Mohon tunggu...
Diki Aprian
Diki Aprian Mohon Tunggu... Jurnalis - Aku ada

Berproses CP : 081388125782

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semangat Saepudin, Seorang Kakek Pemungut Sampah

6 September 2021   15:18 Diperbarui: 6 September 2021   15:24 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Diki Aprian

Kakek pemungut sampah bernama Saepudin 64 tahun, asal Warungkondang Cianjur. Diusia senjanya beliau masih aktif memungut sampah dan barang bekas diseputaran jalan kota Sukabumi, beliau tak pernah mengira nasib tuanya akan seperti itu.

Kakek Saepudin hidup sendirian istri beliau sudah tidak ada dan anak putrinya sudah berkeluarga. Alasan kakek Saepudin memungut sampah untuk menghidupi dirinya sendiri, selain itu ia enggan bergantung hidup kepada menantuya, ia memilih untuk mencari nafkah sendiri, untuk menunjang kehidupannya Saepudin memilih untuk memungut sampah dan barang bekas.

Ketika malam Kakek Saepudin tidur dijalan di depan ruko-ruko, dengan alas kardus seada-adanya, dijalan saat ia tidur udara terasa lebih dingin dan terkadang beliau tidur bersama tikus-tikus liar got dijalanan, sudah kesehariannya ia tidur seperti itu.

Setiap malam Saepudin berpindah-pindah tempat tidur dari ruko keruko lainnya, terkadang sesekali ia pulang ke Warungkondang ke rumah menantunya, Saepudin orang yang dikenal ramah dan gampang bersosialiasi oleh rekannya yang hidup dijalanan. membuat ia senang berbaur dan hidup dijalanan saling mengasihani satu sama lain dengan kerabatnya yang senasib.

Kakek Saepudin keliling dari tempat sampah ke tempat sampah lainnya untuk memungut sampah disekitaran kota Sukabumi, yang ia pungut plastik, kardus dan barang-barang bekas.
Sampah yang dikumpulkan kakek Saepudin dijual satu Kilonya dengan harga 2500, rata-rata sehari mendapatkan 10 Kg dari hasil pungutannya.

"Nyaeta Abdi mah kitu beres mulung sok langsung digeblugeun plastik, kardusna, sakilona 2500 paling-paling kur menang 10 Kg" Kata kakek Saepudin saat ditemui.

Kakek Saepudin diusia senjanya tetap bersemangat, Beliau mulai memungut sampah dari subuh dini hari hingga malam hari, walau tidak dipungkiri tubuhnya seringkali sakit-sakitan.

"Biasana abdi mah tisubuh angkatna mulai nyandakan sampah tah tepikeun tabuh 10/11 tos istirahat weh mulai deui ashar tepika saberesna we, nyaeta kitu kadang capek saalit-saalit eureun teras maju deui kadang mah sok teu enak badan" Kata beliau.

Menurutnya, jika ia sakit dan tidak memungut dan tidak ada orang yang memberi makan, kadang kakek Saepudin tidak makan menahan rasa laparnya.
Ia berharap ada pihak yang bisa membantunya dan membantu orang-orang yang lebih buruk dari nasibnya, ia berharap pemerintah bisa membantu masyarakat yang kurang beruntung.

"Ah eta teu aya bantosan, tipemerintah teu aya ka abdimah, bujeng-bujeng nu masihan nasi ge sanes ti pemerintah, sanes ngawonkeun ka pemintahnya da teu, teu aya pisan etamah,  nah model nu sok masihannya saderek tos sering eta ge ngan sanes tiditu tianjeunna etamah tinyalira biasana, nupenting mah aya bantosan we ari bapamah" Ujar Kakek Saepudin.

Penulis : Diki Aprian, Mahasiswa tingkat akhir Telkom University

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun