Mohon tunggu...
Difa Rahma Melati
Difa Rahma Melati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Darussalam Gontor

Saya percaya bahwa melalui penyuntingan, saya dapat memperlihatkan kecantikan serta kompleksitas dari kehidupan di Dunia ini. Setiap suntingan yang saya buat adalah upaya untuk menyampaikan pesan-pesan yang kuat, mendalam, dan penuh empati kepada penonton. Meskipun masih belajar, saya selalu berusaha untuk mengembangkan keterampilan saya dalam seni penyuntingan. Setiap proyek yang saya kerjakan menjadi kesempatan untuk mengeksplorasi teknik-teknik baru, memperluas cakrawala kreatif, dan memperdalam pemahaman saya tentang bagaimana menyampaikan narasi melalui gambar-gambar yang berbicara. Apa yang telah saya buat bukan hanya sekadar kumpulan editan visual, tetapi juga sebuah perjalanan pribadi yang penuh dengan dedikasi, semangat, dan keinginan untuk memberikan suara kepada mereka yang mungkin tidak terdengar. Melalui seni penyuntingan, saya berharap dapat menginspirasi, mengedukasi, dan membangun penghubung dengan orang-orang di seluruh dunia, sambil terus tumbuh dan berkembang sebagai seorang seniman.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Sepatu Buatan Bapak

8 Juni 2024   13:10 Diperbarui: 8 Juni 2024   13:27 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepatu buatan Bapak

By: Difa Rahma Melati

 

Pak,

Lihatlah

Sepatu yang kau jahit sebentar lagi akan selesai

Ia begitu cantik dan indah

Percikan warna cat yang kau beri

Membuatnya semakin mempesona

Siapapun yang melihatnya akan tertarik tuk memilikinya

Hingga suatu saat

Jahitan Sepatu itu benar benar sudah selesai

Tali Sepatu yang kau pasang

Benar benar membuatnya indah

Pak

Lihatlah

Ada yang dating menghampirinya

Berkata bahwa ia akan membeli dan menjaganya

Anggukanmu pelan

Tapi senyummu tanda akan persetujuan

Pak

Lihatlah

Hingga tiba saat ini

Sepatu itu telah usang

Tak lagi indah apalagi mempesona

Warnanya tak lagi terlihat

Hanya coklat dan percikan oli terlihat

Lihatlah pak,

Jahitannya mulai longgar

Lemnya pun tak lagi rekat

Banyak gesekan dan benturan yang membuatnya rusak

Maaf pak,

Sepatu itu kini tak lagi mewah

Ia tertumpuk diantara sampah buangan

Tak ada yang mengambilnya

Karna ia sudah rusak dan tak berarti

screenshot-2024-06-08-120434-6663e67f34777c3e2f61e6c2.png
screenshot-2024-06-08-120434-6663e67f34777c3e2f61e6c2.png

Sekali lagi

Sepatu itu kini tak lagi berharga

Bahkan tak ada lagi yang mau

Walau sekedar untuk meliriknya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun