Pengabdian masyarakat adalah kegiatan intrakurikuler yang memadukan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan metode pemberian pengalaman belajar dan bekerja kepada mahasiswa dalam konteks pemberdayaan masyarakat. Pengabdian masyarakat sendiri menjadi program yang sangat efektif untuk menambah daya kritis dan pengalaman bagi mahasiswa dalam bentuk yang nyata serta berdampak bagi masyarakat.
 Saat ini, program pengabdian masyarakat menjadi mata kuliah yang diwajibkan oleh perguruan tinggi untuk mahasiswa pada setiap program studi di jenjang S1, Untuk menjunjung Tri Dharma Perguruan tinggi maka di adakanya program Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh Digeris Bahrudin salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG) kelompok Pengabdian masyarakat R16, Kegiatan pengabdian masyarakat yang berlokasi di Desa Wiyu, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.Â
Kegiatan tersebut mengusung tema "Branding dan Inovasi Olahan dari Bahan Dasar Tempe". Kegiatan ini dibimbing oleh Bapak Ardhi Islamudin, SE, MA. selaku dosen pembimbing lapangan R16.
Desa Wiyu terletak di Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Di Desa Wiyu ini terdapat salah satu UMKM Produksi tempe yang dimana tempe ini masih dipasarkan dengan keadaan mentah bukan dalam bentuk olahan sedangkan mitra kelompok kami mengalami kendala yang dimana harga tempe yang dijual itu selalu tidak stabil (Naik Turun), mahasiswa pengabdian masyarakat Universitas 17 Agustus 1945 Surbaya (UNTAG)memiliki inovasi membuat kripik tempe dengan berbagai varian rasa seperti original, barbeque, balado dan keju serta melakukan branding terhadap produk dari UMKM tempe tersebut dengan tujuan untuk menaikkan nilai ekonomis dari produk tempe dan mempertahankan nilai simpan dari produk tempe.
Pada waktu pelatihan (17/01/2024) kami memaparkan beberapa materi terkait cara membranding yang benar dan bagaimana pelaku UMKM tempe bisa bersaing dengan produk serupa yang ada dipasaran dan tanggapan mereka sangat antusias terkait materi tersebut, Ibu Inul selaku UMKM tempe juga berpendapat "Dengan adanya pelatihan terkait Branding dan Inovasi ini sangat membantu dikarenakan sebelumnya beliau belum mengatehaui Branding dan Inovasi ini bisa berpotensi utnuk memajukan UMKM menengah kebawah" mahasiswa pengabdian masyarakat  juga membuatkan lable produk yang dimana mengalami perubahan yang signifikan dalam desain dan informasi yang disampaikan ke produk dengan begitu konsumen akan tertarik dengan kripik tempe yang akan dijual di pasaran.
Mahasiswa pengabdian masyarakat tidak hanya melakukan branding dan inovasi saja tetapi juga melakukan pembuatan alat pemotong kripik tempe sederhana yang dimana alat ini sangat membantu untuk meminimalisir tenaga yang akan dikeluarkan dan lebih efesien pada saat memotong tempe dengan begitu produk yang akan dihasilkan semakin banyak dari yang sebelumnya.
Dengan adanya kolaborasi antar mahasiswa dalam pengabdian masyarakat Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG) dan kelompok UMKM tempe dan Ibu-Ibu PKK di Desa Wiyu, harapan kita untuk memajukan kalangan UMKM tempe di Desa Wiyu tersebut semakin terlihat kemajuannya di masa yang akan mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H