Artikel ini dibuat untuk memenuhi UAS mata kuliah Akhlak tasawuf
Dosen Pengampu :Â Prof. Asep Usman Ismail
Penulis Artikel :
Dika Saputra dengan NIM 12405051050142 Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Dakwah & Ilmu Komunikasi Jurusan Pengembangan Masayarakat Islam Kelas 1D
Akidah merupakan fondasi utama dalam kehidupan seorang muslim. Sebagai tali penghubung yang kokoh antara manusia dan Allah SWT, akidah berperan dalam membentuk orientasi hidup, keteguhan hati, serta moralitas individu. Artikel ini membahas secara mendalam makna etimologis dan terminologis akidah, perkembangan konsepnya dalam sejarah Islam, serta fungsi dan perannya dalam membentuk karakter seorang muslim. Dengan menitikberatkan pada hubungan antara akidah dan akhlak, artikel ini menyoroti bagaimana akidah yang kuat mampu melahirkan pribadi tangguh, optimis, dan istiqamah dalam menjalani kehidupan.
Dalam kehidupan seorang muslim, akidah merupakan pondasi utama yang menjadi landasan segala amal dan perbuatan. Secara etimologi, akidah berasal dari kata al-'aqd yang berarti simpul atau ikatan. Makna ini menegaskan bahwa akidah adalah sesuatu yang menghimpun dan mengikat keyakinan seseorang terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya. Sementara dalam terminologi, akidah merujuk pada kepercayaan yang tertanam kuat dalam hati, sebagai pengakuan atas keesaan Allah dan kerasulan Muhammad SAW.
Akidah dalam Tinjauan Etimologi dan Terminologi
Ibnu Manzhur dalam Lisn al-'rab mendefinisikan akidah sebagai ikatan, janji, dan fondasi yang meneguhkan hati manusia dalam keimanan. Terdapat lima makna akidah yang dikemukakan:
Al-'aqd -- simpul atau tali yang mengikat.
Al-'uqdah -- ikatan yang kuat.
Al-'ahd -- perjanjian luhur, seperti akad nikah.
Agad atau 'uqd -- dasar atau fondasi bangunan.
'Aqqada -- sesuatu yang menempel dan lengket, melambangkan kokohnya keyakinan.
Dari kelima makna tersebut, dapat disimpulkan bahwa akidah adalah simpul kuat yang meneguhkan hubungan manusia dengan Allah SWT. Keyakinan ini tertanam dalam diri seorang muslim, memandu segala perbuatan, dan menjadi sumber energi spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Sejarah Perkembangan Konsep Akidah
Pada awal perkembangan Islam, istilah akidah belum dikenal secara luas sebagai sebuah disiplin ilmu. Keyakinan terhadap keesaan Allah dan kenabian Muhammad SAW menjadi inti dari ajaran Islam. Seiring waktu, istilah akidah mulai dikembangkan oleh para ulama ilmu kalam (mutakallimun) yang membahas prinsip-prinsip keimanan. Diskusi mengenai akidah ini kemudian melahirkan berbagai aliran pemikiran dalam Islam, seperti Asy'ariyah, Maturidiyah, dan Mu'tazilah.
Hubungan Akidah dan Akhlak
Dalam ajaran Islam, kehidupan seorang muslim terdiri dari dua aspek utama, yaitu keyakinan (akidah) dan perbuatan (akhlak). Akidah berfungsi sebagai panduan dan landasan yang menopang akhlak. Keyakinan yang benar akan mendorong seseorang untuk berperilaku baik, sementara akhlak yang terpuji memperkokoh keimanan seseorang.
Al-Qur'an dalam surah Al-Asr (103:1-3) menegaskan pentingnya hubungan antara iman dan amal saleh:"Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran."
Ayat ini menunjukkan bahwa iman (akidah) harus dibarengi dengan amal saleh (akhlak) agar hidup seorang muslim memiliki makna dan keberkahan.
Fungsi Akidah dalam Kehidupan Muslim
Menentukan Tujuan Hidup
Akidah memberikan arah dan tujuan hidup yang jelas bagi seorang muslim, yakni mencari keridhaan Allah SWT. Konsep ini dikenal sebagai tawjih al-hayat. Akidah juga menyinari kehidupan (tanwir al-hayat) dan menggerakkan manusia untuk berbuat baik (tahrik al-hayat). Dengan demikian, hidup seorang muslim menjadi bermakna dan terarah.Membangun Keteguhan Hati
Keteguhan hati adalah hasil dari akidah yang kokoh. Allah SWT berfirman dalam QS. Ibrahim (14:27):
"Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh."
Ucapan tersebut merujuk pada kalimat tauhid yang menjadi pegangan hidup seorang muslim. Keteguhan ini diperoleh melalui usaha, doa, dan pendidikan spiritual yang berkesinambungan.Menghilangkan Putus Asa
Akidah yang kuat mencegah seorang muslim dari rasa putus asa. Dalam Al-Qur'an, dua istilah digunakan untuk menggambarkan putus asa, yaitu al-yasu (kehilangan harapan) dan al-qant (patah hati). Dengan akidah yang teguh, seorang muslim akan senantiasa optimis dan percaya bahwa setiap kesulitan pasti memiliki jalan keluar.Menumbuhkan Sikap Istiqamah
Istiqamah berarti teguh dan lurus dalam menjalankan perintah Allah. Sikap ini merupakan manifestasi dari akidah yang mendalam. Seorang muslim yang istiqamah akan selalu berada di jalan yang benar, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan dan godaan.Mengendalikan Diri
Akidah membantu seorang muslim dalam mengendalikan diri. Allah SWT menciptakan manusia dengan tiga jenis jiwa:
Al-nafs al-ammarah -- jiwa yang mendorong kepada kejahatan.
Al-nafs al-lawwamah -- jiwa yang menyesali perbuatan buruk dan berusaha memperbaiki diri.
Al-nafs al-muma'innah -- jiwa yang tenang dan selalu dalam kebaikan.
Akidah yang kokoh akan memandu seseorang untuk memperkuat al-nafs al-muma'innah, sehingga mampu menghadapi berbagai godaan dan menjaga integritas diri.
Maka dapat disumpulkan akidah merupakan pilar utama dalam kehidupan seorang muslim. Ia bukan sekadar keyakinan, tetapi juga menjadi panduan hidup yang membentuk akhlak dan moralitas. Dengan akidah yang kuat, seorang muslim mampu menjalani hidup dengan tujuan yang jelas, memiliki keteguhan hati, dan terbebas dari rasa putus asa. Akidah juga mendorong istiqamah dan pengendalian diri, sehingga melahirkan individu yang berintegritas dan tangguh dalam menghadapi dinamika kehidupan. Oleh karena itu, memperkuat akidah menjadi sebuah keharusan bagi setiap muslim agar dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H