Dulu Kita
Oleh Dikdik Sadikin
dulu kita hujan yang jatuh di jendela
tak perlu bertanya dari mana datangnya
tak peduli ke mana perginya
cukup ada, cukup saling basah
"aku masih mengingat suaramu di sela gerimis,
seperti angin yang tak lelah mengetuk jendela..."
dulu kita angin yang lupa arah
berputar di antara detak waktu
meninggalkan jejak di daun-daun
yang tak pernah bertanya kenapa harus gugur
"kau tahu? malam masih mengulang bayangmu,
seperti debur ombak yang takÂ
bisa menahan diri
untuk kembali ke tepi yang sama..."
kini kita hanya sisa gerimis di jalan lengang
nama yang perlahan luntur dari ingatan trotoar
suara yang masih terdengar
tapi tak lagi bisa disentuh
"aku tidak pernah pergi,Â
hanya terhenti di sela-sela kenangan,
menunggumu membaca rindu yang tak sempat kukirimkan..."
kamu masih ada di ujung angin
di sudut-sudut senja yang tak selesai
aku masih di sini, mencoba mengeja
rintik yang dulu kita namai rindu
dulu kita hujan
kini kita bayang-bayang
yang hanya singgah sebentar
sebelum akhirnya hilang.
Bogor, 1 Februari 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI