Terkait dengan prospek pemasarannya, diketahui bahwa produk  kayu  Cempaka di Sulawesi Utara umumnya lebih dominan dijual  dalam  bentuk produk konstruksi berupa rumah  tradisional. Pasarnya pun telah berhasil menembus  Eropa  dan  permintaannya relatif  tinggi.  Karena kinerja pemasarannya cukup  baik  dan  ditambah dengan tingginya  angka permintaan  mengakibatkan pohon cempaka  sudah  dipanen  rata-rata  pada  umur  15-20  th,  dengan asumsi  kayu  sudah  dapat  dibuat  papan  atau  balok  dan  pada  umur  tersebut pertumbuhan  pohon  Cempaka  sudah  mencapai  optimal (Kinho & Mahfudz, 2011).
Bahkan pada umur 16 tahun, potensi  tegakan  Cempaka  di  hutan  rakyat mampu mencapai volume  550 sebesr m3/tahun,  yang  berarti  sangat  potensial  untuk terus  dikembangkan  dalam  bentuk  tegakan campuran  atau  tegakan  murni (monokultur) (Kinho & Mahfudz, 2011). Â
Dari sisi kelayakan usaha, pengelolaan  tegakan  cempaka  di  hutan  rakyat  diperkirakan memiliki nilai B/C 13,98; IRR 29,47% dan NPV Rp. 77.697.000 yang artinya usaha kayu cempaka sangat layak  dikembangkan  pada  suku  bunga  dibawah  29%.  Sementara dari sisi nilai harapan lahan, pengelolaan  tegakan cempaka  di tegakan hutan  rakyat memiliki  nilai  harapan  lahan  sebesar  Rp. 92.841.451,93  dan  nilai  sewa  lahan  sebesar  82.894.153,51.  Angka-angka ini memiliki makna bahwa bila dilihat dari biaya lahan, tegakan cempaka tergolong sangat layak untuk diusahakan (Kinho & Mahfudz, 2011).
Referensi :
Kinho, J., & Mahfduz, 2011. Prospek Pengembangan Cempaka di Sulawesi Utara. Â BP2LHK, Manado.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H