Ilustrasi Gelombang Otak (Sumber: hallosehat.com)
Otak manusia menghasilkan gelombang otak tetha, dimana gelombang otak ini memiliki frekuensi antara 4 -- 8 Hz. Gelombang tetha diproduksi oleh otak manusia pada saat tubuh dalam keadaan tertidur dengan kondisi bermimpi dan lucid dream, pada saat kondisi berdzikir dengan khusuk (deep trance), meditasi dalam, hypnosis, meditasi, saat mengalami tidur ringan atau sangat mengantuk. Gelombang tetha berhubungan erat dengan daya ingat atau memori dan tingkat kesadaran serta siklus alami tubuh pada saat kondisi tertidur.
Seseorang dapat memanfaatkan gelombang tetha untuk hal yang lebih besar dengan adanya latihan, seperti memasuki kondisi meditasi yang sangat dalam. Pada saat seseorang tidur dalam kondisi bermimpi, seseorang tersebut akan terhubung pada otak bawah sadar. Gelombang tetha juga merupakan gelombang yang memicu kreativitas manusia, sehingga pada saat seseorang bermimpi akan terjadi kondisi bermmpi dengan penuh kompleksitas emosional.
Bayi dan balita rata-rata tidur lebih dari 12 jam dalam sehari, sehingga pada kondisi tersebut gelombang tetha dan alfa lebih dominan. Dominasi gelombang tersebut dapat meningkatkan kemampuan bayi dan balita dalam belajar yang lebih cepat, mudah menerima perkataan dari orang lain, mudah menirukan apa yang dicontohkan orang lain, dan menyebabkan daya imajinasi anak-anak tumbuh semakin baik, serta meningkatkan kreativitas.
Apabila otak mampu memiliki gelombang tetha yang dominan, maka akan sangat bermanfaat bagi tubuh, diantaranya sebagai berikut:
- Penyembuhan pikiran dan tubuh. Gelombang tetha berguna bagi tubuh dan pikiran dalam pemulihan, perbaikan, dan regenerasi sel-sel baru. Ketika tubuh mengalami tingkat relaksasi yang dalam, tubuh akan mampu memiliki kemampuan dalam memnyembuhkan diri setelah mengalami kelelahan atau sakit.
- Meningkatkan sistem imunitas tubuh. Gelombang tetha yang dihasilkan oleh otak dapat merangsang produksi hormone kebahagiaan dan neurotransmitter yang berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Peningkatan hormon kebahagiaan dapat menurunkan tingkat stres dan kecemasan yang merupakan faktor yang dapat menurunkan imunitas tubuh. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi dimana saat otak menghasilkan gelombang tetha, tubuh dalam kondisi relaksasi yang mendalam, sehingga produksi hormon adrenalin dan kortisol yang dapat memicu stress dan kepanikan menurun.
- Meningkatkan kemampuan belajar. Gelombang tetha berperan penting dalam kemampuan belajar seseorang. Seseorang yang memiliki gelombang tetha yang dominan akan mampu meningkatkan kemampuan belajar dengan baik dan menyimpan informasi lebih efektif. Untuk meningkatkan gelombang tetha pada otak manusia, dapat menggunakan music terapi gelombang otak berfrekuensi tetha. Terapi ini akan sangat bermanfaat bagi siswa dan orang yang memerlukan pemrosesan sejumlah besar informasi.
- Meningkatkan kreativitas. Study dari Menninger Foundation menyebutkan bahwa orang yang memiliki gelombang tetha yang tinggi akan lebih kreatif dan memiliki ide-ide baru. Gelombang tetha ini akan diproduksi dalam jumlah besar oleh otak pada periode pemikiran kreatif yang intens. Bagi seseorang yang menekuni pekerjaan karya kreatif, seperti musisi, seniman, conten creator, dan sejenisnya, produksi gelombang tetha lebih dominan. Agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih kreatif, bisa dengan upaya meningkatkan gelombang tetha dengan melakukan meditasi gelombang otak dengan frekuensi tetha.
- Meningkatkan memori jangka panjang yang lebih baik. Otak yang memiliki gelombang tetha yang baik dan aktif akan memiliki kemampuan menggali dan menyimpan memori jangka Panjang di masa lalu yang lebih baik dan tajam. Hal ini disebabkan ritme gelombang tetha yang dapat mengaktifkan hippocampus yang merupakan bagian otak yang berperan dalam pemrosesan memori jangka panjang.
Aktivitas gelombang tetha yang terlalu dominan pada otak manusia juga bisa memberikan pengaruh yang tidak baik, diantaranya:
- Sulit fokus dan berkonsentrasi, mudah cepat bosan dalam melakukan aktivitas bahkan enggan atau malas melakukan aktivitas.
- Dapat memicu peningkatan stres dan depresi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H