Mohon tunggu...
Difa Rahma Melati
Difa Rahma Melati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Darussalam Gontor

Saya percaya bahwa melalui penyuntingan, saya dapat memperlihatkan kecantikan serta kompleksitas dari kehidupan di Dunia ini. Setiap suntingan yang saya buat adalah upaya untuk menyampaikan pesan-pesan yang kuat, mendalam, dan penuh empati kepada penonton. Meskipun masih belajar, saya selalu berusaha untuk mengembangkan keterampilan saya dalam seni penyuntingan. Setiap proyek yang saya kerjakan menjadi kesempatan untuk mengeksplorasi teknik-teknik baru, memperluas cakrawala kreatif, dan memperdalam pemahaman saya tentang bagaimana menyampaikan narasi melalui gambar-gambar yang berbicara. Apa yang telah saya buat bukan hanya sekadar kumpulan editan visual, tetapi juga sebuah perjalanan pribadi yang penuh dengan dedikasi, semangat, dan keinginan untuk memberikan suara kepada mereka yang mungkin tidak terdengar. Melalui seni penyuntingan, saya berharap dapat menginspirasi, mengedukasi, dan membangun penghubung dengan orang-orang di seluruh dunia, sambil terus tumbuh dan berkembang sebagai seorang seniman.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bak Purnama

22 Juli 2024   16:28 Diperbarui: 22 Juli 2024   16:32 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" BAK PURNAMA "

Karya: Difa Rahma Melati

 

Bayangan pohon zaitun menyaksikan diam

Di tanah yang merah, sejarah tak terhapuskan

Palestina menangis, tetapi langit  tetap memandang

Harapan melayang di tengah  angin yang tengah berbisik

Lihatlah

Lihatlah Palestina

Mereka adalah purnama

Di tengah malam  nan penuh duka

Menerangi jalan kebebasan

Di atas tanah  bumi yang terlukakan

Seperti burung yang merdeka di langit biru

Mereka terbangkan impian di antara tembakan

Di bawah payung keadilan, Palestina bertahan

Menatap masa depan dengan harapan yang menggembirakan.

Palestina,

Tanah yang damai dalam kekacauan

Membawa harapan yang tumbuh di tengah keputusasaan

Biarlah dunia mendengar seruanmu

Di setiap adegan tragedi hingga keajaibanmu

Palestina, kau adalah purnama abadi

Dalam detik-detik kehidupan dan kematian yang menyertai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun