Adalah kesadaran bahwa ada  jalan lain dari suatu keputusan yang diambil dimana setiap keputusan harus menganalisa setiap resiko yang dapat ditimbulkan untuk mencapai sebuah tujuan
Dalam konsep Teologi Islam Milenial yang menggunakan analogi pola geometri bangunan Ka'bah ini, dimana dapat kita lihat adanya gambaran persilangan garis yang saling berhubungan membentuk ruang gerak kehidupan. Maka kita ketahui bahwa jalan sejarah yang kita pilih adalah keputusan kita atas realitas yang kita alami.
Kritisisme merupakan sebuah negasi atas pilihan kita, sebab memang sejarah yang tertulis di Lauh Mahfudz bukanlah sebuah garis tunggal, melainkan sebuah ruang yang berisi pilihan pilihan.
Takdir Allah yang berpola ruang memiliki sistematika tersendiri, dimana waktu tidak dapat diulang kembali. Apa yang telah terlewat tak dapat diulang. Semesta selalu berjalan ke depan.
Oleh sebab itu musyawarah dalam mengambil keputusan adalah sebuah keharusan, melihat segala negasi dari keputusankita, agar apa yang telah kita putuskan dalam membuka pintu sejarah, mampu melahirkan keadaan yang "tidak khawatir dan bersedih hati."
Kritisisme adalah sebuah keniscayaan, sebab takdir Allah adalah sebuah ruang, bukan sebuah garis tunggal.
Wallahu'alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H