Kampung Sanan Malang merupakan salah satu kampung wisata edukasi serta kuliner yang sering dikenal sebagai kampung sentra industri tempe. Kampung tersebut berada di Jl. Sanan Gg. III No.129, Purwantoro, Kec. Blimbing, Kota Malang. Di dalam kepengurusan Kampung Sanan terdapat Pokdarwis yang bertugas untuk menangani bidang wisata, edukasi tempe dan kunjungan wisata domestik dari dalam maupun luar negeri untuk pembuatan tempe serta keripik tempe. Struktur kepengurusan Pokdarwis Kampung Wisata Sanan yaitu Lurah Kelurahan Purwanto Ketua RW 14,15 dan 16 Kel. Purwanto sebagai Penasehat. Kemudian diketuai oleh Ibu Dra. Trinil sri Wahyuni yang merupakan perempuan inspiratif tingkat Jawa Timur tahun 2022.Â
Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan dua mahasiswa PMM yang berasal dari Universitas Negeri Padang dan Universitas Muhammadiyah Bulukumba melakukan observasi dan wawancara untuk memenuhi mata kuliah yang berkaitan dengan program berkelanjutan di Kampung Sanan Malang.
Festival Kuliner Tempe
Selain menjadi kampung wisata edukasi serta menjadi sentra pembuatan tempe dan kripik tempe, Kampung Sanan dari tahun ke tahun memiliki inovasi terbaru dan pada setiap tahunnya terdapat program berkelanjutan yaitu festival kuliner tempe yang bertujuan untuk mengenalkan sebuah produk dari inovasi terbaru yang dipamerkan dalam festival tempe. Festival kuliner tempe ini dilaksanakan langsung di Kampung Wisata Sanan, dimana dalam festival tersebut akan memperkenalkan berbagai macam olahan tempe khususnya keripik tempe. Festival ini diikuti oleh seluruh warga Kampung Sanan yang mengolah tempe. Festival kuliner tempe sudah dilaksanakan sejak dari tahun 2019.
Festival kuliner tempe ini bertujuan untuk mengenalkan produk-produk terbaru serta inovasi dari Warga Kampung Sanan, dimana dalam festival ini warga Kampung Sananlah yang akan menjadi sasaran program festival tersebut. Mereka yang mengolah tempe berfokus untuk memperkenalkan produknya kepada tamu undangan festival. Tidak hanya warga kampung sanan yang berpartisipasi aktif dalam festival tersebut, akan tetapi dalam kegiatan festival melibatkan Dinas dan Mitra terkait. Contohnya UM sebagai mitra dari Kampung Sanan mengutus mahasiswa UM untuk ikut terlibat dalam kegiatan di Kampung Sanan.
Dalam pengolahan tempe untuk festival kuliner, diproduksi langsung oleh warga kampung sanan sendiri. Kemudian pada saat festival warga menjual berbagai makanan dari olahan tempe dan memperkenalkannya kepada tamu undangan festival serta wisatawan baik dari dalam kota maupun luar kota yang tujuannya untuk menarik minat masyarakat bahwa festival ini merupakan wujud dari kiat para perajin tempe di Kampung Sanan dan menunjukkan bahwa banyak ragam olahan dan kreasi tempe yang disajikan Warga Kampung Sanan.
Kampung Sanan juga berinovasi untuk produk terbaru dari hasil limbah produksi. Limbah produksi, terutama kulit kedelai, yang melimpah menjadi fokus. Limbah tersebut dimanfaatkan untuk berbagai produk baru, seperti Nata de Soya, dan sebagai bahan baku untuk olahan kuliner populer seperti brownies, cookies, dan macaron. Bahkan limbah kulit kedelai dan air rebusannya juga digunakan sebagai pakan sapi, mengingat adanya peternakan sapi dengan 800-1000 ekor sapi pedaging di Kampung Sanan. Proses pengolahan kulit kedelai menjadi salah satu contoh keberhasilan inovasi, di mana produk baru tercipta dari limbah tersebut, memperkaya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal.