Mohon tunggu...
Dian Kristina Lase
Dian Kristina Lase Mohon Tunggu... Penulis - sapere aude

a simple act of caring creates an endless ripple

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ruang, Masyarakat & Budaya Siber

6 Maret 2022   15:21 Diperbarui: 6 Maret 2022   15:23 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mengubah dunia menjadi ruang kehidupan baru dimana media massa merupakan media dengan posisi sangat penting terutama dalam konteks era informasi seperti sekarang ini. Pada 1982, Wiliam Gibson pertama sekali menggunakan istilah cyberspace dalam tulisannya yang berjudul Burning Chrome. Masyarakat siber merupakan masyarakat yang tercipta karena perkembangan pesat teknologi. Lebih lanjut masyarakat siber atau cyber society adalah masyarakat yang terbentuk sebagai konsekuensi atau dampak dari perkembangan teknologi, informasi, komunikasi dan internet. Saat ini manusia bukan hanya hidup dalam realitas sosial yang nyata namun juga hadir dalam ruang-ruang maya (virtual) yang saling terhubung, tidak terbatas secara global. Peran internet tidak terlepas dari munculnya cyberspace yang justru melahirkan masyarakat baru yang begitu interaktif dalam berkomunikasi.

Cybercommunity menjadi titik awal bagaimana media baru mempengaruhi dan membentuk komunitas masyarakat di ruang sosial dunia maya. Sejalan dengan Bungin (2008) yang menurutnya cyber society menjadi struktur yang menyerupai kehidupan sosial masyarakat di kehidupan nyata. Berbicara cyber society berarti juga berbicara dinamika masyarakat di dunia virtual yang 'lebih' dari dunia nyata. Tak jarang yang terjadi di dunia nyata berimplikasi pada kehidupan di dunia maya, memberikan dampak besar yang kadang justru mampu mengendalikan kehidupan nyata manusia begitu pun sebaliknya. Hal positif yang ditemukan dari fenomena tersebut salah satunya social movement. Bagaimana kegiatan-kegiatan sejenis mendapat banyak simpati masyarakat di penjuru negeri. Kasus lakalantas misalnya, yang kemudian diunggah di sosial media lalu sebentar saja akan mendapat ucapan duka dan penggalangan dana yang diinisiasi untuk membantu korban yang masih selamat dalam kejadian tersebut. Kejadian yang menimpa beberapa orang di dunia nyata justru menarik simpati hampir seluruh masyarakat di ruang-ruang maya. Sebaliknya hal negatif yang ditemukan dari fenomena di atas adalah kasus bunuh diri pengaruh tindakan bullying di sosial media dan masih banyak lagi.

Beberapa keadaan masyarakat siber yang sebenarnya berbahaya bagi masyarakat itu sendiri diantaranya:

  • Lenyapnya ketabuan. Keadaan dimana masyarakat cenderung membagikan hal apa-apa saja hingga mengabaikan fakta bahwa bisa saja hal itu adalah aib diri dengan dalih kebebasan berekspresi dan memunculkan komentar-komentar warga net yang negatif.
  • Lenyapnya lingkungan yang alami yang berorientasi pada simbol kemajuan dan otomatisasi.
  • Lunturnya daya spiritual dan penghayatan. Keadaan ini membuat sebagian besar masyarakat melakukan hal-hal spiritual hanya sebatas formalitas saja. Fenomena lainnya pada keadaan saat menyampaikan ungkapan bela sungkawa di ruang virtual yang sebatas seremonial saja agar 'terlihat' tengah bersimpati.

Selanjutnya kita semakin diarahkan pada cyber culture yang berarti perubahan yang mengacu pada material dan intelektual, kebiasaan praktis, sikap, cara berpikir dan nilai-nilai yang berkembang dalam lingkup maya yang mewujudkan bentuk baru universalitas (Levy, 2001). Budaya siber dapat kita artikan sebagai kondisi dimana kebiasaan baru menjadi hal yang membudaya dan dominan. Misalnya saja perkuliahan secara dalam jaringan (daring) yang marak dilakukan saat ini. Bagaimana penggunaan media digital dalam proses pembelajaran jarak jauh menjadi aktivitas yang lumrah dan sudah 'biasa' di masa sekarang ini. Akhir kata fenomena masyarakat di dunia nyata dan maya saling berimplikasi dan menciptakan paradoks. Pada dunia maya masyarakat menjadi lebih aktif, komunikatif, saling berinteraksi dan terhubung tanpa batas. Namun sering yang terjadi pada dunia nyata justru sebaliknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun