iNews tv ini pemberitaannya memang seringkali durhaka. Baik berita tersebut mengenai ekonomi, hukum dan bahkan politik. Salut untuk Hary Tanoe, medianya selalu menyajikan berita objektif dalam segala hal. “Orang-orang baik tumbang dan berjatuhan di negeri ini bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena orang-orang baik lainnya diam dan mendiamkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun