Mohon tunggu...
Annisa Kharisma
Annisa Kharisma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi! I am currently taking my studies in Public Health, with a specific focus on Environmental Health. I believe that a healthy environment is key to the overall well-being of society.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Cantik Berseri, Dampak Lingkungan Menyertai: Mengungkap Tabir di Balik Fast Beauty

24 September 2024   22:29 Diperbarui: 24 September 2024   22:32 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: medium.com/@Groundcycle

Tahukah kamu bahwa setiap kali kita membeli produk kecantikan baru, kita mungkin juga ikut berkontribusi pada masalah lingkungan global? Ini adalah kenyataan pahit di balik tren fast beauty. Seperti namanya, fast beauty merujuk pada produk kecantikan yang diproduksi dan diluncurkan dengan cepat untuk memenuhi permintaan pasar yang terus berubah. Di dunia yang serba cepat ini, banyak orang mencari cara untuk tampil cantik dengan cepat dan mudah. Namun, di balik kemudahan itu, ada konsekuensi yang mungkin kita abaikan. Mari kita telaah lebih dalam fenomena fast beauty ini, dan bagaimana ia memengaruhi lingkungan kita.

Apa Itu Fast Beauty?

Bayangkan kamu melihat produk kecantikan baru di media sosial—mungkin pelembab wajah dengan kemasan mewah atau gincu dengan warna baru. Dalam hitungan minggu, produk itu sudah tersedia di toko langgananmu. Fast beauty bekerja dengan cara ini—perusahaan kecantikan berusaha mengikuti tren dengan meluncurkan produk secepat mungkin. Ini membuat kita seringkali membeli lebih banyak produk daripada yang sebenarnya kita butuhkan (alias membeli karena FOMO). Masalahnya? Siklus produksi yang cepat dan konsumsi berlebih ini meninggalkan jejak lingkungan yang tidak sedikit.

Plastik dan Limbah: Bestie yang Tak Terpisahkan

Setiap kemasan produk kecantikan biasanya menggunakan plastik, terutama produk fast beauty yang cenderung mengutamakan estetika. Masalahnya, sebagian besar plastik ini sulit didaur ulang dan berakhir di tempat pembuangan akhir atau lebih buruk lagi—mencemari lautan kita. Menurut data dari Zero Waste Week UK di tahun 2018, industri kecantikan menghasilkan lebih dari 120 miliar unit kemasan plastik setiap tahunnya. Bayangkan, sebagian besar dari plastik ini akan tetap ada di bumi selama ratusan tahun sebelum akhirnya terurai.

Siklus hidup produk kecantikan juga biasanya lebih pendek. Karena banyak konsumen membeli produk berdasarkan tren, begitu tren berakhir, produk tersebut sering kali dibuang begitu saja. Akibatnya, banyak produk setengah terpakai yang berakhir sebagai limbah yang mencemari lingkungan.

Mikroplastik yang Mengancam Lautan

Pernah dengar tentang mikroplastik? Mikroplastik adalah partikel plastik sangat kecil yang sering digunakan dalam produk seperti scrub wajah atau makeup. Partikel kecil ini tak bisa tersaring dengan sempurna oleh sistem pembuangan air dan akhirnya mengalir ke sungai dan laut. Mikroplastik ini dapat dimakan oleh ikan dan makhluk laut lainnya, dan ujung-ujungnya bisa masuk ke rantai makanan kita. Menurut penelitian yang dipublikasikan di Frontiers in Environmental Science, mikroplastik kini sudah ditemukan di tubuh banyak hewan laut yang sering kita konsumsi, dari ikan hingga kerang.

Bahan Baku Tidak Ramah Lingkungan

Selain masalah plastik, banyak produk fast beauty yang menggunakan bahan-bahan tidak berkelanjutan. Misalnya, minyak kelapa sawit yang sering ditemukan dalam kosmetik. Produksi minyak kelapa sawit telah dikaitkan dengan deforestasi besar-besaran di kawasan Asia Tenggara. Menurut World Wildlife Fund (WWF), deforestasi ini mengancam habitat spesies langka seperti orangutan, sekaligus memperburuk krisis iklim dengan meningkatkan emisi karbon.

Tidak hanya itu, proses produksi produk kecantikan juga memerlukan banyak energi dan sumber daya alam. Banyak perusahaan menggunakan metode yang tidak ramah lingkungan untuk memproduksi barang-barang mereka. Ini termasuk penggunaan air dalam jumlah besar dan emisi karbon dari transportasi barang.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Sebagai konsumen, kita memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu ambil untuk membantu mengurangi dampak lingkungan dari tren fast beauty:

  1. Pilih Produk dengan Kemasan Ramah Lingkungan
    Banyak merek sekarang mulai beralih ke kemasan yang dapat didaur ulang atau isi ulang. Dengan memilih produk seperti ini, kita bisa membantu mengurangi jumlah plastik yang berakhir di tempat sampah.

  2. Kurangi Pembelian Impulsif
    Coba tanyakan pada diri sendiri, apakah kamu benar-benar butuh produk kecantikan baru, yang lucu, imut, dan gemas itu? Atau apakah kamu hanya FOMO saja? Dengan membeli produk secara bijak, kita bisa berupaya mengurangi limbah.

  3. Dukung Merek Kecantikan yang Berkelanjutan
    Banyak merek yang kini fokus pada clean beauty—produk kecantikan yang transparan tentang bahan-bahan yang digunakan dan memiliki komitmen terhadap lingkungan. Pilih merek yang mengutamakan keberlanjutan.

  4. Bertanggung Jawab atas Sampah yang Kita Hasilkan
    Kita memiliki tanggung jawab untuk mengelola sampah produk kecantikan yang kita hasilkan. Salah satu caranya adalah dengan menyumbangkan sampah tersebut ke tempat-tempat pengelolaan sampah yang tepat.

  5. Donasikan Produk Kecantikan yang Tidak Terpakai
    Produk kecantikan yang tidak lagi kita gunakan masih bisa bermanfaat bagi orang lain. Misalnya, produk tersebut bisa didonasikan kepada perias jenazah. Dengan mendonasikan produk, kita tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga membantu pekerjaan mereka yang membutuhkan.

Pada akhirnya, kawan-kawan, mari kita sadari bahwa kecantikan itu tidak melulu soal penampilan, tetapi juga tentang tanggung jawab. Kalau bisa tampil menawan tanpa menyakiti lingkungan, kenapa tidak? Fast beauty mungkin menggoda, tetapi kita punya pilihan untuk lebih bijak. Dengan memilih produk yang berkelanjutan dan memperhatikan dampaknya, kita bisa tetap tampil menawan tanpa merusak bumi. Sebab, sejatinya, kecantikan itu adalah harmoni antara kita dan alam semesta.

Referensi

The Zero Waste Home, https://www.zerowaste.com/zero-waste-home-guide/

Cubas, A. L. V., Bianchet, R. T., Reis, I. M. A. S. D., & Gouveia, I. C. (2022). Plastics and Microplastic in the Cosmetic Industry: Aggregating Sustainable Actions Aimed at Alignment and Interaction with UN Sustainable Development Goals. Polymers, 14(21), 4576. Doi: 10.3390/polym14214576

Bhuyan MS (2022). Effects of Microplastics on Fish and in Human Health. Front. Environ. Sci. 10:827289. doi: 10.3389/fenvs.2022.827289

Deforestation and Forest Degradation, https://www.worldwildlife.org/threats/deforestation-and-forest-degradation

The Ugly Side of Beauty: The Cosmetics Industry’s Plastic Packaging Problem, https://www.plasticpollutioncoalition.org/blog/2022/1/25/the-ugly-side-of-beauty-the-cosmetics-industrys-plastic-packaging-problem

Cosmetic Waste, https://www.banuba.com/blog/cosmetic-waste

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun