Mohon tunggu...
Diki Damar
Diki Damar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menanti Nasib Politik di 19 April 2017

17 April 2017   10:33 Diperbarui: 17 April 2017   20:00 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang paling ter cemas menunggu hasil Pilkada DKI putaran 2 tentunya kedua kandidat calon Gubernur. Yang terpilih akan bisa meneruskan karir politik di Indonesia, sedangkan yang kalah akan menelan kenyataan yang pahit diterima oleh calon yang tumbang. Bisa dibilang habislah usaha nya untuk eksis di percaturan politik nasional untuk selamanya. 

Tak kalah lebih cemas ialah Jokowi dan Prabowo yang akan maju ke pilpres 2019, karena hasil pilkada DKI sangat menentukan bagaimana penilaian rakyat yang paling rasional dalam pemilihan umum. Sehingga kemenangan di Jakarta sudah seperti 1/2 kemenangan di Pilpres 2019! Tentunya disebabkan oleh gegap gempita seluruh media yang melakukan blow up besar-besaran di seluruh Iini pemberitaan, yang secara tidak langsung menguras energi dan menyedot perhatian besar dari seluruh rakyat Indonesia.

Suka cita yang tak terhingga akan mengharu biru kepada calon yang menang, sedangkan pihak kalah akan mengalami duka cita dan dibully habis-habisan. Sebagaimana kubu Prabowo-Hatta saat dinyatakan kalah oleh KPU tahun 2014 yang lalu, maka seketika itu juga segala sindiran tumpah ruah menghiasi media mainstream dan media sosial. Uniknya kejadian itu bertahan cukup lama sampai sekarang, dan itu juga yang akan terjadi setelah Pilkada DKI selesai dilaksanakan.

Penulis memprediksi bahwa Anies akan menang tipis dibandingkan perolehan suara Ahok. Tidak akan jauh beda seperti yang terjadi di pilgub Banten sekitar 51% berbanding 49%. Dan kalaupun dibawa ke MK akan mentah, bila selisih suara dibawah 1%. Penilaian itu lebih dikarenakan Ahok tidak memiliki momen-momen bagus sebagaimana saat pemilihan di putaran pertama, malah adanya beberapa blunder yang dilakukan relawan serta simpatisannya yang berdampak negatif.  

Selain itu, Insya Allah Pilkada DKI akan berjalan aman dan kondusif. Tidak akan terjadi sesuatu yang buruk sebagaimana opini yang selama ini sering beredar, seolah-olah akan melibatkan pertikaian sosial di tingkat horizontal. Apalagi bila dikaitkan dengan kondisi buram di masa sebelum reformasi, yang konteks permasalahan dan perselisihan sudah sangat berbeda sekali dengan kondisi sekarang di PIlkada.

Namun yang paling penting ialah, janganlah ada tindakan intimidasi atau bentuk kecurangan apapun. Biarlah demokrasi berjalan sebagaimana mestinya, tanpa harus dikotori oleh kelakuan yang jauh dari kata sportif dalam berkompetisi. Apalagi bila perpecahan yang telah menjadi pemisah, semakin diperdalam oleh sikap yang tidak terpuji dari kubu yang menang atau kubu yang kalah.

Jika Anies menang, maka bagaikan lampu kuning untuk Jokowi untuk bisa mempertahankan kekuasaan di periode berikutnya. Karena dampak dari Pilkada, akan menjadi pegangan persepsi sebagian besar rakyat Indonesia terkait Pemilihan Presiden. Karena Jakarta sudah diibaratkan sebagai suara perwakilan berbagai daerah di seluruh pelosok nusantara, sehingga tidak berlebihan rasanya jika suara DKI Jakarta ialah suara rakyat Indonesia secara garis besar.

Tapi kalau Ahok yang menang, maka peluang Prabowo untuk menatap pilpres semakin sempit untuk dilihat dari berbagai sudut. Atau bisa dibilang sudah kalah sebelum pertandingan dimulai, karena tingkat elektabilitas Jokowi semakin tidak terbendung, dan takkan ada lawan yang mampu melawan Jokowi di Pilpres 2019. Utamanya dukungan partai-partai yang tidak akan berani mengambil resiko untuk memilih calon yang lebih kecil peluangnya dari Jokowi untuk mendapatkan kemenangan.

Sedangkan untuk Anies jika kalah di Pilkada DKI, sepertinya meninggalkan dunia politik ialah satu-satunya pintu pilihan yang tersedia. Dan kembali kepada dunia akademisi, untuk bisa melanjutkan sesuatu yang tertunda yaitu tenun kebangsaan sebagai visi-misinya. Takkan ada lagi partai yang akan membuka peluang, sebagaimana yang dialaminya beberapa tahun yang lalu melalui Demokrat dan sekarang melalui Gerindra-PKS.

Yang paling tidak nyaman ialah Ahok yang harus melanjutkan kasus persidangan terkait penistaan agama, karena hasil apapun di Pilkada DKI tidak akan berpengaruh kepada sikap dan pandangan majelis Halim dalam memberikan keputusan. Tapi akan jadi catatan sejarah tersendiri, jika seorang terdakwa bisa memenangkan pilkada yang paling fenomenal. Ditambah pemberitaan luar negeri yang mengupas dan menyajikan berbagai macam kabar berita secara objektif atau mungkin juga secara subjektif.  

Selamat menentukan hasil Pilkada bagi warga DKI jakarta, semoga sesuai dengan hati nurani dan masih ada waktu untuk kembali merenungkan calon yang akan dipilih. Siapapun yang menang mesti bisa diterima dengan kegembiraan, tanpa perlu bersikap berlebihan bagi kubu yang menang. Sedangkan untuk yang diluar DKI, maka dukungan doa dan dukungan moril sudah tentu merupakan hal yang terbaik yang bisa diberikan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun