Pemahaman individu dengan individu lainnya mengenai kewirausahaan mungkin akan berbeda. Entah itu dipengaruhi pengetahuan masing-masing, latar belakang, lingkungan, kemajuan zaman dll. Penulis pun dalam kesempatan ini ingin membahas secarik informasi mengenai hal tersebut berdasarkan sudut pandang penulis pribadi.
Bila mengutip pendapat Bygrave (dalam Widodo 2012), kewiraushaan itu merupakan sebuah “dobrakan” terhadap sistem ekonomi yang telah ada. Hal itu dijalankan dengan cara membangun sebuah kelompok atau organisasi untuk kemudian menciptakan sebuah inovasi baik dalam bentuk barang maupun jasa. Dari hal itu, kita mengetahui kewirausahaan itu bukan sekadar menjual barang/produk dan jasa melainkan adanya “inovasi” yang dilakukan pelaku wirausaha untuk barang/produk dan jasanya itu. Bagaimana kita dapat “mendobrak” atau mengubah ekonomi selain dengan adanya inovasi-inovasi?
Inovasi di atas dapat lahir dan kita peroleh dengan memegang sikap-sikap yang harus dimiliki wirausahawan. Menurut Widodo (2012. hlm. 2), Sikap-sikap itu adalah sebagai berikut.
- Percya diri
Kepercayaan diri sebagai wirausahawan adalah penting. Dalam memunculkan kreatifitas dan inovasi sebagai individu harus memiliki keyakinan terhadap ide/gagasannya. Kepercayaan diri juga penting ketika ia terjun untuk menawarkan buah dari kretifitas dan inovasinya berbentuk produk/jasa teradap masyarakat luas. Hal itu berkaitan dengan memaknai istilah “mendobrak” di atas. Ciri dari dewasanya seseorang biasanya dengan adanya rasa tanggung jawab, dewasa, kritis, objektif, dll.
- Merujuk pada tujuan akhir
Sebagai seorang yang berwirausaha sangat penting untuk memiliki pola pikir terhadap hasil atau tujuan akhir. Dengan pola pikir seperti itu, ia akan mampu bertahan dalam halangan ataupun rintangan yang dihadapi dalam usahanya. Sebagai contoh bila sedang berusaha untuk membuka kedai kopi, karena belum memiliki tempat untuk kedai kopinya, ia terus berusaha berjualan dengan gerobaknya di suatu tempat walaupun cuaca panas, hujan belum lagi pengetahuan masyarakat terhadap kopi masih minim yang menjadikan omset penjualannya tak tentu. Namun dengan adanya pola pikir yang merujuk pada tujuan akhir dia ingin memiliki tempat untuk kedai kopi maka ia terus berusaha dengan konsisten dan yakin mengenai hasil akhirnya ia dapat memiliki tempat untuk bisnisnya.
- Gigih
Tetap teguh pendirian dan ngotot, adalah hal yang harus dimiliki. Seorang pendaki tanpa daya juang dan orientasi akhir terhadap pucak gunung sebagai tujuan, tak mungkin bisa sampai. Begitupun dengan wirausaha, tanpa adanya perjuangan yang gigih, sikap yang teguh dalam menghadapi rintangan ketika menjalankan usahanya, keberhasilan mustahil dicapai. Ciri dari gigihnya seseorang dapat dinilai melalui dimensi atau tingkat penguasaannya. Dimensi dan tingkat tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, dimensi control; individu memberikan sebuah pengaruh terhadap lingkungannya
Kedua, dimensi ownership; dimensi ini berkaitan bagaimana individu menghadapi dirinya sendiri dalam berbagai masalah
Ketiga, reach/jangkauan; penilaian individu terhadap jangkauan permasalahan di dalam kehidupannya
Keempat, Endurance; dimensi ini menganggap seberapa lama individu dapat berlangsung atau bertahan dalam menghadapi kesulitan (Helmi dalam Widodo)
- Berani ambil risiko