Sejumlah mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan dan Kearsipan Universitas Diponegoro (Undip) menyambangi Museum Jawa Tengah Ranggawarsita, pada Jumat (8/11), pukul 08.30 WIB. Kegiatan ini bertujuan untuk mempelajari tentang fumigasi dan konservasi pada koleksi museum.
Pihak Museum Jawa Tengah Ranggawarsita menyambut hangat kedatangan rombongan mahasiswa itu. Setelah dilakukan briefing awal, 193 mahasiswa dibagi ke dalam lima kelompok untuk selanjutnya mengunjungi pos-pos konservasi, yakni konservasi bahan kayu, kertas, kain, logam, dan batu secara bergantian.
Salah satunya adalah konservasi bahan batu yang dipandu oleh konservator bagian divisi pelestarian Museum Jawa Tengah Ranggawarsita, Slamet. Sambil menunjukkan alat dan bahan yang dibutuhkan, Slamet menjelaskan proses dan tahapan fumigasi koleksi batu kepada para mahasiswa pada salah satu koleksi museum, Arca Durga.
Slamet menuturkan bahwa tahapan fumigasi koleksi batu dimulai dengan mengukur dimensi batu, membersihkan debu dan lumut yang menempel menggunakan kuas atau sapu ijuk, setelah itu dicuci menggunakan larutan teepol dan air dengan perbandingan 30 ml teepol dan 1 liter air, kemudian didiamkan selama 3-5 menit, hingga dibilas air bersih sambil sesekali disikat satu arah. Setelah itu, tunggu hingga kering, lalu dilapisi dengan cairan masonzil pada permukaan arca guna menghambat pertumbuhan jamur.
Para mahasiswa Undip turut memperhatikan dan menyimak sambil sesekali melontarkan pertanyaan kepada Slamet.
"Kenapa menggunakan cairan teepol, Pak? Kenapa tidak menggunakan sabun aja? Dan dalam setahun arca dibersihkan berapa kali?" tanya salah satu mahasiswi di sela-sela penjelasan Slamet.
Slamet menegaskan bahwa penggunaan cairan teepol untuk fumigasi koleksi arca bertujuan untuk mengangkat kotoran dan lumut yang menempel. Selain itu, teepol dinilai lebih tidak berbusa dibandingkan dengan sabun pada umumnya.
"Proses pembersihan arca dilakukan secara bertahap, satu tahun bisa dilakukan dua kali pembersihan," lanjut Slamet.