Mohon tunggu...
Dinda Friana
Dinda Friana Mohon Tunggu... Hoteliers - Tourism Student

Ig: @diindaf16

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Dabang" Tradisi Turun Temurun Suku Dampelas

17 Oktober 2019   10:49 Diperbarui: 17 Oktober 2019   11:04 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dampelas merupakan salah satu dari 24 suku yang ada di Sulawesi tengah, tepatnya di Kecamatan Dampelas, kabupaten Donggala. Jika kita membahas lebih dalam tentunya sangat banyak sekali tradisi atau budaya suku Dampelas. Kali ini saya akan membahas tentang tradisi Dabang yang merupakan kebiasaan masyarakat suku Dampelas sejak dahulu sampai sekarang.

Menurut salah seorang sesepuh Dampelas  dahulu pernah lahir buaya kembar di danau Dampelas, kembarannya disebut-sebut sebagai dabang. Konon Dabang ini merupakan garis keturunan dari kembaran buaya tersebut, tapi bukan keturunan buaya. Sampai saat ini tradisi Dabang masih dipertahankan. menurut Om Bora dimanapun seseorang itu (berdarah Dampelas asli) pergi, sejauh apapun, kalau memang dia bergaris keturunan Dabang dia pasti akan kembali ke Tanah Dampelas dan melaksanakan ritual tersebut. 

Sebelum melaksanakan ritual ini harus membaca kalimat-kalimat Allah terlebih dahulu untuk meminta kemudahan ataupun kesembuhan untuk si penderita penyakit atau masalah tertentu. Setelah ritual selesai, makanan yang dibentuk buaya itu bisa dimakan. Dabang bisa dilakukan apabila seseorang mengalami masalah tertentu atau penyakit yang memang sudah tidak ada jalan lain untuk menyelesaikannya, biasanya untuk mengetahui apakah harus dilaksanakan tradisi Dabang atau tidak harus di lakukan 'Tahiyao' terlebih dahulu.

Tahiyao merupakan cara meminta petunjuk melalui Al-Qur'an, dan hanya dilakukan oleh orang tertentu saja. Dalam ritualnya Dabang di bentuk menyerupai Buaya yang dibentuk dari beras ketan atau nasi, jarinya menggunakan pisang,telur, ada 1 ekor ayam bakar utuh yang sudah dibersihkan diletakkan dibagian atas nasi berbentuk buaya. sebagai pelengkapnya ada tembako (rokok jaman dulu) , daun sirih, dll.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun