Mohon tunggu...
Difa Rahma Melati
Difa Rahma Melati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Darussalam Gontor

Saya percaya bahwa melalui penyuntingan, saya dapat memperlihatkan kecantikan serta kompleksitas dari kehidupan di Dunia ini. Setiap suntingan yang saya buat adalah upaya untuk menyampaikan pesan-pesan yang kuat, mendalam, dan penuh empati kepada penonton. Meskipun masih belajar, saya selalu berusaha untuk mengembangkan keterampilan saya dalam seni penyuntingan. Setiap proyek yang saya kerjakan menjadi kesempatan untuk mengeksplorasi teknik-teknik baru, memperluas cakrawala kreatif, dan memperdalam pemahaman saya tentang bagaimana menyampaikan narasi melalui gambar-gambar yang berbicara. Apa yang telah saya buat bukan hanya sekadar kumpulan editan visual, tetapi juga sebuah perjalanan pribadi yang penuh dengan dedikasi, semangat, dan keinginan untuk memberikan suara kepada mereka yang mungkin tidak terdengar. Melalui seni penyuntingan, saya berharap dapat menginspirasi, mengedukasi, dan membangun penghubung dengan orang-orang di seluruh dunia, sambil terus tumbuh dan berkembang sebagai seorang seniman.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ini Bukan Tentang Pohon dan Buahnya

19 Oktober 2024   22:51 Diperbarui: 19 Oktober 2024   22:58 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


INI BUKAN TENTANG POHON DAN BUAH

Karya: Difa Rahma Melati

Pohon Tengah melihat kearahku

Diam tapi sorot matanya seakan mengatakan sesuatu

Bahwa semakin tinggi pohon semakin besar pula angin yang menerpanya

Semakin tinggi pohon, semakin susah pula manusia menggapai buahnya.

Nyatanya,

Hal yang paling ditunggu manusia dari pohon adalah buahnya

Jika bukan manusia yang menghampiri pohon tuk mengambil buah, Lantas, buahlah yang harus menghampiri manusia. Fikir buah kala itu.

Buah memberanikan dirinya, tuk tau bagaimana rasanya dimakan oleh manusia. Caranya hanya satu, yaitu memberanikan diri tuk jatuh diantara gundukan tanah bahkan berbatuan tumpul bahkan tajam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun