Sangat menarik untuk ditelaah tentang langkah kang Emil, yang begitu cepat mengambil keputusan dan cukup mengejutkan bagi warga jawa barat khususnya. Karena tentunya bukan tanpa perhitungan dalam membaca berbagai skenario kemungkinan yang akan terjadi, misalkan ada  contoh simulasi hitungan atau prediksi dari penulis, dalam menilai manuver orang nomor satu di kota Bandung tersebut.
PDIP dengan jumlah kursi 20 di DPRD bisa hampir dipastikan akan mengusung kadernya sendiri, dikarenakan provinsi jabar yang begitu strategis dalam menopang politik nasional di pileg dan pilpres 2019 nantinya. Apalagi setelah kekalahan yang dialami di pilgub Banten. Dengan demikian bisa dikatakan mustahil meraih dukungan partai banteng yang begitu membutuhkan provinsi jabar sebagai salah satu basis kekuatan politik selama ini.
Golkar dengan jumlah kursi 17 di DPRD akan mengusung kang Dedi, dengan butuh minimal satu mitra koalisi dalam mencalonkan kadernya sendiri. Misalkan yang paling bisa disimulasikan jika Hanura merapat dengan jumlah kursi 3 di DPRD turut gerbong Golkar. Maka tertutup pula pintu kang Emil menggunakan partai pohon beringin sebagai kendaraan politik.
Gerindra dan PKS sudah tentu kembali berduet dan mengusung pilihan mereka sendiri, Dan dimungkinkan juga jika kang Emil sepertinya sudah mempunyai informasi bila kedua partai itu memiliki skala prioritas siapa kader yang akan dicalonkan, sehingga sangat wajar bila kang Emil akhirnya lebih memilih jalan bermanuver daripada menunggu keputusan politik.Â
Partai demokrat dengan kursi 12 di DPRD, akan kembali menjadi tokoh sentral dalam membangun koalisi dan memberikan paslon yang berkualitas dalam tubuh internal partai. Maka setidaknya perlu 2 partai yang menjadi anggota koalisi yaitu antara PPP , PAN , dan PKB. Dan rasa-rasanya tipis kemungkinan untuk kang Emil masuk sebagai kandidat cagub Jabar.
Walau simulasinya diotak - atik dengan beberapa format, tetap saja secara hitungan politik  akan sulit bagi kang Emil tembus sebagai calon orang nomor wahid yang dicalonkan di Jawa barat. Karena prinsip dasarnya yang ingin maju tanpa harus menjadi anggota parpol. Disitulah yang paling memberatkan bagi seluruh partai yang tetap menjaga eksistensi kepercayaan para pemilih, sebab jika orang-orang non parpol terus menerus bersinar, maka bisa jadi akan menggerus militansi dan kaderisasi partai politik yang disimpulkan sebagai boomerang sampai tingkat simpatisan di akar rumput.
lalu adakah cara lain. ya tentunya dengan mengambil jalur independen yaitu mengumpulkan dukungan sekitar 2 juta warga Jawa Barat. Sebuah mission impossible yang sepertinya kang Emil harus jadi tokoh Ethan Hunt ( Tom Cruise ).
Lalu bila bercermin pada sebuah contoh terhangat yaitu dukungan Teman Ahok yang berusaha menggalang dukungan 1 juta KTP di Ibukota, sudah sangat terlihat perjuangan yang begitu militan para relawannya dengan segala hitungan waktu, biaya dan tenaga yang dikeluarkan. Tentunya bukan hal yang mudah untuk dilakukan dalam waktu singkat.Â
Bila dimisalkan ingin meniru langkah seorang calon non parpol, maka kang Emil wajib juga memiliki relawan yang mumpuni bergerilya meraih dukungan warga Jawa Barat demi maju sebagai calon independen, sebagaimana yang diharapkannya dalam pergelaran pilkada 2018 yang akan datang.
Andaikan kang Emil melakukan deklarasi relawan terlebih dahulu, maka sepertinya akan jauh lebih atraktif dalam memainkan psikologis para partai politik. Sehingga akan menjadi perhitungan tersendiri untuk dimajukan atau diusung oleh beberapa partai yang melihat hasil kinerja para relawannya. Misalkan bisa saja diambil nama dengan istilah dulur kang Emil  atau bobotoh kang Emil.
Tapi dengan keputusan menerima pinangan Nasdem dengan menyetujui 3 syarat, khususnya mendukung Jokowi di pilpres 2019. Waduh itu rasanya terlalu dini, bahkan para pengamat politik belum ada yang secara tegas mengatakan bahwa itu keputusan cerdas, melainkan sebuah sikap ketergesa-gesaan yang kurang diperhitungkan secara rinci dampaknya yang akan direspon oleh warga Jawa Barat, utamanya di kalangan netizen medsos yang sepertinya cukup besar juga respon negatifnya.
Maka penulis lebih memberikan saran kepada kang Emil, bila ada pinangan dari partai koalisi yang menawarkan calon wakil Gubernur Jabar. Maka akan lebih realistis dan lebih bijak bila kang Emil menerimanya.
Terima kasih kang Emil telah bekerja untuk kota Bandung.Â
Â
Â
 Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H