Mohon tunggu...
Dika Dwi Yurlita
Dika Dwi Yurlita Mohon Tunggu... Relawan - Lasak

Melangkah seiring dengan semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ngopi-Ngak (Tipis)

18 Desember 2019   08:24 Diperbarui: 18 Desember 2019   09:10 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini cuaca Jogja sangat tidak bersahabat, siang yang panas dan malam yang dingin. Semakin membuat aku enggan untuk beranjak dari nyamannya kasur kosan, bahkan untuk makan sekalipun terkadang harus memesan menggunakan jasa aplikasi.

Untuk aku yang sudah memasuki masa masa krisis di kampus, dan harus cepat menyelesaikan kewajibanku sebagai mahasiswa. kita Mau tidak mau pun sadar dan tidak sadar pola hidupku pun berubah, malam yang seharusnya untuk istirahat dan pagi untuk beraktivitas. Semua itu ku balikkan 99% Terhitung dua bulan terakhir siklus hidupku pagi hingga sore kugunakan untuk tidur dan malam ku gunakan untuk ngopi, dan berbincang dengan teman di warung kopi.

Sesekali malamku ku gunakan untuk nyicil skripsiku kalau otakku sedang lancar-lancarnya. "Biasa?" kata seorang kasir warung kopi langganan ku yang jaraknya tidak jauh dari kampus, dan didominasi oleh aktivis kampus.

Kata "biasa?"  Adalah (Nasi telur + Es Teh+ Kopi cangir) paket hemat seharga 13000. Bisa di bilang itu adalah modal utama untuk aku dapat berbincang dengan rekan-rekan hingga pagi, ada saja perbincangan yang terbangun ketika kopi sudah di seruput. Entah tentang regulasi kampus, rapat-rapat organisasi, konsolidasi aksi, atau yang hanya sekedar ingin nongrong main game dan merasakan keramaian karena jenuh dengan aktifitas masing masing. " gimana diskusi bidang *** kemarin?? Rame?" celetuk Soni

"Ngga, aku bingung. Kenapa giroh mahasiswa sekarang untuk membahas suatu permasalahan di negara ini, ngga ada" jawab Aris

"Yah begitulah, organisasi sekarangpun sudah di pandang sebelah mata dan kurang menaungi kebutuhan mahasiswa" jawab Hasan

Yaa, kali ini aku mendengarkan perbincangan kawan-kawanku membahas organisasi yang sedang menaungi kita, aku sendiri sedang sibuk dengan laptopku karena lusa aku harus menghadap dosen bimbinganku untuk menyerahkan revisi yang diberikan beberapa hari lalu. Diskusi kusirpun mulai terjadi diantara tiga orang kawanku tadi ngalur ngidul dari kenaikan BBM yang tidak di sadari, agraria ditanah rantau ini, hingga sentimen-sentimen ras antar mahasiswa.

Tidak disadari cangkir kopiku yang kupesan tadi sudah tinggal ampas, fokusku sedikit buyar akhirnya aku putuskan untuk menutup laptopku dan direncanakan besok pagi kuteruskan. Mulailah aku ikut berbincang hingga jam menunjukkan pukul 1 malam.

Keresahan demi keresahan pun terus diperbincangkan hingga fajar merekah dan kamipun memutuskan untuk istirahat dan mendarat di kostan masing-masing, hingga senja pun terbenam dan kami berkumpul dan berdealetika kembali.. ah warung kopi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun