Dalam tulisan ke 129 dan 130, diceritakan tentang "sehelai rambut" Tuhan Semesta Alam yang dijadikan bahan dasar penciptaan semesta.
Maka ketika Tuhan Semesta Alam berkomunikasi dengan manusia, manusia memiliki kemampuan untuk menangkapnya sebab manusia memiliki "data DNA" Tuhan yang diperoleh dari "sehelai rambut" Tuhan yang menjadi bahan dasar penciptaan semesta.
Manusia manusia terpilih yang memiliki daya tangkap atas "Data DNA" Tuhan, diberikan kemampuan lebih dari manusia lain pada umumnya (sebab mereka berusaha untuk memahaminya) hingga memiliki perbedaan pola pikir dari manusia yang tidak memahaminya. Maka begitulah wahyu diturunkan kepada manusia manusia pilihan yang disebut sebagai Nabi dan Rasul.
"Data DNA dari sehelai rambut" Tuhan yang menjadi bahan dasar penciptaan semesta memberikan arahan bagi akal manusia untuk mengetahui" pola geometri petunjuk" dari Tuhan Semesta Alam.
Nabi Ibrahim Alaihissalam dapat dikatakan sebagai manusia pertama yang diberikan kemampuan untuk menyaksikan pola geometri kehendak Allah sebagai hadiah dari pernyataan pengamatannya dengan menyatakan : "saya tidak suka kepada yang tenggelam"
QS Al An'am 76 :Â Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".
Hadiah dari kesadaran tentang wujud Tuhan Semesta Alam, maka dijadikanlah Ibrahim Alaihisslama sebagai Khalilullah (Kekasih Allah), sebuah kedekatan hubungan dengan Tuhan Semesta Alam.
Ibrahim Alaihisslam adalah "Tukang batu" pertama yang memahami bentuk pola kehendak Allah dengan membangun kembali Ka'bah yang berada di Mekkah.
Wallahu'alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H