Mohon tunggu...
Dika Gunawan
Dika Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Perkembangan Tasawuf di Indonesia

23 Desember 2024   12:29 Diperbarui: 23 Desember 2024   12:29 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gerakan dakwah yang dilakukan para sufi mendominasi peran penyebaran islam di nusantara pada abad ke 13, dan memiliki hubungan dengan perkembangan tasawuf di indonesia. Para sejarawan mencoba menjelaskan alasan di balik kesuksesan ulama sufi dalam mempercepat proses islamisasi di nusantara hal itu disebabkan oleh metode dan pendekatan yang digunakan oleh para sufi, yaitu eklektik, elastis, dan sinkretis.  Yang mana antara ajaran islam dan kepercayaan lokal adalah sangat masuk akal karna terdapat titik temu antara pemahaman akidah sufi dengan kepercayaan hindu-buddha yang memiliki pengaruh kuat lebih awal di nusantara sebelum kedatangan islam.

Selain itu, para sufi memiliki pengaruh yang kuat dan unik pada masyarakat lokal karena mereka memiliki superioritas seperti karamah. Ajaran mereka dipandang lebih rasional dan menyentuh hati masyarakat lokal dengan zikir dan ritual keagamaan lainnya. Ini dibuktikan oleh fakta-fakta sejarah bahwa ulama yang dipandang sebagai wali dan sunan sangat populer baik di sumatera, jawa, atau semenanjung melayu. Mereka tidak hanya memainkan peranan penting dalam urusan keagamaan, tetapi juga terlibat dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya.

Dalam penjelasan diatas jelaslah, bahwa tasawuf adalah faktor utama kesuksesan islamisasi di nusanteara. Para sejarawan lokal mencatatkan bagaimana para sufi datang dan upaya-upayanya dalam menyebarkan agama islam. Selain itu juga menjelaskan ajaran tasawuf telah tersebar dan berousat di aceh dan malaka

Perkembangan tasawuf di indonesia

Tasawuf masuk ke aceh pada abad ke-9 m melalui rombongan syiah yang datang via champa dan mendirikan kesultanan peurlak. Pada akhir era peurlak, abd allah arif, seorang ulama sufi, datang ke kesultanan samudera dan menyebarkan islam. Kesultanan ini dipimpin maharaja nur al-din, dan abd allah arif menulis karya bahr al-lahut. Sahabat-sahabatnya seperti syekh ismail dafi dan syekh burhan al-din turut menyebarkan islam ke wilayah lain. Pada abad ke-13, rombongan dari mekah, termasuk faqir muhammad, mengislamkan raja merah silau di samudera, yang kemudian berganti nama menjadi malik al-salih.

Dukungan penguasa mempercepat perkembangan tasawuf di aceh. Kesultanan pasai, pada masa sultan malik al-zahir, menjadi pusat pendidikan islam di nusantara. Ibn battuta mencatat bahwa istana pasai dipenuhi ulama dari berbagai negara. Pasai juga menjadi rujukan untuk memecahkan masalah keagamaan di nusantara.

Selain pasai, melaka juga menjadi pusat tasawuf. Pada tahun 1480 m, sultan melaka menunjukkan minat besar terhadap tasawuf. Kitab durr al-manghum karya syekh abu ishaq dari mekah dibawa ke melaka oleh maulana abu bakr dan disambut dengan perayaan besar. Sultan mansur shah dari melaka meminta interpretasi batin kitab tersebut kepada ulama pasai. Jawaban yang diberikan mencerminkan ajaran sufi seperti abd al-karim al-jili dan ibn arabi. Meskipun melaka berkembang sebagai pusat tasawuf, pasai tetap menjadi rujukan utama di nusantara.

Doktrin metafisika tasawuf telah menjadi bagian penting dalam pemikiran keagamaan di aceh, khususnya pada abad ke-15 dan ke-16 m. Tasawuf berkembang pesat di aceh, terutama di pasai, seiring dengan kedatangan ulama-ulama dari berbagai wilayah seperti mekkah, india, dan gujerat. Mereka membawa ajaran-ajaran metafisika yang berpengaruh pada kehidupan keagamaan di aceh. Salah satu tokoh utama adalah syekh muhammad azhari, yang mengajarkan metafisika hingga wafat pada 1630 m, serta syekh ab al-khayr dan syekh muhammad yamani yang memperkenalkan konsep-konsep seperti ayn thabitah. Selain itu, syekh muhammad jilani, yang sempat belajar tasawuf di mekkah, juga turut menyebarkan ajaran tasawuf di aceh.

Pada abad ke-16, tasawuf falsafi di aceh mencapai puncaknya dengan munculnya tokoh-tokoh seperti hamzah fansri dan shams al-din al-samatra'i. Hamzah, yang dikenal sebagai penyair terkemuka dan bapak kesusastraan modern nusantara, mempengaruhi pemikiran tasawuf di aceh dengan ajaran-ajarannya yang dipengaruhi oleh ibn arabi dan abd al-karim al-jili. Ajaran-ajaran hamzah, yang mencakup paham wahdat al-wujd, sempat menuai kontroversi dan kecaman, tetapi tetap berpengaruh dalam perkembangan tasawuf di aceh. Hamzah juga melakukan perjalanan ke berbagai pusat pendidikan islam, seperti mekkah, madinah, dan baghdad, dan memperkenalkan ajaran tasawuf yang mendalam di aceh.

Pemikiran tasawuf hamzah kemudian diteruskan oleh shams al-din al-samatra'i, yang berperan penting dalam menyebarkan doktrin tasawuf falsafi di aceh, terutama pada masa pemerintahan sultan iskandar muda. Shams al-din menerima perlindungan dari sultan iskandar muda dan menjadi syekh al-islam di kesultanan aceh. Namun, meskipun terdapat pengaruh yang kuat dari pemikir-pemikir sufi arab dan india, seperti ibn arabi dan al-burhanpur, pemikiran hamzah dan shams al-din tetap setia pada ajaran-ajaran tersebut dan berkontribusi dalam pembentukan tradisi tasawuf di aceh.

Setelah wafatnya sultan iskandar muda dan shams al-din, perkembangan tasawuf falsafi mengalami kemunduran, terutama karena serangan dari ulama-ulama seperti al-raniri yang mengkritik ajaran-ajaran tersebut sebagai sesat. Meskipun demikian, aceh tetap memainkan peranan penting dalam penyebaran tasawuf dan islamisasi nusantara sejak abad ke-13 m.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun