Pencurian Identitas
Informasi seperti nama lengkap, tanggal lahir, atau lokasi dapat dimanfaatkan untuk mencuri identitas anak, bahkan sebelum mereka cukup dewasa untuk memahami apa yang terjadi.
Gangguan Privasi Anak di Masa Depan
Anak-anak yang tumbuh dengan jejak digital terlalu dini mungkin merasa kehilangan kontrol atas narasi hidup mereka sendiri. Di Inggris, kampanye “Let Them Create Their Own Stories” menyerukan kepada orang tua untuk lebih bijak dalam berbagi.
Tips Memitigasi Risiko Sharenting
1. Jangan Membagikan Informasi Pribadi
Hindari foto atau video yang menunjukkan lokasi sekolah, rumah, atau rutinitas harian anak. Di Jepang, orang tua cenderung hanya membagikan foto dengan latar belakang netral untuk menghindari pelacakan lokasi.
2. Gunakan Fitur Privasi Secara Ketat
Media sosial seperti Facebook dan Instagram memiliki fitur untuk membatasi audiens. Gunakan ini untuk memastikan bahwa hanya orang-orang terdekat yang dapat melihat unggahan Anda.
3. Hindari Momen yang Rentan
Jangan membagikan foto anak dalam situasi intim, seperti saat mandi atau tidur. Di Kanada, kampanye “Think Before You Post” menekankan pentingnya menjaga martabat anak dalam setiap unggahan.
4. Berikan Watermark pada Foto
Watermark atau tanda air membantu melindungi foto dari pencurian. Praktik ini sudah umum dilakukan di Korea Selatan, terutama di kalangan keluarga muda.
5. Libatkan Anak dalam Keputusan
Jika anak sudah cukup besar untuk mengerti, tanyakan apakah mereka nyaman dengan foto yang akan diunggah. Ini tidak hanya melibatkan mereka tetapi juga mengajarkan pentingnya privasi sejak dini.
6. Gunakan Aplikasi Berbagi Khusus
Aplikasi seperti “Tinybeans” atau “23Snaps” memungkinkan Anda berbagi momen keluarga hanya dengan orang-orang tertentu, tanpa risiko tersebarnya informasi ke publik.
7. Hindari Tag Lokasi Secara Real-Time
Jangan pernah menandai lokasi saat mengunggah foto secara langsung. Ini adalah langkah penting untuk mengurangi risiko pelacakan.
Dunia dapat belajar dari Prancis, Jerman, dan bahkan Finlandia, di mana pendidikan privasi digital dimulai sejak dini. Di Finlandia, anak-anak diajarkan untuk memahami risiko internet sebagai bagian dari kurikulum sekolah. Langkah ini dapat menjadi inspirasi bagi Indonesia untuk lebih serius dalam melindungi generasi mudanya.