Mohon tunggu...
Iwan
Iwan Mohon Tunggu... Freelancer - Ketua RW periode 2016 - 2026

pegawai swasta yang pancasilais

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kisah Manusia (Tulisan ke 90)

3 Mei 2024   19:14 Diperbarui: 3 Mei 2024   19:22 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia Adam tercipta sebagai bahan ujian berserah diri bagi Malaikat dan Iblis. Saat itu Iblis gagal dalam ujian dan memohon diberi kesempatan untuk menggoda manusia  dan Malaikat gagal namun tak dihukumi kafir dan kemudian menjadi mahluk yang selalu patuh pada perintah Allah.

Adam dan keturunannya pun akan selalu menghadapi ujian sebagaimana pernah dihadapi Malaikat dan Iblis dan ujian terberat bagi manusia adalah mempertahankan predikatnya sebagai Khalifah di muka Bumi sebagai bentuk ibadah kepada Allah, Tuhan Semesta Alam.

Petunjuk sudah Allah berikan, wahyu terakhir sudah diturunkan agar manusia tidak khawatir dan bersedih hati, tinggal bagaimana manusia berpikir, menganalisa keadaan mewujudkan rasa tidak khawatir dan bersedih hati tersebut.

Sejak awal, ketika tantangan alam begitu ganas, manusia mencari cara untuk mampu bertahan hidup, membuat perkakas dan senjata, membuat api, membuat pakaian untuk melindungi diri dari cuaca buruk, membuat tempat tinggal yang aman, menaklukkan kuda untuk membantu pekerjaan manusia. 

Semua dilakukan secara berkesinambungan dari generasi ke generasi. Kemajuan berpikir untuk bertahan hidup dan melestarikan kehidupan bagi manusia terus berkembang. Menciptakan lahan pertanian dan beternak adalah sebuah keharusan agar  tak terlalu tergantung pada ketersediaan alam.

Lalu manusia yang bertambah cerdas namun kehilangan kecerdasan spiritualnya mencoba untuk berkuasa sebab adanya keterbatasan sumber daya alam yang dimiliki, alih alih bergotong royong membangun usaha mencapai tujuan akhir untuk menciptakan kehidupan tanpa rasa khawatir dan bersedih hati. Manusia menciptakan rumusan rumusan sesat tentang "Super Human", tentang manusia manusia pilihan seperti kaaum Nazi dan Zionis, hanya karena silsilah keturunan, hal yang tak pernah dapat kita tentukan.

Kerusakan paling sempurna dari diri manusia adalah kehilangan tujuan hidupnya. saya tidak sedang berbicara tentang surga, saya sedang berbicara tentang hidup tanpa rasa khawatir dan bersedih hati di dunia dan ini adalah hal yang penting, sebab takkan dapat meraih kebahagiaan surga jika hidup kita tak berbahagia di dunia.

Kehilangan arah tujuan terjadi dalam diri manusia, setelah mulai menganalisa keadaan dan mampu mengatasi segala permasalahan, setelah mampu menaklukkan alam, ternyata manusia tak mampu menaklukkan dirinya, alih alih memperbaiki keadaan, manusia malah merusak alam padahal manusia sangat tergantung pada kondisi alam.

Kekayaan yang manusia miliki secara berlebihan, bukanlah sebuah kemajuan moral, melainkan sebuah kebodohan moral apalagi jika kekayaan tersebut diperoleh dari merusak alam.

Ketika para perusak alam menikmati hidup dan para pribumi tercemar hidupnya, tak lagi dapat meminum air yang dahulu bisa mereka minum, para perusak alam itu layak kita bunuh dalam arti sesungguhnya. Hukum Qishas berlaku atas diri para perusak lingkungan.

Pola Kehendak Allah yang analoginya adalah pola geometri bangunan Ka'bah, membentuk berbagai macam pilihan skenario hidup, pilihan pilihan sejarah sebab semua telah tertulis terlebih dahulu.

Garis hitam adalah pola skenario Allah yang telah jadi sejarah yang ditulis 50 ribu sebelum mewujud menjadi semesta. Garis merah adalah pilihan mahluk atas pola skenario sejarah yang telah ada dan membentuk pilihan pilihan.

Hal baik dan buruk telah tertulis, jika memilih yang buruk masih ada kesempatan untuk memilih perbaikan, selalu ada jalan lain bahkan di saat tarikan nafas terakhir. 

Percayalah bahwa Iblis pun tak menginginkan dunia ini hancur, sebab jika terjadi kerusakan yang luar biasa, maka kiamat akan terjadi dan itu saatnya Iblis dibakar di neraka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun