Mohon tunggu...
Dikdik Sadikin
Dikdik Sadikin Mohon Tunggu... Akuntan - Direktur Pengawasan Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan

Dikdik Sadikin. Kelahiran Jakarta, 20 Februari 1965, adalah Direktur Pengawasan Bidang Pengembangan SDM dan Kebudayaan di sebuah instansi pemerintah, dengan karir di birokrasi selama sekitar 37 tahun, berdomisili di Bogor. Menulis menjadi salah satu hobby mengisi waktu luang, selain menggambar karikatur. Artikel yang ditulis adalah pendapat pribadi penulis, bukan merupakan pendapat resmi dari instansi penulis bekerja. Sejak SMP (1977), Dikdik sudah menulis dan dimuat pertama di majalah Kawanku. Beberapa cerpen fiksi dan tulisan opininya pernah dimuat di beberapa antologi cerpen, juga di media massa, antara lain tabloid Kontan dan Kompas. Dikdik Sadikin juga pernah menjadi pemimpin redaksi dan pemimpin umum pada majalah Warta Pengawasan pada periode 1999 s.d. 2002. Sebagai penulis, Dikdik juga tergabung sebagai anggota Satupena DKI. Latar belakang pendidikan suami dari Leika Mutiara Jamilah ini adalah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (lulus 1994) dan Magister Administrasi Publik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (lulus 2006).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hari Senja di Meja Kerja

13 Januari 2025   12:30 Diperbarui: 13 Januari 2025   12:16 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Image Creator Bing, Remaker, plus Photoshop.


Hari senja datang, perlahan merayap
Seperti bayangan pohon akasia di jendela
Langit temaram, jingga memeluk batas waktu
Dan aku duduk di sini, menatap lembar terakhir
Surat yang kutandatangani dengan tinta tua.

Meja kerja ini, saksi bisu cerita panjang
Tumpukan berkas yang pernah menjadi bukit
Hiruk pikuk rapat, debat yang menusuk telinga
Juga tawa kecil, dan secangkir kopi yang tak habis diminum.
Semua itu kini terasa ringan, berlalu disapu angin senja.

Kursi kulit yang kini enggan berderit
Pernah jadi tahtaku dalam ruang yang tak bernama
Direktur, katanya, gelar yang berlapis formalitas
Namun aku tahu, di luar sana aku hanya lelaki biasa
Yang pulang ke rumah dengan sepatu sedikit berdebu.

Di balik setiap laporan yang tertata rapi
Ada malam-malam yang dihuni sepi
Ada doa-doa lirih istriku di atas sajadah
Dan wajah anak-anakku yang kadang kulihat samar
Di balik kaca foto yang usang di meja ini.

Satu Maret aku akan melangkah pergi
Meninggalkan gedung ini dengan langkah perlahan
Tiada lagi tanda tangan yang mendikte nasib orang
Tiada lagi rapat yang memaku pikiranku pada tabel anggaran
Hanya angin yang menyapa rambutku yang mulai memutih.

Apa yang tersisa?
Bukan gaji, pangkat atau kewenangan yang pernah kupikul
Bukan ruangan megah atau penghargaan berbingkai kaca
Tapi cerita kecil, tentang setia pada pekerjaan
Dan tentang manfaat yang selalu kucoba tebar

Hari senja di meja kerja ini 

Mengajarkanku satu hal yang tak diajarkan jabatan:
Bahwa semua akan berlalu,
Dan yang abadi hanya waktu,
Yang menggulung kita seperti buih di ujung gelombang.

Maka aku bersiap,
Melepas atribut, menyimpan kenangan
Dan kembali menjadi lelaki biasa
Yang merayakan hidup dengan sederhana
Di bawah langit senja yang memeluk batas waktu.

Jakarta, 13 Januari 2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun