Mohon tunggu...
Dika Irawan
Dika Irawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hati-hati bisa berhenti mendadak. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Profesi yang Mulia Itu Guru

25 November 2012   07:26 Diperbarui: 4 April 2017   18:21 2218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

http://blogs.browardpalmbeach.com Kalau ditanya kenapa saya ingin menjadi guru. Jawaban secara pribadi justru saya tidak ingin menjadi guru. Banyak hal yang membuat saya jemu terkait profesi guru. Realitas di lapangan banyak menampilkan praktik-praktik kotor yang dilakukan oknum guru, kemudian tunjangan yang kecil bagi guru honor, sehingga semua itu terakumulasi akhirnya saya berpikir dua kali menjadi guru. Suatu saat nanti saya tetap ingin menjadi guru, namun bukan sebagai profesi utama melainkan sekedar berbagi ilmu kepada orang lain. Di samping itu sebenarnya saya kagum dengan profesi guru sebab profesi ini sangat mulia. Guru bukanlah profesi sembarangan, di tangan mereka lah masa depan murid dipertaruhkan. Mereka adalah orang yang memberi pengetahuan kepada muridnya, andaikan lalai maka murid yang dihasilkan pun produk gagal. Sebaliknya lahir tokoh-tokoh besar dari guru yang luwas keilmuannya.

Mengutip opini Sidharta Susila di Kompas.com (27/09/12), guru hadir menyingkapkan tabir gelap para muridnya dengan ilmu dan tubuhnya. Pendeknya, hidup guru adalah lentera bagi para muridnya.

Kemuliaan seorang guru datang karena ia merupakan sosok yang berperan penting dalam membawa masa depan seorang anak didiknya. Tak berlebihan jika Sidharta dalam opininya menyebut guru seperti cahaya kehidupan. Tugas seorang guru mencoba menerangkan kegelapan yang ada, memberi pengetahuan kepada anak muridnya. Selain itu tingkah lakunya menjadi panutan bagi semua orang. Inilah yang menjadi nilai lebih profesi ini dibandingkan dengan profesi lain, benar-benar istimewa bekerja sebagai guru.

Kedudukan guru merupakan kedudukan yang dihormati sebagai pembimbing di dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu misalnya sebagai panutan di bidang ekonomi, bidang manajemen, di samping panggilan guru di dalam bidang-bidang tradisional seperti sebutan guru di dalam kehidupan agama.

Di dalam masyarakat Indonesia dikenal pekerjaan guru yang di dalam kehidupan sosial mempunyai kedudukan yang sangat istimewa. Dalam ungkapan yang terkenal "Guru Ratu Wong Atua Karo" menunjukan bahwa profesi guru di dalam masyarakat Indonesia hanya diatasi oleh sang Raja atau Ratu. Pekerjaan guru di dalam masyarakat tradisional Indonesia mempunyai tingkat yang sangat dihormati sebagai pembimbing bangsa, memiliki kemampuan mistik dan pembimbing hati nurani bangsa. Dalam masyarakat modern pun. Guru dalam masayarakat Indonesia masih dianggap sebagai pembimbing moral Bangsa. Kita mengenal ungkapan-ungkapan sebagai "guru bangsa" kepada pemipin kerohanian kita seperti Cak Nur.

Makanya, masyarakat sangat usil suka memonitoring tindak-tanduk guru, mengingatkan agar ia sebagai sang cahaya kehidupan tidak padam. Menurut Komaruddin Hidayat formula klasik tugas sebuah guru adalah mengantarkan hidup seorang anak yang mungkin tidak akan dialami guru. Di tangan guru lah masa depan seorang anak berada, banyak tokoh-tokoh besar di dunia siapapun itu, mereka tidak akan seperti itu kalau bukan didik seorang guru yang hebat. Guru bangga jika melihat anak didiknya melampau capaiannya, karena ia telah berhasil berbuat sesuatu yang berguna bagi semua orang dengan ilmunya.

Ki Hadjar Dewantara salah satu tokoh yang menginspirasi saya untuk tetap ingin menjadi guru. Beliau menampilkan sosok sebagai pejuang yang tidak tunduk pada penjajah sekaligus guru yang idealis. Di Usianya yang genap 40 tahun, Ki Hajar Dewantara mencabut gelar kebangsawanannya dan mengganti nama aslinya Raden Mas Soewardi Soerjaningrat menjadi Ki Hadjar Dewantara. Hal ini dimaksudkan agar beliau dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hati.Pada masa pendudukan Jepang, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai salah satu pimpinan pada organisasi Putera bersama-sama dengan Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.Di masa kemerdekaan Ki Hajar Dewantara dingkat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.

Ia benar-benar merealisasikan profesi guru sebagi profesi yang mulia, mendedikasikan hidupnya demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Mungkin saat ini sulit mencari sosok guru yang dengan ikhlas menjalankan profesinya seperti beliau. Guru bagaimanapun juga akan tetap dibutuhkan masyarakat dan tidak dapat dibuang begitu saja. (H.A.R Tilaar Manifesto Pendidikan)

Karena itu, masyarakat perlu disadarkan bahwa dia mempunyai kewajiban tuntuk memberikan penghargaan yang sesuai dengan profesi guru. Sesuai dengan hal tersebut adalah kwajiban dari profesi guru untuk memberikan pengabdian yang sebaik-baiknya terhadap tuntutan yang diharapkan oleh msyarakat terhadapnya. Lembaga pendidikan di dalam masyrakat modern adalah lembaga yang mengusung cita-cita masa depan dari masyarakatnya. Oleh sebab itu profesi guru merupakan suatu profesi panggilan yang sangat tinggi tanggung jawabnya karena di situlah masyarakat mempertaruhkan harapannya untuk masa depan.

Pendidikan di Indonesia membutuhkan guru yang menghayati tugasnya sebagai suatu panggilan. David Hansen dalam buku, The Call to Teach (1995), menjelaskan dua unsur penting dari panggilan. Yaitu (1) pekerjaan itu membantu mengembangkan orang lain, dan (2) pekerjaan itu juga mengembangkan dan memuhi diri sendiri sebagai pribadi.

Kesehjateraan guru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun