Tim Capstone ekonomi syariah terdiri dari tiga mahasiswa dan mahasiswi yang ditugaskan oleh Departemen Ekonomi Syariah dan ditempatkan di UPZ al-hurriyyah IPB sebagai mitra. Mereka bertiga ditugaskan oleh untuk dapat menemukan permasalahan yang mungkin ada di UPZ dan dituntut untuk menciptakan solusi hasil dari  identifikasi mereka. Unit Pengumpul Zakat Al-Hurriyyah IPB atau yang dikenal dengan UPZ IPB merupakan bagian dari BAZNAS Jawa Barat yang berfokus dalam bidang pendidikan. Sedangkan fungsi atau fokus distribusi zakat tidak hanya sebatas itu.Â
Hasil dari identifikasi Tim Capstone Ekonomi Syariah adalah strategi pendistribusian yang lebih luas melalui UMK. UMK yang terpilih tergolong membutuhkan dan dapat meningkatkan taraf hidup mereka sehingga bisa berubah menjadi Muzakki. Setelah merumuskan suatu program dan menghasilkan salah satu programnya yaitu Pemberdayaan UMKM. Program tersebut didukung oleh penanggungjawab UPZ yaitu Oktama Forestian dan akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember dengan menyesuaikan waktu Capstone Ekonomi Syariah IPB.
Pihak UPZ IPB sebagai donatur yang menyalurkan dana dan Tim Capstone Ekonomi Syariah sebagai pihak yang terjun ke lapangan. Â Satu pihak lain yang membantu program ini adalah Yayasan Pendidik Nusa sebagai penghubung kegiatan dari tim Capstone Ekonomi Syariah dengan target yang ditentukanÂ
Tahap pertama yang dilakukan Tim Capstone Ekonomi Syariah adalah memilih tempat target yang akan dituju. Tempat yang dipilih adalah Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sebagai Penghubung dengan target yaitu Yayasan Pendidik Nusa lah yang memberikan daftar UMK yang memiliki potensi untuk berkembang. Beberapa daftar UMK yang diajukan, Tim Capstone melakukan seleksi dan terpilih empat UMK yang paling berpotensi.
Empat UMK yang terpilih yaituÂ
Pak Supatman sebagai penjual ikan pindang keliling.
Teh Hayum Hasanah sebagai penjual berbagai macam keripik seperti singkong dan pisang.
Abah Jaja sebagai penjual tempe dan tape olahan sendiri.
Teh Herawati sebagai penjual berbagai macam keripik seperti singkong dan talas.
Sebelum melaksanakan program pemberdayaan UMK, Tim Capstone melakukan survei secara berkala kepada empat target tersebut. Survei tersebut meliputi hal yang berkaitan dengan usaha UMK diantaranya potensi usaha yang dapat ditingkatkan dan juga hambatan yang bisa diminimalisir. Kedua aspek penilaian survei tersebut akan menentukan kebutuhan yang akan dibantu dalam program pemberdayaan UMK.
Survei yang dilakukan menghasilkan beberapa curhatan mengenai permasalahan yang beragam. Disamping itu potensi yang dimiliki para UMK cukup tinggi dan harus dipantau untuk perkembangannya. Selain itu, bantuan yang akan diberikan akan memberikan semangat para UMK untuk mengembangkan usahanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H